Cerita Kisah Kyai Pamungkas

Panggonan Wingit: SITUS SOKOLIMAN, GUNUNG KIDUL

Panggonan Wingit: SITUS SOKOLIMAN, GUNUNG KIDUL

Sebuah situs kuno berada di dusun Sokoliman, Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul, Yogyakarta. Karena lokasinya di dusun Sokoliman, maka disebut situs Sokoliman. Di situs ini terdapat puluhan petak sarkofagus (kuburan) dan ratusan menhir (batu penanda kuburan). Banyak orang China melakukan ritual sembahyang dan ziarah di situs ini. Mereka yakin dengan melakukan ziarah di tempat ini akan mendapat banyak keberuntungan. Namun tidak sedikit juga kyai yang berziarah ke makam itu…

 

“Meskipun situs di sini sebenarnya hanyalah perkiraan tentang kuburan nenek moyang menurut ahli sejarah, namun banyak yang ziarah seakan-akan kuburan itu adalah makam keluarganya,” tutur Sugito (43), seorang juru pelihara dari situs Sokoliman.

 

Mereka datang membawa bunga, dupa, dan bersimpuh di depan masing-masing petak kuburan atau kubur batu asli. Di lokasi memang terdapat ratusan batu kubur yang berserakan. Lokasi ini diyakini sebagai kuburan kaum Budha di masa lampau.

 

“Jadi peziarah yang datang kemari memang kebanyakan adalah penganut agama Budha,” jelas lelaki yang mengaku telah 15 tahun bertugas di situs tersebut.

 

Karena mayoritas yang datang adalah orang-orang dari keturunan China. Mereka datang secara berombongan di malam hari untuk melakukan ritual ziarah. Melihat cara ziarah mereka, diyakini tak hanya sekedar melakukan doa seperti layaknya orang ziarah. Mereka adalah para peziarah yang juga melakukan ritual untuk memperoleh berkah kekayaan atau keberuntungan.

 

Tak jarang para peziarah ini juga membawa semacam pemandu sendiri saat datang. Para pemandu tersebut akan menunjukkan lokasi mana saja yang dianggap mempunyai gaib besar untuk melakukan ziarah dan ritual Kekayaan. Ada keyakinan bahwa tiap malam, atau di waktu tertentu gaib yang dimaksud sering berpindah tempat. Itu sebab banya yang membawa pemandu spiritual untuk mendeteksi lokasi yang diinginkan.

 

“Yang saya lihat, lokasi petak kuburan itulah yang paling sering menjadi lahan favorit untuk melalukan ritual,” ceritanya.

 

Petak kuburan itu berwujud hamparan tanah berukuran sekitar 1,5 X 2 meter. Berbentuk persegi panjang dengan pagar keliling dari batu-batu kotak. Batu kotak itu sendiri ditanam sekitar setengah meter ke dalam tanah, dan beberapa centimeter muncul ke permukaan. Di dalam area pagar batu menyembul batuan menhir yang uniknya berbentuk rata-rata hampir sama, seperti mirip huruf L. Sementara di depan dinding itu kadang masih ditanam dua buah batu menhir dengan ujung lancip menjulang ke atas. Di lokasi petak kuburan dan batuan menhir inilah peziarah melakukan ritualnya hingga mendapat petunjuk gaibnya.

 

“Selain mendapat petunjuk gaib, kadang mereka juga langsung memperoleh serpihan tulang, benda gerabah, hingga manik-manik. Malah beberapa minggu yang lalu ada yang sempat cerita, mendapat emas hingga seperempat kg dalam bentuk batuan kasar dan batangan kecil,” katanya.

 

Benda-benda itu sebetulnya berwujud nyata dan sudah barang tentu merupakan benda bernilai sejarah tinggi. Namun para peziarah yang mendapatkan justru percaya bahwa barang itulah yang dianggap mempunyai tuah gaib bagi mereka. Tentu saja tuah gaib sebagai sarana agar bisa mendapat kekayaan dengan cepat.

