Cerita Kisah Kyai Pamungkas

Panggonan Wingit: MAKAM KI AGENG BARAT KETIGO, BANTUL

Panggonan Wingit: MAKAM KI AGENG BARAT KETIGO, BANTUL

Tidak hanya orang-orang yang tengah mengalami masalah keluarga, tetapi banyak juga yang tertimpa kasus pidana dan korupsi berusaha mencari ketenangan di makam Ki Ageng Barat Ketigo…

 

Parangtritis kawasan pantai di sepanjang pesisir laut selatan yang terletak di Kabupaten Bantul, Jogjakarta ini, tidak hanya menjadi kawasan obyek wisata bahari. Namun kawasan di sepanjang pesisir pantai, menjadi kawasan wisata religi yang selalu ramai dikunjungi para pelaku ritual setiap malam-malam tertentu.

 

Di sepanjang pesisir laut selain pantai Parangtritis, Parangkusumo dan Parang Ndok, terdapat beberapa tempat keramat yang juga menjadi jujugan para pelaku ritual. Di antaranya adalah makam Syech Bela belu, Makam Syech Maulana Maghribi, Watu Gilang Panembahan Senopati yang berada di Cepuri Parangkusumo, serta makam keramat yang berada di atas puncak bukit tak jauh dari obyek wisata pantai laut selatan, juga dijadikan sebagai tempat untuk menjalani laku ritual.

 

Makam tersebut adalah makam putra Prabu Brawijaya V yang yang dikenal dengan nama Ki Ageng Barat Ketigo. Tak banyak cerita yang bisa digali dari juru kunci, perihal siapa jati diri Ki Ageng Barat Ketigo yang sesungguhnya. Juru kunci hanya mengetahui bahwa Ki Ageng Barat Ketigo adalah putra Brawijaya terakhir yang muksa di atas puncak bukit di pesisir laut selatan.

 

Dari pesisir pantai, makam tersebut bisa dilihat di kejauhan dengar jarak pandang sekitar kurang lebih sejauh Ikm. Sedangkan apabila dilihat dari atas dalam komplek makam Ki Ageng Barat Ketigo, kawasan pantai Parangtritis dan Parangkusumo terlihat sangat indah dengan gugusan pasir pantai yang dipenuhi para wisatawan, serta pemandangan laut lepas yang sangat mempesona. “Jika dibandingkan dengan makam Syech Maulana Maghribi dan Syech Bela belu, Makam Ki Ageng Barat Ketigo berada di atas puncak bukit yang tertinggi,” Kata Retno, juru kunci makam Ki Ageng Barat Ketigo.

 

Makam tersebut berada di kawasan hutan yang jauh dari keramaian penduduk desa. Oleh karena itu, butuh keberanian yang lebih jika ingin menjalani laku ritual di makam Ki Ageng Barat Ketigo. Akses jalan yang menuju ke makam hanya bisa dilalui lewat dua jalur. Satu jalur tangga berundak yang terhubung dengan makam Syech Maulan Maghribi, sedangkan satunya lagi jalan desa beraspal yang ada di depan kawasan parkir obyek wisata Parangtritis. Meski jalan umum tersebut rusak parah, tetapi lebih dekat ke lokasi makam jika dibandingkan harus melewati tangga berundak dari makam Syech Maulana Maghribi.

 

“Makam Ki Ageng Barat Ketigo dulu hanya ditandai dengan batu besar,” kata juru kunci makam.

 

Menurut penuturannya, oleh salah seorang kerabat keraton, batu tersebut lantas diganti dengan nisan makam. Beberapa pelaku ritual yang pernah kabu penyuwunannya juga mengganti cungkup kayu yang sudah lapuk, dengan bangunan cungkup yang lebih kokoh. Meski hanya berbahan baku kayu, tetapi terlihat lebih bersih dan kokoh. Di dalam area komplek makam Ki Agang Barat Ketigo, terdapat bangunan cungkup makam, mushola dan ruang istirahat bagi para pelaku ritual. Lokasi ini hanya berupa bangunan pendopo sederhana, yang letaknya berdampingan dengan tempat jaga sang juru kunci.

 

Selain itu di bagian depan makam terdapat dua buah pohon beringin yang tumbuh setinggi 3meter. Kedua pohon beringin ini menurut juru kunci sengaja ditanam oleh kerabat keraton. Satu berasal dari keraton Jogja, satunya lagi berasal dari keraton Solo. Di belakangi makam Ki Ageng Barat Ketigo tumbuh pohon palem yang telah berusia ratusan tahun yang dianggap keramat. Di sekitar lokasi pohon banyak bertebaran kembang setaman, bekas pembakaran kemenyan dan batang dupa, serta sonsong payung yang sengaja diperuntukkan bagi makhluk gaib penunggu pohon.

