Ngaji Bareng Kyai Pamungkas

Ngaji: SAYYIDAH ZAINAB, SRIKANDI KARBALA

Ngaji: SAYYIDAH ZAINAB, SRIKANDI KARBALA

Riwayat hidup Sayyidah Zainab berkaitan dengan riwayat hidup saudaranya Husain. Dalam sejarah Islam, namanya dikaitkan dengan tragedi Karbala yang merenggut nyawa Husain bin Ali bin Abi Thalib ra.

 

Sayyidah Zainab adalah puteri Ali Karamallahu wajhah, sepupu Nabi Muhammad SAW dan pemuda pertama yang masuk Islam. Ibunya yaitu Fatimah Az-Zahra, putri Rasul yang mulia dan wanita termulia di dunia. Kakeknya adalah Al-Musthafa, Rasul termulia, Sedangkan saudarasaudaranya adalah Hasan dan Husain.

 

Sejak kecil, Sayyidah Zainab mengalami dan menyaksikan peristiwa-peristiwa pergolakan politik dalam kekhalifahan. Dia bahkan menyaksikan ayahnya, Ali bin Abi Thalib terjun dalam pertempuran demi pertempuran. Di antaranya Perang Jamal, kemudian Perang Shiffin menghadapi Mu’awiyah, lalu menghadapi kaum Khawarij di Nahrawan.

 

Kemudian, Sayyidah Zainab juga menyaksikan bagaimana kekhalifahan berpindah dari keluarga Nabi Muhammad SAW dan menjadi warisan dalam dinasti Bani Umayyah.

 

Riwayat hidup Sayyidah Zainab berkaitan dengan riwayat hidup saudaranya, Husain. Dalam sejarah Islam, namanya dikaitkan dengan tragedi Karbala yang menewaskan Husain, sehingga Sayyidah Zainab juga dinamakan “Srikandi Karbala”. Gelar ini diberikan karena peranan besar yang ditunjukkannya dalam perang tersebut.

 

Dikisahkan, Zainab menyertai Husain dalam perjalanannya ke Kufah dan sama-sama berjuang dengannya pada pertempuran Karbala. Dia juga membantu orang-orang yang dianiaya, menolong yang terkena senjata, merawat yang terluka, begadang untuk menjaga serangan yang akan datang, memberikan semangat kepada mereka yang tampak lemah, serta memberikan dorongan dan meneguhkan para pejuang, tanpa mempedulikan rasa lapar, kepungan musuh, ataupun siksaan.

 

Pasukan Ibn Ziyad, gubernur Yazid di Kufah, telah mengepung Husain ketika dia dalam perjalanan menuju Kufah. Husain yang hanya ditemani pasukan berjumlah puluhan orang, memutuskan untuk berperang menghadapi ribuan musuh.

 

Para sahabat dan keluarganya, bergelimpangan menjadi syahid di hadapannya. Namun, Husain tidak mau menyerah. Dia memutuskan untuk melanjutkan pertempuran.

 

Karena perang yang berkepanjangan, perasaan haus sungguh menyulitkan Husain. Para musuhnya telah mencegahnya untuk mendapatkan air. Husain mencoba maju untuk mendapatkan air minum dari sungai Eufrat, tetapi sebuah anak panah mengenai mulutnya. Kemudian ratusan anak panah yang lain menghujani tubuhnya yang segera saja melorotkan kekuatannya.

 

Husain terkena 33 tusukan anak panah dan 34 sabetan pedang. Sebagian sejarawan menghitung jumlah anak panah yang mengenai pakaiannya. Ternyata jumlahnya ada 120 buah.

 

Sayyidah Zainab melihat semua itu dalam pertempuran Karbala. Bahkan, dia menyaksikan teror yang lebih keji lagi.

 

Ya, dia menyaksikan Zar’ah At-Tamini memenggal kepala saudaranya, Sinan bin Anas membawa kepala Husain dengan tombak, Ishaq Al-Khudhari merampas bajunya, Qais bin Al-Asy’ats merebut baju luarnya, Bahr bin Ka’ab mengambil celananya, Akhanas Al-Khudhari merebut sorbannya yang merupakan sorban warisan Nabi Muhmmad SAW, dan Al-Aswad Al-Awdi mengambil sandalnya.

 

Penyiksaan terhadap tubuh Husain tidak terhenti sampai disitu saja. Musuh datang dengan sepuluh pasukan kudanya dan dengan kuda-kuda itu, mereka menginjak-injak dada dan punggung jasad Husain. Kemudian mereka memenggal kepala dari keluarga dan para sahabat Husain, lalu mengangkat kepala-kepala itu ke atas dengan tombak mereka.