 

Hal itu karena munculnya benda itu juga terjadi secara tiba-tiba. Artinya tanpa terlihat dulu sebelumnya saat pelaku ritual tiba di lokasi. Sehingga mereka merasa sah memiliki dan bisa langsung membawanya pulang. Apalagi kedatangan mereka yang rata-rata malam dan pulang juga dalam keadaan masih gelap. Sementara tata tertib di lokasi situs sendiri juga cukup longgar, yaitu pengunjung bebas masuk asal tidak merubah atau merusak isi situs dalam kondisi apapun.

 

Cerita tentang batu dan lokasi situs Sokoliman sendiri sangat menarik dan penuh misteri. Banyak kalangan percaya bahwa dulu pembangunan keraton Yogyakarta ada kaitan erat dengan situs ini. Setiap ada pembangunan atau renovasi dalam bagian bangunan keraton, dipastikan Sugito ada punggawa keraton yang datang ke lokasi situs Sokoliman.

 

“Mereka bersemedi beberapa hari untuk mendapatkan wangsit atau petunjuk gaib tentang tentang pelaksanaan pembangunan keraton. Gambaran tentang bahan bangunan, lokasi, ataupun bentuk bangunan keraton biasanya bisa diperoleh setelah bersemedi di situs ini,” ungkapnya.

 

Bahkan beberapa punggawa keraton ada yang hingga berminggu-minggu lamanya berada di lokasi. Sehingga ada cerita seringkali mereka menjadi akrab dengan beberapa penduduk desa, terutama gadis-gadis desa. Dan karena jalinan yang akrab itulah timbul semacam cinta lokasi. Akhirnya ada yang sampai menikah dengan gadis desa setempat. Malah beberapa ada yang sempat mempunyai keturunan. Sehingga hubungan emosional antara warga desa dengan keraton Yogyakarta sangat kental. Bahkan sampai saat ini, jika ada warga Sokoliman berkunjung ke istana Yogyakarta akan dianggap sebagai tamu istimewa. Mereka dianggap sebagai bagian dari keluarga besar atau besan dari keluarga besar keraton. Malah saat ada perayaan pasar malam Sekaten di alun-alun, maka pedagang terbanyak juga berasal dari wilayah desa ini. Uniknya hingga saat ini, tak ada satupun warga Sokoliman yang secara langsung berkerabat dengan keluarga bangsawan keraton.

 

“Jadi mereka hanya percaya adanya hubungan keluarga itu dari sejarah turun-temurun, saat di masa lampau ada bangsawan atau punggawa keraton datang bersemedi di situs ini,” katanya lagi.

 

Karena sudah menjadi cerita turun temurun, maka meskipun tak ada satupun warga Sokoliman atau bangsawan keraton yang mengaku punya hubungan kerabat, tetap saja mereka menganggap saling besanan. Entah di mana garis keturunan yang menjadi penghubung kekerabatan antara warga dan pihak keraton. Banyak yang menduga bahwa, garis keturunan itu memang sengaja menutup diri.

 

“Mereka saling tidak mengaku secara terang-terangan dan menutup diri karena situasi politik di jaman dulu,” ujarnya seperti mengira-ngira.

 

Konon, saat Pangeran Diponegoro dulu melawan Belanda, maka situasi politik menjadi tak menentu. Dan mana pihak lawan atau kawan kadang sulit dibedakan. Itulah sebab agar wilayah desa aman, maka wargapun bersikap seolah-olah tidak ada hubungan dengan keraton Yogyakarta. Namun di saat-saat tertentu, ada perwakilan yang tetap saling berkunjung.

 

Dan entah mengapa sikap dan situasi tersebut mungkin terbawa hingga sampai sekarang. Meskipun begitu cerita tentang hubungan itu tetap abadi. Sehingga tak hanya warga Sokoliman yang dianggap sebagai keluarga besar keraton. Namun sebaliknya, keluarga keraton Yogyakarta juga dianggap tamu istimewa jika sedang berkunjung ke desa Sokoliman.