 

Pohon tersebut menurut kepercayaan, diyakini bisa membuat seseorang yang sulit memiliki keturunan akan mudah mendapatkannya. Tata cara laku ritual yang harus dijalani juga sangatlah mudah. Hanya dengan membawa satu biji kelapa muda kuning atau yang biasa disebut cengkir gading, kelapa tersebut disanggarkan selama sehari semalam. Keesokan harinya Kelapa gading dibelah, airnya untuk minum pasangan suami istri.

 

Tata cara seperti ini sudah dilakukan oleh para pelaku ritual yang sulit memiliki anak. Hanya saja yang tidak boleh ketinggalan pada saat ritual, yakni bunga liman dan kemenyan madu atau dupa wangi cendana.

 

“Bagi para pelaku ritual, tidak hanya yang ingin cepat memiliki anak saja tetapi banyak juga yang memiliki maksud dan tujuan yang berbeda-beda, tergantung dari niat pelaku ritual itu sendiri,” kata Retno, juru kunci yang mewarisi tugas menjaga makam dari orang tuanya yang sudah uzur.

 

Lampu penerangan yang dipakai sebagai alat penerangan di lokasi makam hanya berupa lampu tinthir bahan bakar minyak tanah, yang sekarang sudah mulai langka. Menurut pengakuan juru kunci makam, Eyang Ki Ageng Barat Ketigo tidak berkenan diberi penerangan lampu listrik, listrik tidak mau menyala atau korsleting.

 

Penduduk sekitar pernah mencoba, aliran listrik diambil dari jarak yang paling dekat dengan lokasi makam. Namun lagi-lagi lampu penerangan listrik tidak pernah mau menyala. Warga desa bahkan mengganti kabel aliran listrik dengan memakai kabel yang lebih besar, tetapi lampu penerangan tetap tidak pernah mau menyala. “Kabel listrik korsleting dan terbakar,” terang juru kunci.

 

Peristiwa demi peristiwa tersebut dijadikan sebagai tanda, bahwa Ki Ageng Barat Ketigo tidak berkenan diberi penerangan lampu listrik. Sejak saat itu seluruh aliran listrik yang sudah terpasang dicopot kembali, kemudian diganti lagi dengan lampu penerangan tradisional.

 

Suasana sepi dan hembusan angin pantai yang dingin, serta suara deburan ombak yang terdengar dari atas puncak bukit, membuat para pelaku ritual akan betah berlama-lama di lokasi makam. Dukungan alam yang begitu kuat, rupanya turut menyangga kekeramatan makam Ki Ageng Barat Ketigo.

 

“Dengan situasi yang tenang dan damai seperti itu, para pelaku ritual meyakini bahwa masalah pelik dan ruwet akan bisa rampung setelah menjalani laku ritual di makam Ki Ageng Barat Ketigo.”

 

Pengalaman penyelesaian masalah pernah dialami oleh Marno, warga magelang yang tengah diterpa masalah keluarga. Selama lebih dari sepekan Marno harus tidur mengungsi di komplek makam Ki Ageng Barat Ketigo, demi satu tujuan agar persoalan yang terjadi di dalam bahtera rumah tangganya bisa selesai.

 

“Setiap malam lelaki itu melakukan ritual di depan makam Ki Ageng Barat Ketigo, memohon kepada Tuhan lantaran Eyang Barat Ketigo, agar keruwetan rumah tangganya bisa segera selesai,” ungkap Retno.

 

Persoalan Marno karena istrinya menuntut minta diceraikan. Padahal selama ini Marno tak pernah mengingkari kewajiban rumah tangganya, Marno selalu memberi nafkah dan menghidupi keluarganya.

 

“Karena tergoda pria lain, maka istrinya melalaikan anak dan suaminya,” terang juru kunci.

 

Setelah sepekan nenepi menjalani ritual di Makam Ki Ageng Barat Ketigo, akhirnya persoalan rumah tangganya rampung.

 

Pada hari ketujuh istrinya menelpon dan meminta, agar Marno pulang ke rumah karena istrinya rindu. Mendengar keinginan istrinya Marno tak menunggu lama kemudian pulang ke rumah menemui keluarganya. Tetapi sebelum pulang, terlebih dulu Marno menggelar ritual wujud rasa syukur dengan menyembelih ayam dan nasi tumpeng bancakan.

 

“Berbagai masalah yang dialami para pelaku ritual bisa terselesaikan, tak urung mereka yang terkena kasus pidana seperti korupsi, penipuan dan kasus pidana lainya banyak yang datang ngalap berkah di makam Eyang,” kata Juru kunci. “Mereka memohon agar kasusnya tidak berlanjut ke ranah hukum atau menang di meja persidangan jika sudah berlanjut.”