 

Para sejarawan menjelaskan secara panjang lebar tentang keberanian dan kesabaran Sayyidah Zainab, serta sikapnya dalam menghadapi bencana tersebut dan akibat-akibatnya. Tidak ada keluarga Husain dan para sahabatnya yang selamat, kecuali beberapa orang wanita dan seorang anak laki-laki, yaitu Ali zainal Abidin. Selamatnya anak itu merupakan suatu keajaiban.

 

Saat itu, Ali Zainal Abidin sedang sakit. Sewaktu pasukan musuh memasuki kemahnya dan ingin membunuhnya, bibinya, Sayyidah Zainab, bangkit menjaganya dan berseru lantang di hadapan mereka, “Demi Allah, dia tidak dapat dibunuh sampai aku terbunuh!”

 

Dengan selamatnya Ali Zainal Abidin, Allah SWT hendak melestarikan keturunan Husain di muka bumi. Sementara, Sayyidah Zainab bersama para tawanan dan potongan kepala Husain, digiring ke Kufah.

 

Sebelum iring-iringan tawanan itu berjalan menuju Kufah, pasukan pengiring bersama wanita-wanita tawanan itu, yang kepalanya dalam keadaan terbuka, mengelilingi jasad orang-orang yang terbunuh.

 

Sayyidah Zainab membuat orang-orang menjadi menangis ketika dia meratap pilu, “Oh Muhmmad! Ini Husain berada di tanah lapang, berlumuran darah dan terpotong-potong tubuhnya! Anak-anak perempuanmu menjadi tawanan sampai hari pengaduan. Oh… Muhmmad! Mereka ini anak-anakmu, kini berada di tanah lapang! Wajah mereka penuh debu dan tubuh mereka tercabik-cabik!”

 

Diceritakan bahwa sejak hari itu terdengariah ratapan yang sambung-nyambung, dari orang-orang yang telah menelantarkan Husain dan meninggalkannya sehingga terputus anggota-anggota badannya dan tertawan wanita-wanita keluarganya.

 

Ketika iring-iringan tawanan sampai di Kufah, para penduduk menyambut mereka dengan tangisan karena merasa ngeri dengan apa yang telah terjadi.

 

Dengan fasih Sayyidah Zainab berkata kepada mereka, “Wahai penduduk Kufah! Pria-pria kalian membunuh keluarga kami dan wanita-wanita kalian menangisi kami! Kalian tak ubahnya seperti wanita yang merusakkan kembali tenunan yang telah terjalin dengan kuat. Itulah seburuk-buruk yang kalian lakukan! Murka Aliah tertimpa atas kalian! Kalian akan kekal dalam siksaan! Sungguhkah kalian menangis dan meratap? Mengapa kalian menganggap enteng pembunuhan atas cucu Rasulullah, ki pemimpin pemuda ahli sorga? Sungguh, kalian telah mendatangkan bencana! Hampir saja langit terbelah, hampir saja bumi berantakan, dan hampir saja gunung-gunung bergelegar karenanya!”

 

Sayyidah Zainab dan tawanan lainnya lalu dibawa ke rumah Ibn Ziyad si gubernur lalim. Di sini terjadi perdebatan sengit di antara keduanya. Dengan penuh kewibawaan dan kebesaran, Zainab mematahkan semua argumen Ibn Ziyad dengan lancar. Di tempat ini, Ibn Ziyad juga hendak membunuh Ali Zainal Abidin. Tetapi Sayyidah Zainab memeluknya seraya berkata,”Wahai Ibn Zyad, cukup sudah keluarga kami yang telah kau bunuh! Bukankah engkau telah meminum darah-darah kami? Demi Allah, aku tidak melepaskannya! Jika kamu ingin membunuhnya, bunuh pula aku bersamanya!”

 

Sang gubernur biadab Ibn ziyad mengalah dan membiarkan anak itu. Dia juga menyuruh untuk melepaskan belenggu yang ada di tangan dan leher Ali Zainal Abidin. Ibn Ziyad kemudian memerintahkan agar semua tawanan diberangkatkan ke ibukota negara, yakni Syam, tempatnya pimpinan biadab yang sedang berkuasa, Yazid bin Mu’awiyyah. Para sejarawan menceritakan bahwa para tawanan yang dibawa di atas unta akhirnya sampai ke Syam, setelah mengalami kepayahan yang luar biasa dan kesulitan yang sangat berat.

 

Ketika parg tawanan tiba, Khalifah Yaz sedang mengayakan pertemuan, dengan para pembesar Syam. Anak buah Yazid memasukkan para tawanan tersebut, termasuk Zainab ke tengah-tengah mereka. Salah seorang yang hadir merasa sangat tertarik kepada seorang tawanan, yaitu Sukainah binti Al-Husain. Dia seorang gadis yang sangat cantik rupawan dan baru berusia 13 tahun.

