Cerita Kisah Kyai Pamungkas

Panggonan Wingit: PETILASAN RADEN KAMANDAKA, BANYUMAS

Panggonan Wingit: PETILASAN RADEN KAMANDAKA, BANYUMAS

Petilasan Batur Agung berada di lereng Gunung Slamet. Tepatnya 35 Km sebelah barat Obyek Wisata Alam Baturaden yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Bekas tempat pertapaan Raden Kamandaka itu sering menjadi jujugan para tamu pengalap berkah untuk berdoa memohon sesuatu pada Sang Pencipta Semesta.

 

Tidak sedikit mereka yang datang dari luar wilayah Kabupaten Banyumas hingga bermalam beberapa hari lamanya menjelang malam yang dikeramatkan oleh para pengalap barokah. Menurut mereka, dengan bermunajat di malam-malam keramat tersebut bisa berinteraksi dengan yang mbahurekso untuk dimohonkan doa dan permohonannya kepada Allah SWT. Selain itu, mereka para peziarah yakin apa yang diikhtiarkan di malam itu bisa diijabahi.

 

Berbagai permasalahan yang dihadapi para pengalap berkah, menurut pengakuan Mbah Sobirin (55), insya Allah bisa terselesaikan. Asalkan mereka khusyuk dan yakin dengan ritual yang dilakoninya.

 

“Saya ini mengutip pengakuan mereka yang sudah datang beberapa kali untuk berdoa di petilasan keramat Raden Kamandaka. Banyak orang salah nyebut kalau ini dianggap sebagap makam, saya tegaskan kalau tempat ini merupakan petilasan tempat Raden Kamandaka pernah melakukan pertapaan di tempat ini,” ujar pria yang enggan disebut juru kunci tapi minta dituliskan jabatannya sebagai Juru Pelihara, Jupel, situs kepurbakalaan.

 

Petilasan Batur Agung, konon cerita, merupakan salah satu tempat Pertapaan Agung Raden Kamandaka, putra Raja, Kerajaan Padjajaran, Prabu Siliwangi. Petilasan ini berada di dalam bangunan rumah kecil berukuran sekitar 4 x 6 meter, yang dikelilingi pohon-pohon berukuran raksasa yang usianya sudah ratusan tahun.

 

Udara alam sekeliling yang masih tampak segar dan alami, sangat nyaman untuk dinikmati. Ditambah lagi, petilasan ini bersebelahan dengan obyek wisata alam outbound ‘Batur Agung’ yang dikelola Pemerintah Desa Baseh bersama warga desa setempat.

 

“Memang sejak delapan tahun lalu, Pemerintah Desa Baseh mengoptimalkan alam di Sekitar Petilasan Batur Agung ini menjadi suatu obyek wisata, dengan nama sesuai tempat para pengalap berkah petilasan yang sudah ada lebih dulu. Jadi di sini komplit, kalau mau wisata alam bisa ke outbound. Dan kalau mau bermunajat ke petilasan Raden Kamandaka, yang juga sebagai Situs Batur Agung,” ucap F yang tinggal di Grumbul Pondok Lakah I 01/Rw. 06, Desa Baseh, Kecamatan Ked Banteng, Kabupaten Banyumas. Menurut sejarahnya, tutur Sobirin lebih lanjut, konon tempat ini dulunya adalah tempatnya pria pilihan atau pria Agung. Seperti Mbah Batur Agung dan Syekh Mangunsari. Maka dari itu, tempat ini dinamakan Batur Agung. Batur berarti tempat, dan Agung berarti terhormat. “Saya kurang begitu paham, siapa dari mana Mbah Batur Agung dan Syekl Mangunsari itu.

 

Jalan untuk menuju Petilasan ini, tidak terlalu sulit, pasalnya, banyak angkutan umum dari terminal Angkutan Pedesaai Pasar Pahing Karang Lewas Purwokertc Ongkosnya pun relatif murah cukup Rp ribu saja. Sedangkan bagi peziarah yang mempergunakan kendaraan pribadi, perjalanan akan labih mudah dan langsung ke pintu gerbang petilasan. Petilasan Raden Kamandaka inipun sudah masuk dalam kategori Situs Purbakala dan dilindungi Undang-Undang RI No. 5/Tahun 1992 dengan PP No.10 / Tahun 1993.

 

Sesampai di bangunan rumah yang terletak tepat di samping pohon beringin besar dan berusia tua, mbah Sobirin pun langsung membuka pintu menuju ruang pesucen dimana tempat itu dijadikan tempat prosesi bermunajat kepada Allah Sang Pencipta Alam Semesta.

 

Bau wangi kemenyan bercampur dengan aroma Hio dan parfum langsung menusuk hidung, sehingga menambah suasana mistis semakin terasa.

