Kisah Mistis: BERTEMU RADEN KIAN SANTANG DI DANAU CIPONDOH
Atas inisiatif sendiri, aku akan membuat patung besar Kanjeng Prabu Siliwangi dia Bukit Merah, Galur, Kota Sukabumi Selatan. Pemerintah sudah menyediakan tanah 1 setengah hektar dan tanah itu akan dipagari tembok, di tengahnya akan aku dirika dengan megah, Prabu Siliwangi berkuda. Prabu akan kelihatan gagah di atas kuda. Menunjukkan bahwa dia seorang raja besar yang penuh wibabawa dan kharisma yang aku anggarkan secara pribadi, Rp 2 milyar untuk materi membuat patung yang megah itu…
Untuk membuat Patung Prabu Siliwangi, aku harus teleportasi ke arwah yang bersangkutan. Ibaratnya, mohon ijin tentang wajah, sosok tubuh, bentuk utuh diri dari profil maupun Sisi frontal Sang Prabu. Bila salah, akan berbahaya.
Arkian, maka arwah Prabu Siliwangi bisa marah dan karya monumental ukuran tinggi 30 meter itu, akan berantakan. Untuk mendekati Parbu Siliwangi, aku melibatkan ahli supranatural, ustad Muhamad Salin dari Banten. Beliau adalah seorang linuwih, sakti mandraguna dan mampu menghadirkan arwah berwujud nyata, sosok yang bisa dilukis langsung atau minimal dapat difoto.
“Bisa, tidak ada yang tidak bisa di kolong langit ini kita lakukan, bila kita mendapat ridha Allah,” katanya, mantap, yang membuat aku yakin memang bisa.
Dalam wisik yang didapat Ustad Muhamad Salim, pelaku ritual, dia mendapatkan lokasi inti yaitu pada Danau Cipondoh, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang, Banten. Bukan di eks kerajaan Pakuan atau kerajaan Pajajaran di Bogor, Jawa Barat.
“Tidak perlu jauh, Kanjeng Prabu Siliwangi dan anaknya, Pangeran Kian Santang, ada di danau Cipondoh,” kata ustad Salim, 68 tahun, paranormal kelahiran Temanggung, Jawa tengah, keluaran Pesantren Al-Mutaqqin, Magelang. Seorang yang faham kitab kuning dan mampu mengislamkan ribuan jin kafir, setan putih, yang kini beristrikan 117 jin cantik.
Malam Jumat Kliwon, 5 Februari 2016 kami pergi ke Danau Cipondoh. Malam itu, pukul 24.00 situasi danau sangat gelap. Agak dingin karena baru saja hujan dan tidak ada manusia seorang pun di sana. Kami naik perahu kecil pinjaman menuju pulau kecil berpohon Angsana di tengah danau. Danau yang dikenal terdapat seratus siluman ular yang sering maujud di tiap malam Jumat Kliwon setiap bulan.
Tapi malam itu, kami bukan ritual untuk bertemu siluman ular yang angker, tapi mau bertemu arwah Prabu Siliwangi dan keluarganya. Mereka sudah berada di alam gaib, namun dimensi gaib itu dibuka oleh pakar supranatural seperti Ustad Muhamad Salim, yang bisa dipanggil Mbah Lim.
Sebagaimana manusia biasa, yang awam akan hal mistik, aku diberikan kunci kecil oleh Mbah Lim saat berada di lokasi ritual. Aku dituntut mengisap rokok gudang garam merah dan rokok klobot berkemenyan.
Lalu aku disuruh menyiapkan kertas kartun ukuran satu meter lengkap dengan konte hitam. Bila maujud, Prabu Siliwangi langsung aku lukis. Cara melukis di dalam gelap adalah dengan menggunakan obor. Dari sinar obor itu, aku akan dapat memindahkan Wajah Prabu Siliwangi ke dalam kartus putih sebagai bahan sketsa untuk membuat patung.
Setelah membakar kemenyan, madat Turki, parfum Elizabeth Arden yang sudah aku siapkan, Mbah Lim langsung komat kamit membaca mantra memanggil arwah yangh diyakini sedang berada di Danau Cipondoh. Mantra yang dibaca adalah mantra Jawa Mantra, berbahasa Jawa halus dan hanya Mbah Lim yang mengerti dan memahaminya. Sementar aku, buta sama sekali, tidak paham mantra itu.
Pukul 02.00, beberapa jam setelah memanggil Kanjeng Prabu Siliwangi, yang datang justru anaknya. Yatu Prabu Kiansantang. Prabu Kiansantang datang dengan senyum manis tapi dengan mata bulat yang tajam.
Semasa hidupnya, Prabu Kiansantang adalah jagoan besar yang tak terkalahkan di Pulau Jawa. Dia selalu bertarung dan menang, siapapun musuh yang berseteru dengannya. Saking jagoannya dia, hingga akhir hayatnya, dia tak punya musuh lagi karena semuanya takut kepada Prabu Kiansantang.