 

“Berikanlah dia untukku,” kata orang tersebut kepada Yazid.

 

Yazid mendekat kepada Sayyidah Zainab, dan memegangi bajunya. Zainab segera menatap laki-laki rakus yang ingin mendapatkan kemenakannya itu, seraya berkata kepadanya dengan berani dan mantap, “Pendusta kau! Penjahat kau! Bukan untukmu, dan bukan pula untuk dia!”

 

Mendengar itu, Yazid sang khalifah lalim menjadi marah dan berkata, “Seandainya aku mau, aku pasti dapat melakukannya!”

 

Zainab pun menjawab, “Tidak! Sekali-kali tidak! Allah tidak menjadikan itu untukmu, kecuali jika engkau keluar dari agama kami (Islam) dan mengambil agama yang lain!”

 

“Apakah begini cara engkau menghadapiku?” Kata Yazid lagi.

 

Zainab kembali menjawab, “Engkau, ayahmu, dan kakekmu mendapat petunjuk bahwa agama Allah, agama saudaraku, agama ayahmu, dan agama kakekku. Tetapi engkau adalah penguasa lalim dan suka memaksa dengan kekuasaanmu!”

 

Sementara itu Sukainah binti Al-Husain kembali mencoba untuk mengambil Ali Zainal Abidin. Dia mendesak terus kepada Yazid bin Mu’awiyah, “Wahai Amirul Mukminin, berikanlah anak ini kepadaku.” Kali ini, Yazid mengelaknya dengan marah. Rupanya dia masih memiliki sedikit rasa malu setelah mendengar apa yang dikatakai oleh Sayyidah Zainab.

 

“Dia pun menghardik Sukainah binti AlHusain, “Menyingkirlah kau! Semoga Allah membinasakanmu!”

 

Ketika Yazid mulai menggelindingkan kepala Husain bin Ali bin Abi Thalib ra sambil memikir-mikir siksaan yang akan dilakukan kepada para tawanan, Sayyidah Zainab bangkit dengan penuh kepercayaan, keimanan, dan keteguhan hati seraya mengatakan, “Wahai Yazid, ketika kami dihina lalu digiring sebagai tawanan, apakah engkau mengira bahwa ketika itu kami ini hina di sisi Allah dan engkau mulai disisiNya? Ya Allah, ambillah hak kami dan berilah balasan kepada orang-orang yang telah mendzalimi kami.”

 

Sayyidah Zainab terdiam sejenak, kemudian melanjutkan perkataannya,” Wahai Yazid, demi Allah, engkau tidak memotong selain kulit dan dagingmu! Nanti engkau akan datang pada Rasululiah dengan kehinaanmu. Engkau akan dapati keturunannya dan darah dagingnya berada di sekelilingnya di dalam surga, pada saat Allah mengumpulkan mereka kembali setelah sebelumnya tercerai-berai.”

 

Para sejarawan menceritakan bahwa ketika Yazid mendengar tangisan Sayyidah Zainab dan ratapannya terhadap kakaknya, Husain, serta serangan terhadap dirinya dan para pengikutnya, dia tersentuh.

 

Sebagai buktinya, Yazid mulai membantu para tawanan serta membiarkan mereka memilih daerah yang ingin ditempati. Sementara, Sayyidah zainab memilih kota Madinah sebagai tempat kembali.

 

Ditulis dalam sejarah, pada suatu hari, berangkatlah sang Srikandi Karbala itu bersama Ar-Rabab (isteri Husain), Sayyidah Sukainah, Ali Zainal Abidin, dan beberapa keluarga Husain lainnya yang masih tersisa, menuju ke kota tujuan. Madinah!

 

Demikianlah sejarah ringkas Sayyidah Zainab dan tragedi Perang Karbala yang sangat terkenal hingga sekarang. Mengingat keterbatasan halaman majalah, di sini kami memang tidak menceritakan tentang apa yang menjadi penyebab sehingga peristiwa Karbala bisa terjadi.

 

Tetapi masalah itu, dengan mudah dapat kita temukan dalam buku-buku tentang sejarah Islam. Yang pasti, para kerabat, dan para sahabat Yazid bin Muawiyah itu benar-benar teramat keji. Dan yang pasti pula, pihak mana yang berjuang membela kebenaran, dan pihak mana yang berjuang demi mengikuti nafsu setan, sangatlah jelas bagi kita. Semoga kita dapat mendapatkan pelajaran dari tulisan singkat ini. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Ngaji Psikologi Bersama Kyai Pamungkas: MEMANGGIL REZEKI

Kyai Pamungkas

Ngaji Psikologi: ZONA BAHAGIA

Kyai Pamungkas

Ngaji Psikologi: MENGAPA ASA TIDAK TERWUJUD?

Kyai Pamungkas
error: Content is protected !!