Kisah Mistis: KOIN SETAN MENCARI TUAN
Dea melihat sebuah benda bersinar di atas tanah yang sedang digali disamping perpustakaan kampus, kampus baru dibangun, belum sepenuhnya selesai dan cukup jauh dari kota Dea jadi penasaran, barangkali benda itu benda kuno yang antik dan berharga. Dea segera mendatangi benda itu dan mengambilnya, ternyata sebuah koin, koin itu berkarat, tapi beberapa bagian masih berkilau terkena cahaya matahari.
“Ada apa dek?” Tanya pak tua penggali yang melihat Dea membersihkan koin itu.
“Nggak ada apa apa Pak,” jawab Dea kaget, soalnya wajah penggali itu baru disadari Dea tampak menyeramkan, suaranya juga aneh. Dea lalu buru buru kembali bergabung dengan teman temannya Dea memperhatikan koin itu, benar seperti dugaannya, koin yang unik, seperti mata uang kuno.
Dea lalu ingat beberapa orang dari saudara papanya suka menyimpan benda benda kuno bertuah yang katanya mengandung keberuntungan jika memilikinya, bahkan bisa untuk melindungi diri dari bahaya, tapi selama ini Dea kurang mempercayai hal itu.
“Hai, De?”
Dea berdebar kencang sebaik mengetahui siapa yang menegurnya kali ini. Rico. Tumben, pikir Dea, biasanya Rico nggak pernah menegurnya Seramah seperti pagi ini. Apakah sebuah koin bisa membawa keberuntungan?
“Serius banget, De? Ada apa?”
Dea menunjukkan koin itu deket ke wajah Rico.
“Ini, ketemu di galian itu.”
Rico mengambil koin itu dan memperhatikannya.
“Emangnya kamu kolektor barang barang antik, De?” senyumnya tersungging di bibir.
“Nggak sih, tadi gue ngeliat koin ini bersinar kena cahaya matahari, mungkin kalau dibersihkan bisa lebih bercahaya.”
Rico lalu mengembalikan koin itu ke tangan Dea dan cepat berlari ke penggalian. Disitu Rico mengais ngais tanah dengan sepatunya, tampaknya Rico juga ingin memiliki apa yang ditemukan Dea. Tapi tak ada yang ditemukan Rico di sana, dia pun tampak kecewa dan kembali menemui Dea. ” “Boleh gue lihat lagi koinnya De?”
“Boleh,” Dea memberikan koin itu.
Rico memperhatikan lagi koin itu dengan seksama, gayanya seperti orang yang ngerti benda benda prasejarah.
“Simpan baik baik De, kayaknya ini sangat antik, gue belum pernah liat koin ini di rumah.”
“Jadi di rumah kamu banyak koin kayak gini?”
“Banyak, tapi nggak ada yang seperti punya kamu ini, Papa gue kan arkeolog, kerjanya menggali situs situs peninggalan kuno.”
“O…” Jadi apanya yang aneh kalau tiba-tiba Rico mendatanginya sepagi ini, yah wajar wajar aja, gumam Dea kecewa.
Dea pulang naik angkot seperti biasa, Rico juga pulang seperti biasa dengan Suzuki Thunder-nya yang parkir di bukit kecil bekas kebun jati tak jauh dari lapangan olahraga. Rico tadi sungguh penasaran dengan koin itu, dia bernafsu mencarinya, tapi tak ada satu pun yang ditemukannya. Apakah koin ini bisa menyatukan gue dengan Rico seperti Nina dan Ardi yang punya kesamaan di dunia akting, Ocha dan sandi yang sama sama suka ngarang horor? Ah, rasanya mustahil, Dea nggak yakin kalau sebuah koin bisa menyatukan cinta sepasang anak manusia.
“Jangan bergerak atau mampus! Kami tak segan-segan akan membunuh kalian semua!” Dea sungguh kaget saat dua orang penumpang yang sejak tadi tampak tertidur langsung bangun dan mengancam dengan golok, wajah mereka sangar sangar. Semua penumpang yang kebanyakan ibu ibu langsung pucat dan ketakutan.