 

Selain cerita hubungan historis dengan pihak keraton, satu lagi cerita tentang keunikan Situs ini. Situs Sokoliman yang secara resmi dipagari kawat oleh dinas purbakala sebenarnya hanyalah sebagian kecil saja dari keseluruhan situs. Meskipun kecil, namun dianggap sebagai pusat dari keberadaan semua situs yang ada. Situs paling besar atau paling banyak justru berada di luar pagar resmi. Artefak, batu, bangunan kecil, atau peninggalan lain yang berhubungan dengan situs tersebar di semua sudut desa.

 

“Bahkan banyak yang tersimpan di halaman atau di dalam rumah warga,” ceritanya meyakinkan.

 

Ada beberapa alasan kenapa benda-benda tersebut tidak dikumpulkan dalam satu tempat atau di pusat saja. Alasan pertama, karena letak atau luas, sementara situs terlalu sempit. Jadi jika semua penemuan atau peninggalan benda-benda situs dikumpulkan dalam satu tempat tentu tak akan muat. Alasan kedua, banyak dari benda-benda situs yang tersebar sudah menyatu dengan alam.

 

Yang dimaksud menyatu dengan alam, yaitu banyak dari situs berupa bangunan atau batu sudah lekat dengan tempatnya. Jadi benda-benda itu sulit dipisahkan dari tempat atau posisi aslinya. Biasanya berbentuk batuan menhir besar, atau bangunan yang sudah menyerupai struktur bangunan mirip candi kecil. Benda-benda itu banyak tersebar di seluruh area desa. Masing-masing seperti sudah mempunyai fondasi yang kokoh dan menyatu dengan alam.

 

“Jadi jika harus dipindah satu per satu memang sulit dan menghabiskan banyak biaya,” ujarnya.

 

Namun ada alasan yang paling kuat. Yaitu kepercayaan warga desa. Mereka sangat percaya, jika memindahkan bendabenda bersejarah dari tempatnya lebih banyak akan mendapat celaka. Sangat sedikit kemungkinan direstui oleh roh gaib penjaga benda-benda itu. Jadi karena memilih aman, mereka lebih membiarkan benda-benda itu berada di tempatnya sebagaimana aslinya.

 

Meskipun berada di halaman, di sudut rumah, di pinggir jalan, dekat sumur, di tengah kebun, tak ada yang berani merubah atau memindah posisinya. Benda-benda itu dibiarkan saja. Bahkan dinas purbakala sendiri cukup toleran dengan kepercayaan warga desa setempat. Solusinya, mereka hanya mendata keberadaan dan letak benda-benda itu. Jika sewaktu-waktu akan diteliti mereka sudah mempunyai data-datanya.

 

Akan halnya bagi masyarakat sendiri, kepercayaan untuk tabu memindah benda-benda itu diawali oleh beberapa kejadian sebelumnya. Dulu saat ada proyek pengumpulan benda purbakala dari dinas terkait, masyarakat turut membantu. Namun ada kejadian di mana beberapa warga mendadak sakit gila dan kesurupan saat memindah benda-benda itu.

 

“Sejak saat itulah warga sama sekali tak ada yang berani mengganggu-gugat keberadaan benda-benda situs bersejarah itu. Apalagi merusak atau mengambil sebagian dari benda itu,” tambah bapak berputra dua ini.

 

Warga secara kompak percaya dengan benda-benda kuno yang dianggap keramat dan mengandung roh gaib itu. Bahkan di waktu-waktu tertentu, biasanya saat warga mempunyai hajat selalu membuat sesaji di dekat benda-benda itu. Namun sesaji itu tidak harus berada di dekat persis benda keramat yang dimaksud. Mereka bisa menaruh sesaji dalam radius paling jauh sekitar 2 km dari bendanya.

