Panggonan Wingit: MISTIS GUNUNG NINI, PANGALENGAN
Di kawasan dataran tinggi Kec. Pangalengan, Kab. Bandung, Jawa Barat, terdapat areal perkebunan teh yang sangat luas, Perkebunan tersebut dibangun sejak 1896 dan berada di wilayah Pegunungan Malabar. Adalah Karel Albert Rudolf (KAR) Bosscha, orang pertama yang sempat membuka areal perkebunan teh seluas 83 hektaran itu. Beliau merupakan ahli botani asal Negeri Jerman yang sengaja datang ke negeri ini, atas permintaan pemerintahan penjajah Hindia Belanda. Selain membuka areal perkebunan, beliau pun sempat pula membangun sebuah pabrik khusus untuk pengolahannya. Yaitu, yang diberi nama Pabrik Teh Malabar…
Tepat di tengah areal perkebunan yang menghampar bak permadani yang berwarna hijau itu, terdapat sebuah bukit atau gunung kecil yang sangat indah, dikenal dengan Gunung Nini. Jika kita mencoba berdiri di atas puncaknya, serta melemparkan pandangan ke segenap penjurunya, maka seluruh areal perkebunan itupun akan bisa terlihat dengan sangat jelasnya. Sehingga oleh KAR Bosscha sendiri, lokasi itupun dijadikannya sebagai base camp atau tempat khusus untuk melakukan pengawasan. Dimana, dengan hanya menggunakan sebuah alat teropong yang dibawanya, beliau bisa mengawasi seluruh areal perkebunan, berikut aktifitas para pekerjanya. Hingga, demi lebih menunjang dan memudahkan dalam aktifitas rutinnya itu, maka beliau kemudian membangun semacam Shelter atau bangunan yang berupa saung kecil, tepat dibagian puncaknya.
Saung kecil itu dibuat dengan bentuk bundar, dengan empat buah kaki penopang yang menggunakan batangan kayu yang cukup besar. Tinggi lantai saung dari atas permukaan tanahnya sekitar 3 meteran. Sehingga dengan sangat lebih nyaman pula, beliau bisa bebas memandang tanpa diterpa hujan atau sorotan terik matahari yang panas. Dan kini, keberadaan saung kecil serta keindahan pemandangan Gunung Nini ini, kerap sering pula dimanfaatkan oleh penduduk ataupun para pengunjung yang sengaja datang sebagai sarana bermain (rekreasi). Utamanya pada saatsaat datangnya hari libur. Dimana, selain menyantap perbekalan makanan yang dibawa, biasanya mereka pun sering asyik pula berfoto, sembari menikmati keindahan pemandangannya itu.
Sebab musabab hingga dinamakan Gunung Nini, sebagaimana informasi yang didapat, ialah karena konon dahulunya di kawasan itu sering dijumpai adanya penampakan seorang nenek-nenek renta yang misterius. Dimana, nenek-nenek renta yang selalu mengenakan pakaian kebaya berwarna serba hijau itu akan selalu nampak berada di sana. Namun, dengan seketika pula sosok itu pun akan menghilang. Yaitu, hanya sesaat setelah orang-orang yang memergokinya itu mengalihkan pandangannya ke arah yang lain.
“Ya memang, dahulunya sosok neneknenek yang sudah renta itu biasanya memang akan bisa ditemui di sekitaran puncak Gunung Nini ini. Yaitu, ia akan selalu nampak tengah duduk-duduk di bawah pohon, sambil menyulam dan memangku (Sunda: melahun) seorang bocah laki-laki!” ujar Enday (67 tahun), penduduk perkampungan setempat yang berhasil ditemui tidak jauh dari lokasi.
Menurut keterangan laki-laki yang pada masa mudanya mengaku, bekerja sebagai buruh panggul di Perkebunan Teh Malabar tersebut, Konon mendiang KAR Bosscha sendirilah yang untuk pertama kalinya menamakan gunung tersebut, dengan sebutan unik, Gunung Nini itu. Karena konon, beliau pulalah yang dahulunya paling sering memergoki adanya penampakan seorang nenek-nenek tua yang misterius itu. Yakni, pada setiap dirinya datang hendak mengawasi perkebunannya itu.