Salah seorang penjahat langsung merampas tas seorang Ibu, dia mengambil dompet dan handphone dari tas si Ibu, lalu mengembalikan lagi tas itu seraya mengancam agar jangan berteriak. Semua penumpang perempuan dirampok bergilir
di bawah todongan golok, uang dan barang berharga mereka disikat, kemudian perampok itu ngancam supir untuk segera memperlambat kenderaan, saat angkot melambat mereka langsung berlompatan, lari ke gang kecil pinggir jalan.
Dea tercengang, hanya dia yang tak dijamah sedikitpun oleh kawanan begal itu, padahal di dalam tas sekolahnya ada uang sebagian teman temannya yang sudah membayar biaya tour ke Bali akhir tahun nanti, HP-nya yang bercamera resolusi tinggi dan video juga termasuk koin itu ada di dalam tasnya.
Kenapa gue nggak dijamah perampok itu? Beruntung sekali gue. Apa karena koin ini?
Dea meraba-raba isi tasnya dengan lega dan merasa senang karena dia tak dijamah sedikitpun oleh perampok, apalagi sampai isi tasnya diambil.
Pagi ini di kantin Dea berharap ada sebuah keberuntungan datang padanya, terutama dari Rico.
“Hai, De!” sapa Rico yang tiba-tiba sudah ada disampingnya, mengagetkan Dea, kontan jantung Dea berdebar tak karuan.
“Eh Rico…” Dea tergeragap. Keberuntungan kah ini, pikir Dea sambil urung memasukkan lemper ke dalam mulutnya.
“Di rumah banyak koin bekas koleksi Papa gue yang udah gue bongkar, tapi kayaknya nggak ada yang sama kayak koin kamu itu, De. Koin kamu itu menurut gue lebih kuno De.”
“Pagi pagi udah ngobrolin koin, yang lain aja deh, misalnya kamu mau sarapan apa, mumpung kita lagi di kantin nih,” tawar Dea.
“Kamu mau traktir gue?”
“Kalau kamunya mau?”
“Wah siapa yang nolak pagi pagi ditraktir sama Dea,” lalu Rico mengambil beberapa potong kue dan memesan minuman.
“Koin kamu boleh aku tunjukin ke Papa gue, biar kita tau usia koin itu dan kerajaan mana yang menggunakannya, mumpung dia lagi ada di rumah, minggu depan dia sudah harus berangkat ke Nusa Tenggara mengawasi penggalian situs Orang Pendek, Si Hobbit dari Flores.“
“Ohya? Hm, serius banget sih kamu Ric?”
“Dan menurut gue koin yang kamu temuin kemaren banyak dicari orang.”
“Wah, gitu ya?” Dea tersenyum senang.
Bel masuk tiba-tiba berdentang sebelum sempat Dea mengiyakan ajakan Rico. Yang ada dalam otak Dea tiba-tiba bukan lagi soal koin itu, tapi soal kebersamaan mereka yang tampaknya sudah dimulai.
Apakah berkat koin itu?
“Oh ya Ric. Kamu kan belum ngambil keputusan mau ikut ke Bali sama teman-teman sekampus? Gimana?”
Rico tersenyum dan memandang wajah Dea dalam dalam. “Kuputuskan sekarang aku akan ikut ke Bali nemani kamu.”
Good…!!! Dea tercengang tak percaya, Itu berarti mereka akan bersama-sama dalam waktu yang cukup lama sambil menikmati Bali pula. Oh, alangkah indahnya.
Rico masih terus tersenyum.
Seraut wajah tiba-tiba muncul di pintu dengan napas ngos-ngosan.
“Dea! Rico! Si Mona kehilangan Handphone! Anak anak dikelas mau diperiksa!”
“Mendengar nama Mona, Dea dan Rico kontan geleng-geleng kepala. Anak satu itu selama ini memang ada saja ulahnya, suka nyari perhatian, tapi nyari perhatiannya suka kelewatan.