 

Yang paling sering, sesaji khas desa itu diletakkan dalam persimpangan di jalan-jalan desa. Selama pesta hajatan berlangsung, sesaji juga tidak boleh disapu dari jalanan. Malah ada yang masih percaya, jika sedang berjalan di depan ada sesaji seperti itu, maka sebaiknya perjalanan dibelokkan atau memutari sesaji yang menghadang.

 

“Meskipun belum tentu benar, namun warga di sini semuanya percaya kok. Dan yang jelas tak ada yang berani mencoba melanggar adat turun temurun itu,” paparnya.

 

Jika melanggar pantangan atau adat desa, maka cerita atau resiko akan menjadi gila setelah kesurupan menjadi kepercayaan yang lumrah di desa Sokoliman. Satu lagi pantangan yang juga ditaati warga desa. Yaitu jangan pernah sekalipun mengencingi batu-batu bersejarah tersebut. Jika nekat akibatya memang berat. Secara umum mereka yang nekat melanggar pantangan biasanya dihukum menjadi gila.

 

Di dalam area situs pusat sendiri, ada cerita mistis tentang batu-batu menhirnya. Yaitu munculnya batu-batu misterius di dalam area secara mendadak. Batu-batu itu sering muncul tiba-tiba langsung berada di dalam area yang berpagar. Yang lebih aneh bentuk dan posisi batu juga berubah-ubah terus. Tak peduli siang ataupun malam. Batu-batu misterius itu sering membuat heboh.

 

“Dari cerita-cerita sesepuh kami, munculnya batu-batu itu adalah sebagai perlambang atau tanda-tanda akan sebuah kejadian,” urainya lebih jauh.

 

Misalnya batu menhir tiba-tiba muncul dalam keadaan miring dan jumlahnya ada puluhan. Dan beberapa hari kemudian semua batu itu rubuh secara bersamaan. Jika hal demikian yang terjadi, maka biasanya akan muncul wabah penyakit atau bencana. Kejadian beberapa tahun silam juga terjadi. Saat muncul empat menhir dalam posisi miring dan lalu rubuh, dua hari kemudian terjadi gempa Yogya yang sangat dasyat.

 

Begitu pula saat tiba-tiba muncul batu dalam keadaan tegak, dan tetap tegak dalam waktu lama, maka sebuah pertanda akan datangnya kabar baik. Biasanya panen warga akan sukses, lancar, dan melimpah. Atau kadang warga akan mendapat rejeki besar. Pernah kejadian saat batu menhir jenis ini muncul, tiba-tiba warga petani setempat mendapat bantuan modal gratis untuk pertanian dari pejabat pusat. Karena sering muncul batu misterius, maka jumlah batu di dalam situs juga bertambah meskipun tidak tiap hari atau tiap waktu tertentu. Seperti lazimnya tempat yang dianggap keramat dan gaib, seringpula muncul penampakan gaib di lokasi situs Sokoliman. Di sore hari sering dipergoki seorang lelaki tua tinggi besar melintas dan hilang di pelataran situs. Bahkan banyak warga yang bersaksi sering melihat seekor harimau putih sering tidur di depan salah satu menhir paling tinggi.

 

“Hingga sekarang peziarah yang datang masih di dominasi dari wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur,” tambahnya.

 

Khusus dari Jawa Timur kebanyakan justru dari kalangan ulama atau kyai pemilik pondok-pondok pesantren. Sedangkan dari Jawa Tengah, kebanyakan datang dari kalangan pengusaha atau pebisnis bermata sipit. Seringkali mereka berbaur dalam satu kompleks saat datang bersamaan. Jika sudah demikian, terlihatlah pemandangan yang unik. Puluhan kyai dengan pakaian khas tradisionalnya bertemu dengan orang-orang berkulit kuning bermata sipit dengan pakaian modernnya. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Kisah Mistis: KERIS SEMAR MESEM

Kyai Pamungkas

Kisah Mistis: BARON SEKENDER

Kyai Pamungkas

Batu Bertuah: Merah Delima

Kyai Pamungkas
error: Content is protected !!