SAUNG KERAMAT
Hingga, karena adanya cerita-cerita kerap dipergokinya penampakan seorang nenek yang misterius itu, maka selain dikenali sebagai kawasan yang wingit, oleh masyarakat di sana, Gunung Nini inipun, kemudian ada yang menganggapnya sebagai kawasan mistik yang keramat. Sehingga, saung-saungan kecil yang berada di sana pun, kemudian dikenali namanya dengan sebutan nyeleneh, “Saung Keramat”.
Sebagaimana penjelasan-penjelasan menarik yang didapat, bahwa selain kerap dipergoki adanya penampakan-penampakan wujud dari seorang nenek, alasan lainnya yang menjadi sebab sehingga kawasan itupun kemudian dikenalinya pula sebagai tempat wingit yang keramat, adalah karena konon sejak dahulunya disana telah dikenal pula beberapa nama sosok gaib yang bercokol, yang dipercayai sebagai leluhur penunggu gaib dari kawasan Pegunungan Malabar itu.
“Selain adanya cerita keberadaan seorang nenek yang misterius itu, di gunung ini pun sejak dahulunya telah pula dikenali sejumlah nama sosok leluhur yang menjadi penunggu gaibnya. Dimana mereka itu berasal dari seluruh kawasan gaib di Pegunungan Malabar ini. Ketika Saung Keramat inipun kemudian dibuat oleh Tuan Bosscha dahulu, maka semenjak itu pula kami di sini pun telah menjadikannya sebagai tempat keramat “baru” yang sangat wingit. Sehingga, selain tidak boleh melakukan hal-hal yang kotor dan sembarangan di sini, maka jika hendak melakukan acaraacara ritual yang sifatnya telah menjadi tradisi, biasanya kami akan pula selalu melakukannya di sini,” kata penduduk yang bernama Enday itu. Seraya kemudian ia mengajak penulis untuk mengamati secara lebih dekat keberadaan “Saung Keramat” tersebut.
Yang dimaksudkan dengan acara ritual yang sifatnya telah menjadi tradisi itu adalah acara ritual tertentu yang biasanya masih sering dilakukan oleh segenap warga di sana yang masih memercayainya. Mereka itu masih meyakini adanya kekuatan gaib tertentu. Salah satu bukti yang ditemui secara nyata oleh penulis tatkala merambah sisi kawasan itu, adalah masih nampak adanya sisa-sisa persyaratan ritual disekitar saung. Diantaranya, ada yang berupa butiran buah kelapa yang telah dikupas bagian atasnya, batangan dupa dan serpihanserpihan bunga yang beraneka rupa.
Saat-saat yang paling rutin dilakukannya acara ritual di lokasi ini, sebagaimana dijelaskan penduduk lainnya, yang bernama Atep (40 tahun), adalah pada setiap malam Jum’at Kliwon dan di pertengahan Bulan Safar. Pada kedua waktu tersebut, biasanya banyak orang datang mengikutinya. Acara ritual yang kerap dilakukan pada setiap pertengahan Bulan Safar itu, sebagaimana dijelaskan lelaki yang pada setiap harinya mengaku selalu berada di sekitaran Gunung Nini ini, biasanya dinamakan ritual Hajat Kubur.
“Di dalam ritual khusus yang waktunya tertentu itu, selain khusyuk berdoa pada Yang Maha Kuasa, kami pun biasanya mencoba meminta, agar bisa mendapatkan semacam petunjuk atau wangsit, dari para leluhur kami itu. Sehingga bisa tercapainya segala keinginan yang kami harapkan,” imbuhnya.
Selain adanya sosok gaib yang berwujudkan seorang nenek renta yang kerap menjelma di Gunung Nini itu, sebagaimana penjelasan penjelasan selanjutnya yang terhimpun, adalah konon di sana bercokol pula sejumlah nama sosok-sosok gaib lainnya. Seperti, ada yang bernama Mama Asmira, Eyang Sangkuy, Eyang Ambu, Eyang Rama dan Eyang Putera. Mereka-mereka itu, tidak lain merupakan nama-nama leluhur yang menjadi nenek moyang mereka di sana.