Dea dan Rico bergegas menuju kelas, di kelas sudah ada dosen yang masuk jam pertama, si Galak Pak Toro dan dua orang satpam sekolah. Dea dan Rico cepat duduk di bangku mereka masing-masing.
“Ayo pak cepat periksa, pasti HP saya masih diumpetin di tas anak anak! Ayo cepat Pak!” terdengar gelegar suara Mona, lalu disusul teriakan anak anak dengan sorakan huuuu!
“Tenang, tenang, kalian semua terpaksa akan kami periksa, taruh tas di atas meja masing-masing.” Perintah satpam.
Dea langsung mengeluarkan tas-nya dan menaruhnya di atas meja dengan santai karena dia ngga merasa mengambil HP itu.
Pak Toro dan satpam segera memeriksa, dari mulai tas sampe saku anak anak semuanya, terutama anak cowok, pemeriksaan sangat teliti. Setelah pemeriksaan nyaris selesai HP Mona rasanya gak bakal ditemukan, anehnya saat giliran Dea, Pak Toro dan Satpam melewati saja seperti tak mau memeriksa tas Dea. Buat Dea, kalaupun mereka memeriksa tas-nya, nggak ada masalah karena Dea bukan pencurinya, Tapi kenapa mereka melewati mejanya begitu saja? Dea bingung.
Lalu pemeriksaan selesai, HP itu tak ditemukan. Mona kesal dan menangis.
Saat Dea mengambil buku di dalam tasnya dia kaget, HP Mona ada di dalam tasnya, HP yang cukup mahal. Dea panik.
Keterkejutan melanda Dea lagi saat bola kertas menerjang kepalanya dari belakang, Dea menoleh, Boy yang duduk tepat di belakang bangkunya main mata sambil mengisyaratkan agar Dea mengambil kertas itu. Dea penasaran dan cepat mengambilnya.
GUA YANG NYURI HP MONA. TADI GUE TITIP DI TAS LO SEBENTAR YA, DE. BERUNTUNG TAS LO GAK DIBONGKAR. INI HARI KEBERUNTUNGAN GUE! TXS DEA CANTIK.
Dea kesal banget sementara Boy tersenyum licik, Dea tak bisa berbuat apa-apa, kalau ketauan HP Mona ternyata ada di tasnya pasti dia yang akan dituduh maling. Selama di kelas detik-detik yang dirasakan Dea begitu lama. Keringat dingin menetes di dahinya, tapi untunglah semuanya berjalan lancar sampai pelajaran berakhir.
Dea meraba koin kuno di dalam tasnya dan bersyukur dalam hati.
Dea ingin menceritakan keberuntungan-keberuntungan yang datang padanya, dan orang yang pantas untuk itu tentu saja Rico, ya siapa lagi kalau bukan dia. Dan kebersamaan mungkin semakin menyatukan mereka karena koin itu.
Mata Rico berbinar mendengarkan cerita Dea, sejak perampokan di angkot, tasnya yang terlewati begitu saja tanpa kena periksa satpam sekolah padahal nyata nyata HP Mona yang hilang ada dalam tasnya, mulanya Dea merasa Rico tak akan percaya tapi ternyata Rico sudah menduga, malah Rico bilang, dia iri dan kepingin mempunyai koin yang sama supaya mereka sama-sama memiliki keberuntungan, katanya dengan senyum merekah.
Sama-sama memiliki keberuntungan? Oh, indah sekali kata-kata Rico itu. Dea merasa jantungnya berdebar kencang, pikirannya melayang. Kebersamaan yang dirasakan Dea baru dimulai beberapa hari yang lalu kini rasanya mereka seperti sudah sedemikian dekatnya.
“De, gue ngeliat Rico ngegerayangi tas lo tadi,” bisik Nia ke telinga Dea.
“Maksud lo?”
“Rico baru datang, terus dia bawaannya bikin gue curiga, terus gue keluar kelas, gue penasaran, gue liat dari jendela Rico lagi ngambil sesuatu dari tas lo!”