 

Tidak sedikit orang-orang yang tertimpa kasus pidana korupsi akhirnya berhasil lolos dari jerat hukum. Dari kasus yang hanya ratusan juta rupiah, hingga kasus korupsi yang jumlahnya milyaran rupiah mereka berhasil lolos dari jerat hukum. Kalaupun masih tetap terjerat kasus pidana, hukuman yang dijalani para tersangka biasanya lebih ringan jika dibandingkan tanpa menjalani laku ritual di makam Ki Ageng Barat Ketigo.

 

Para pelaku ritual yang ngalap berkah agar bisa lolos dari jerat hukum, biasanya mereka menggelar ritual khusus yang ditujukan ke laut selatan. Hanya saja tempat yang mereka jadikan untuk ritual, di area komplek makam Ki Ageng Barat Ketigo. Tetapi meski tujuan ngalap berkah itu bukan kepada Eyang Barat Ketigo, tetapi para pelaku ritual tetap harus memohon ijin kepada Ki Ageng Barat Ketigo. Karena apabila tidak mendapatkan ijin, ritual yang dijalani orang-orang itu juga tidak akan pernah berhasil.

 

Ijin biasanya diberikan dalam bentuk mimpi, atau melalui perlambang alam. Tetapi tak sedikit para pelaku ritual yang tengah memohon ijin kepada Ki Ageng Barat Ketigo, mereka tiba-tiba didatangi seekor harimau yang sangat besar.

 

Pertanda seperti ini biasanya pelaku ritual memperoleh palilah, mendapatkan ijin dan restu. Tidak hanya restu, namun dalam perjalanan kasus yang membelitnya akan segera rampung dan lolos dari jerat hukum.

 

Perjalanan laku Ki Ageng Barat Ketigo hingga sampai ke pesisir segara kidul tak lain karena mengikuti pelarian Prabu Brawijaya. Karena tak mau meladeni anaknya sendiri, Prabu Brawijaya V beserta dengan seluruh kerabat harus menghindari peperangan dan kejaran pasukan Demak Bintara. Salah satu putra sang Prabu Brawijaya yang turut dalam pelarian tersebut adalah Ki Ageng Barat Ketigo.

 

Perjalanan laku Prabu Brawijaya terlihat di beberapa petilasan yang pernah ditinggalkan oleh beliau. Sejak dari daerah Pedan, Bayat (Klaten), Gunung Gambar (Gunung Kidul) hingga ke pesisir segara kidul, pelarian itu akhirnya sampai juga di daerah Parangtritis. Sampai di pesisir laut selatan ini, Prabu Brawijaya tetap melanjutkan perjalananya ke arah timur menuju ke Pantai Ngobaran. Dengan diikuti oleh Kanjeng Sunan Kalijaga, Prabu Brawija kemudian bertapa di sebuah goa di hutan Ngobaran.

 

Saat berada di pesisir segara kidul, Ki Ageng Barat Ketigo memilih menetap di atas puncak bukit yang tak jauh dari pesisir laut. Di tempatnya yang baru serta jauh dari keramaian desa, Ki Ageng Barat Ketigo bertapa di atas sebuah batu gilang. Penduduk desa yang mengetahui kedatangannya tidak ada yang berani mengusiknya. Karena mereka mengetahui, bahwa pertapa yang ada di atas puncak bukit itu adalah tokoh sakti.

 

Hanya sekali-kali pertapa itu turun dari atas puncak bukit, memberi wejangan kepada penduduk desa tentang budi pekerti luhur serta ajaran ajaran hidup lainya. Hingga suatu ketika saat musim kemarau datang, tiba-tiba pesisir laut selatan diterjang badai angin ribut. Seluruh desa porak poranda, tak terkecuali hutan yang berada di atas bukit banyak pohon yang tumbang diterjang angin ribut.

 

Berbarengan dengan datangnya angin badai, laki-laki yang tengah bertapa di atas puncak bukit muksa. Peristiwa tersebut diketahui oleh penduduk desa, yang setiap hari merambah kayu di dalam hutan. Kebiasaannya setiap pagi merambah kayu di dalam hutan sembari berucap salam kepada sang pertapa, namun pada pagi itu tak dilihatnya sosok sang pertapa. Saat dicari ke dalam gubuk dan mengucap salam, tibatiba didengarnya suara tanpa wujud yang mengucap salam balik kepada penduduk desa. Sejak kejadian itu, sang pertapa dijuluki dengan sebutan Ki Ageng Barat Ketigo, yang artinya ‘angin ribut di musim kemarau” ini. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Kisah Kyai Pamungkas: BEREBUT PUSAKA DHAMPAR DENGAN NAGA SILUMAN

Kyai Pamungkas

Kisah Kyai Pamungkas: BERISTRI JIN MUSLIMAH

Kyai Pamungkas

MACAM IBLIS PENYESAT MANUSIA

Kyai Pamungkas
error: Content is protected !!