“Sebenarnya, di sini pun ada sejumlah makam atau petilasan keramat dari para leluhur nenek moyang asal perkampungan kami. Seperti makamnya Mama Asmira, yang dahulunya konon merupakan nama pemilik seluruh kawasan lahan perkebunan, sebelum dimiliki oleh Tuan Bosscha. Dan letaknya pun, sebenarnya tidaklah terialu jauh dari sini. Hanya, bagi kami para anak atau cucu yang menjadi ahli waris keturunannya yang hendak berziarah, biasanya sudah cukup dengan dilakukan di tempat ini saja. Sebab, sebagaimana keyakinan yang telah kami warisi secara turun-temurun, seluruh kekuatan leluhur yang berada di perkampungan kami yang ada di Malabar ini, sejak dahulunya memang sudah dipercayai berhimpun di Gunung Nini ini!” tandas Atep, dalam nada suaranya yang terdengar begitu yakin. Bahkan selain itu, konon disamping bisa berinteraksi secara langsung dengan para leluhur gaib penunggu Pegunungan Malabar itu, mereka itu bisa pula berinteraksi secara gaib dengan lelembut dari sang mantan pemilik areal perkebunan yang sangat terkenal itu, mendiang KAR Bosscha. Karena menurut cerita yang santer beredar, sosok gaib KAR Bosscha yang meninggal pada 1928 itu, kini bisa pula “kembali” muncul atau menjelma di sana.
GUNUNG PUTERA
Selain Gunung Nini, di kawasan itu terdapat pula gunung lainnya yang memiliki nketerkaitan dengan Gunung Nini. Seperti Gunung Aki, Gunung Rama, Gunung Ambu, Gunung Putera dan Gunung Incu. Bila kita “ terjemahkan artinya ke dalam Bahasa Nasional, maka maknanya saling berkaitan. Seperti Gunung Aki, artinya adalah gunung kakek, Gunung Rama berarti gunung bapak, Gunung Ambu sama dengan gunung ibu, Gunung Putera adalah gunung anak dan Gunung Incu bermaknakan gunung cucu.
Namun dari semuanya itu yang kisahnya santer terdengar adalah Gunung Putera. Karena, dari kawasan yang letaknya berada di bagian barat Gunung Nini ini, sempat pula beredar cerita mistik yang aromanya menggigit. Disebutkan, di gunung kecil ini tersiar pula kabar bercokol sosok makhluk gaib yang menjadi penunggu utama, yang wujudnya seorang bocah laki-laki bertubuh kerdil. Ia kerap terlihat berkeliaran dengan keadaannya yang hanya mengenakan pakaian bercelana pendek.
Konon, bocah gaib tersebut, tidak lain merupakan sosok penampakan dari seorang bocah laki-laki yang sebelumnya sering dijumpai di Gunung Nini itu, yakni saat selalu duduk-duduk dipangkuan kaki seorang nenek-nenek renta yang penampakannya selalu misterius itu. Karena wujud penampakannya yang sedemikian adanya itu, maka oleh masyarakat di sana memberi julukan Eyang Putera.
Tepat di bagian kaki sebelah selatan Gunung Putera itu, terdapat pula sebuah makam atau petilasan yang kisah dan keberadaannya masih sangat misterius. Namun, sebagaimana keterangan yang didapat, konon itu bukan makam Eyang Putera tersebut. Karena, sosok penampakan dari wujud yang kerap dipergoki berupa seseorang yang memiliki perawakan berbeda, yaitu tinggi besar. Sehingga oleh mereka pun, dijuluki Eyang Jangkung.
Hanya, soal apakah masih adanya keterkaitan cerita dengan sosok Eyang Putera itu, mereka masih belum memahaminya. Namun, jika dilihat dari atas puncak Gunung Nini, keberadaan Makam Eyang Jangkung inipun, akan terlihat dengan begitu jelas. Itu karena bagian cungkup makam yang berada diantara hamparan perkebunan teh tersebut, telah pula diberikan semacam tembok bangunan dengan cat putih. Sehingga jika dipandang dengan sepintas dari atas Saung Keramat itu, nuansa mistik kewingitan akan sangat terasa. Konon, pada masa pencarian nomor togel dahulu, kawasan makam yang letaknya jauh sekali dari perkampungan ini, kerap banyak sekali yang mendatangi pada saat memasuki malam hari. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)