“Nama saya Raden Sangara atau panggilan Syech Sunan Rohmat Suci, saya putra Prabu Siliwangi,” katanya, kepada Mbah Lim dan kepadaku juga.
Aku mundur selangkah dengan posisi tidak mau ambil resiko gaib. Sebab urusan gaib itu adalah urusan Mbah Lim, pakarnya. Aku hanya seniman patung dan kontraktor benda seni yang akan menjadikan Prabu Siliwangi patung besar di Galur, Kota Sukabumi Selatan.
Aku anak kandung Prabu Siliwangi, Sri Baduga Maharaja, Raja Pakuan Pajajaran dengan Nyi Subanglarang. Kami bertiga bersaudara kandung. Aku, Kiansantang, kakakku, Walang Sungsang atau Prabu Cakrabuana, dan kakakku lagi, Rara Santang. Rara Santang adalah ibu kandung dari Sunan Gunung Jati Cirebon.
Aku menjadi Dalem Bogor ke dua pada saat usiaku 22 tahun. Bertepatan dengan upacara penyerahan tongkat pusaka sakti kerajaan dan penobatan Prabu Munding Kowati, putra sulung Prabu Susuk Nunggal menjadi panglima besar Pajajaran. Cerita Prabu Kian Santang kepada Mbah Lim.
“Kenapa kau mau membuat patung ayahku, bukan aku. Sukabumi itu mayoritas Islam dan aku beragama Islam. Bahkan aku adalah aulia, seorang ulama besar yang menyebarkan Islam di Jawa Barat. Jadikan patungku untuk peringatan sejarah Islam, bukan untuk disembah. Jika menyembah patung, patung siapapun, haram hukumnya, karena itu syirik besar.Tapi kalau dijadikan sebagai peringatan sejarah dan karya seni budaya, boleh, tidak haram. Maka itu, siapapun akan menghancurkan patungku, akan dikutuk. Begitu juga dengan patung ayahku, terkutuklah mereka yang menghancurkannya, karena bukan barang sembahan, tapi barang kesenian, karya manusia yang diberi akal dan jiwa seni oleh Allah Azza Wajalla,” ungkap Prabu Kian Santang, kali ini matanya menatap mataku, dan aku ketakutan.
Aku lalu diperintah untuk membuka kertas dan memainkan konte pensilku untuk melukis dirinya. Wajah dan tubuh serta pakaian kebesarnya. Aku lalu menuruti perintah itu. Aku mengeluarkan pensil konte dan melebarkan kertas lalu mulai melukisnya dengan jari sedikit gemetar karena takut.
Sambil aku melukis dirinya, Prabu Kian Santang terus berbicara, dialog gaib dengan Mbah Lim. Setelah lukisan jadi, dia melihat karyaku itu dan tersenyum,
“Bagus, inilah aku sejatinya,” ungkapnya. Beberapa saat kemudian dia berpelukan lagi dengan Mbah Lim, lalu menghilang ke langit, terbang ke selatan di atas Danau Cipondon.
“Beliau pergi ke laut selatan, turun di Pulau Tinjii, Banten Selatan,” kata Mbah Lim, kepadaku.
Dalam ritual keramat itu, hanya Prabu Kian Santang yang hadir dan zohir, yang lain tidak. Walau tujuan utamaku untuk melukis Prabu Siliwangi, namun Mbah Lim menyarankan agar patung di Galur, Sukabumi itu, dirubah. Bukan Prabu Siliwangi naik kuda, tapi Prabu Kian Santang berkuda dengan menghunus Pedang Sayidinah Ali. Sebab dalam dialognya, Prabu Kian Santang selalu menyebut pedang Sayidinah Ali.
Walau Ali hidup di jaman Rasurullah, abad ke VII, namun pedang itu jatuh supramistika kepada Prabu Kian Santang, saat Kian Santang berkunjung ke Mekah. Prabu Kian Santang bertemu gaibnya Sayidinah Ali dan diberikan pedang angker yang banyak dicari dunia mistik itu. Pedang itu ada di Prabu dan dia ingin dipatungkan bersama kuda kesayangannya Si Hitam Legam dan pedang Sayidinah Ali di tangan kanannya.
Nampaknya grand desain patung Prabu Siliwangi harus berubah. Aku akan merubah bentuk patung di Galur, Sukabumi Selatan yang bertinggi 30 meter yang jadi kebanggan warga Sukabumi itu, dirubah menjadi patung gagah perkasa Prabu Kian Santang.
Mbah Lim menyarankan hal itu karena Prabu Kian Santang adalah Pangerang yang menjadi simbol Islam di Kerajaan Siliwangi. Dialah waliullah yang mengislamkan banyak warga agama lain di tanah Sunda. Sementara ayahnya, hingga mukswa, tidak memilih Islam sebagai agamanya.
“Sebaiknya patung Prabu Kian Santang yang dibuat, bukan patung Prabu Siliwangi,” bisik, Mbah Lim, kepadaku. (Kisah ritual supramistika Mas Budi dan Mbah Lim di Danau Cipondoh 5 Februari 2016 lalu, kepada penulis). Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)