Koin! Sentak Dea dalam hati, Rico mencuri koin itu? Benarkah? Dea kontan mengurungkan niatnya memesan sarapan dan kembali secepatnya ke kelas, tapi baru saja beberapa langkah Dea bergegas terdengar raungan motor Rico. Dea cepat naik ke lantai dua, benar saja, terlihat Rico tengah menderu kencang dengan motornya keluar lapangan parkir.
Sampai di kelas Dea cepat memeriksa tasnya. Koin itu nggak ada.. Ah benarkah Rico mencuri koin itu, kalau dia memang kepingin memiliki koin itu, gue bisa aja merelakan koin itu untuk dia, toh kebersamaan telah mereka miliki, itu yang penting buat Dea. Kenapa Rico melakukan itu, itu tak pantas dilakukannya.
Dengan langkah gontai Dea mencoba kembali ke kantin. Dea terus memikirkan tindakan Rico yang tak diduganya itu. Rico ternyata pencuri, culas.
Pulang kuliah Dea tak bernafsu apa-apa. Malam hari, HP Dea berbunyi. Dengan malas Dea menerimanya.
“Hallo…”
“De, ini gue Boy. Cepat ke rumah sakit, De. Rico baru aja tabrakan.”
Dea tersentak.
“Tabrakan?”
“Iya, Rico tabrakan! Dia manggil manggil nama Io terus, dia nyebut minta maaf. Lo harus ke rumah sakit sekarang, De!”
Lalu telpon terputus. Dea cepat bersiap ke rumah sakit, udara mendung, malam terasa dingin. Sampai di rumah sakit Rico ternyata masih di ruang unit darurat, Rico terbaring dengan masker oksigen, selang infus dan peralatan lainnya yang menandakan Rico terluka parah, tapi ternyata semua peralatan itu saat Dea masuk sudah tak berguna lagi, nyawa Rico sudah melayang. Dea panik, mestinya koin itu melindungi Rico, pikirnya.
Malam itu jenazah Rico langsung dibawa pulang keluarganya. Dea terus ikut mengantar dan duduk termenung di samping jenazah Rico.
“Maafkan gue De, gue ngambil koin itu.”
Sayup-sayup Dea mendengar rintihan suara Rico.
“Koin itu bahaya De, mulanya dia mermberi keberuntungan tapi hanya sekali dua kali sebelum dia minta imbalan. Koin itu masih ada di dompet gue De, ambil dan buang De.”
“Tapi kenapa kamu mengambil koin itu, Ric?”
“Maafkan gue, De. Gue memang mau menguasai koin itu, buat balapan malam Minggu biar gue menang dan lawan gue jatoh, tapi pemilik koin itu mencelakakan gue. Sebenarnya dia akan ngambil korban siapa yang pertama nemuin koin itu.
“De. Yah anggap saja gue tumbal untuk menyelamatkan kamu De. Gue memang mencuri koin itu, tapi rahasia koin itu jadi terbongkar.”
“Siapa pemilik koin itu, Ric?”
“Si penggali berwajah seram.”
Dea tersentak bangun, ruangan tempat jenazah Rico dibaringkan yang beberapa saat lalu masih ramai kini tampak sepi, hanya ada beberapa orang yang berjaga.
Pagi, sunyi, Dea menimang-nimang koin kuno itu di depan kelas seorang diri. Lalu bulu-bulu romanya meremang saat memperhatikan bekas galian disamping perpustakaan, galian itu masih seperti pertama kali dilihatnya, tak ada orang tua misterius yang wajahnya seram dan bersuara aneh. Dea tak berharap akan melihat sosok penggali itu, tapi tiba-tiba sekujur tubuh Dea bergetar.
Penggali itu muncul di balik semak-semak tembok perpustakaan, dia menatap ke arah Dea dengan sorot mata menyeramkan. Inilah saatnya, Dea lalu cepat melemparkan koin itu jauh-jauh ke arah penggalian. Dia tak mau mati jadi tumbal, beruntung koin itu tepat jatuh di tengah penggalian. Dea lalu berlari sekuat tenaga. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)