 

Sementara di dalam ruang kecil itu, selain terhampar karpet plastik bermotif kotak-kotak, juga terdapat benda-benda purbakala berupa patung bebatuan seperti Patung Batu berbentuk kakek Semar. Patung Batu berbentuk Bathara Guru, Bagawan Naradha, Rara Jonggrang, Togog dan patung batu berbentuk Bawor. Ditambah lagi dengan adanya bebatuan berbentuk Lumpang dan Rebana. Dimana para peziarah akan bersimpuh di depan patung bebatuan tersebut untuk memohon apa yang menjadi kehendaknya kepada Allah SWT melalui perantara ‘penunggu gaib’ petilasan tersebut.

 

“Semua batu benda Purbakala itu berusia ratusan tahun sebelum Masehi, hal itu sesuai data yang tercatat di Dinas Arkeologi Jogjakarta dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Propinsi Jawa Tengah. Saya berharap semua tamu itu hanya memohon doanya kepada Tuhan Pencipta Semesta Alam, sedangkan petilasan ini hanyalah sebagai perantara saja,” pinta Mbah Sobirin, yang sudah bekerja sebagai Juru Pelihara selama 25 tahun, sekaligus juga berprofesi sebagai staff Kepurbakalaan, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Propinsi Jawa Tengah.

 

Di dalam ruangan ini memang tidak ada penerangan lampu listrik, sambungnya, jadi bagi pengunjung yang ingin berdoa di sini lebih baik bawa lilin atau senthir. Jika melihat dari bekas atau sisa-sisa pembakaran ubo rampe para pengalap berkah, terlihat selain tumpukan bekas kemenyan, juga tampak adanya Hio (dupa yang biasa dipakai warga Tionghoa berdoa, red).

 

Hal ini menurut Mbah Sobirin, dikarenakan yang datang berziarah tidak saja dari kalangan warga kepercayaan Kejawen, dan umat Islam saja, melainkan dari agama lain pun ada yang datang.

 

“Yang datang kesini dari berbagai lintas kepercayaan dan agama, jadi saya selaku juru pemelihara mempersilahkan dan saya yang memimpinnya tetap berdoa sesuai kepercayaan saya, selanjutnya mereka biasanya meminta waktu untuk berdoa sendiri selepas ritual inti yang saya pimpin,” aku suami Ny Upi Sunani (55).

 

Khususnya di Bulan Maulud, lanjutnya, sangat ramai dikunjungi peziarah baik dari lingkup Desa Baseh ataupun dari luar Kabupaten Banyumas. Karena, menurut Mbah Sobirin, di bulan ini warga Desa Baseh sendiri mengadakan slametan, nyekar dan berdoa di petilasan Batur Agung serta.

 

“Bahkan warga sini pun masih ketat memegang adat dan tradisi jika ada niatan membuat pesta di rumahnya, selalu memintz ijin terlebih dulu ke petilasan ini untuk meminta agar selamat tidak ada gangguan,” jelas mbah Sobirin.

 

Pantang Bersiul, di Seputar Desa lingga Petilasan Mbah Sobirin merupakan generasi ke 8 dari nenek moyangnya yang ditunjuk menjadi juru kunci atau juru pemelihara situs purbakala Petilasan Batur Agung di Desa Baseh. Pria dengan postur tubuh agak gemuk dan tinggi sekitar 160 Cm itu, masih sangat sigap melayani tamu yang datang untuk ngalap berkah.

 

“Sebagai juru pemelihara ini saya hanya sebagai penerus saja. tidak ada wangsit atau hal apapun ketika ditunjuk sebagai penerus jabatan juru pemelihara petilasan ini. Saya juga harus siap 24 jam melayani tamu yang datang di siang maupun malam hari, dan biasanya mereka akan bersemedi atau hanya ingin menyepi. Dan juga tugas saya selalu mengingatkan akan pantangan yang berlaku di petilasan tersebut,” aku pria yang menikah di tahun 1976.

 

Yaa, ada pantangan yang harus dipatuhi oleh siapapun yang datang memasuki wilayah Desa Baseh hingga ke Petilasan Batur Agung, tuturnya lebih lanjut. Karena itu semua ada sebab musababnya mengapa pantangan tersebut harus dipatuhi. Dijelaskan Mbah Sobirin, pantangan tersebut adalah ketika sudah memasuki wilayah Desa Baseh maka sangat dilarang untuk bersiul. Apalagi di sekitar petilasan.

 

Hal ini dikarenakan, sekitar 150 meter dari petilasan Batur Agung terdapat Panembahan Cipari yang cukup disegani warga Desa Baseh. Konon cerita, di jaman dahulu kala ada seorang petani yang tengah memanen padinya di tengah sawah, dekat dengan Batur Agung. Kemudian petani yang ternyata memiliki ilmu kesaktian cukup tinggi itu tidak memikul atau menaikkan hasil panennya itu ke gerobak untuk dibawanya pulang ke rumah. Melainkan dengan cara digiring layaknya seorang penggembala yang menggiring hewan bebek, kambing atau itik di jalan raya.

 

Padi-padi hasil panenannya itupun bergerak dan terus bergulir sesuai perintah sang bapak tani itu. Di saat padi bergulir menggelinding di jalanan, ada seorang penderes nira kelapa sambil bersiul di atas pohon kelapa yang berada di pinggir jalan dimana bapak petani itu akan melintas. | Spontan butiran-butiran padi itupun» berhenti bergerak setelah terdengar siulan dari penderes kelapa. Sejak saat itu, si petani desa yang sawahnya dekat dengan petilasan Batur Agung tersebut marah dan mengeluarkan sumpah.

 

“Ya petani itu mengucapkan sumpah bagi siapa saja yang berada di wilayah Batur Agung hingga ke perbatasan Desa Baseh untuk tidak bersiul. Jika larangan ini dilanggar maka akan tanggung sendiri akibatnya,” ucap Mbah Sobirin, yang sudah dikaruniai 5 anak dan 3 cucu.

 

Pantangan tersebut benar-benar nyata, tuturnya lebih lanjut. Di tahun 1990 ketika sang ayah Mbah Sobirin masih menjadi juru pemelihara petilasan ini, menemukan warga Desa Baseh yang kesurupan dan langsung pingsan usai bersiul.

 

Terus oleh pihak keluarga, orang tersebut dibawa ke petilasan Batur Agung dan dipertemukan dengan orang tuanya Sobirin kecil. Setelah didoakan dan meminta ampun atas segala kesalahan yang telah diperbuat maka warga itupun langsung sembuh.

 

“Sejak saat itu warga desa pun sangat mentaati pantangan yang telah ditetapkan,” ujar Mbah Sobirin.

 

Selain itu, menurut Mbah Sobirin, ada juga hari yang menjadi pantangan bagi pengunjung yang hendak pisowanan untuk ngalap berkah di Petilasan Batur Agung, yaitu pada hari Senin Pahing.

 

Pasalnya, pernah ada kejadian aneh sekitar di awal tahun 1999 talu, ada serombongan tamu yang datang ke Petilasan Batur Agung tanpa seijin dirinya (Mbah Sobirin. red) selaku juru pemelihara tepat pada hari Senin Pahing. Kebetulan waktu itu belum dibuatkan pintu gerbang seperti sekarang ini. Sehingga dengan mudahnya setiap orang keluar masuk areal petilasan.

 

“Ketika usai rombongan tamu itu bermunajat di petilasan keramat tersebut, orang tersebut langsung kesurupan sesampainya kembali ke rumah. Menurut pengakuan keluarganya, orang itu berucap beberapa kalimat yang mengartikan agar kembali ke petilasan Batur Agung untuk meminta maaf karena telah lancang masuk tanpa ijin. Ini nyata terjadi mas, dan masih ada beberapa kejadian yang tidak mungkin lah saya ceritakan semua di media ini,” cerita Mbah Sobirin. ”

 

Ditambahkannya, jika hendak bermunajat di petilasan Batur Agung ini untuk ubo rampenya tidak lah terialu sulit. Cukup kembang telon, sebungkus kembang wuwur, rokok klaras jagung sejodoh, rokok kretek gudang garam merah juga sejodoh, kemenyan atau hio (untuk hio atau dupanya disediakan 3 batang), minyak Jafaron, bedak Fanboo, dan jajanan pasar seperti ketan adem. ‘

 

Setelah semua ubo rampe dipersiapkan, langkah berikutnya menurut Mbah Sobirin, tinggal lelaku ritual di petilasan Batur Agung yang akan dimulai pada pukul 22.30 wib. Namun Mbah sobirin juga memberi saran agar selama tiga hari sebelum bermunajat, sebaiknya lelaku prihatin terlebih dulu dengan melakukan puasa mutih atau puasa biasa yang buka untuk membatalkannya cukup satu kali pada saat berkumandang adzan Maghrib.

 

“Jadi makannya cukup saat Maghrib saja, tidak pakai makan sahur. Dan janganlah terlaiu kenyang atau berlebihan pada saat berbuka puasa tersebut. Dan saya ingatkan kembali kalau berdoa memohonlah kepada Allah Yang Maha Kuasa, janganlah meminta kepada yang mbahurekso petilasan ini. Yang mbahurekso ini hanyalah sebagai perantara saja. semua itu datangnya dari Allah SWT,” ucap Mbah Sobirin penuh nasihat. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Kisah Kyai Pamungkas: PESUGIHAN KEDONO KEDINI DIJAGA ULAR BERKEPALA MANUSIA

Kyai Pamungkas

Panggonan Wingit: SILUMAN ULAR CIBALONG

Kyai Pamungkas

Kisah Kyai Pamungkas: MISTIS DISEPUTAR BUNG KARNO

Kyai Pamungkas
error: Content is protected !!