Ngaji: FILOSOFI KESEIMBANGAN DALAM PRESPEKTIF KAYU
Dalam pameran Seni Kriya Mebel (Art Wood Furniture) Jalan Kayu yang bertajuk ‘setimbang’ ciptaan Barata Sena kembali membuat decak kagum para penikmatnya. Bayangkan saja, dari 12 jenis benda, baik itu meja, kursi, tempat buku, fas lampu yang sengaja dipasang miring, namun tetap setimbang dan tidak jatuh. “Karya ini memiliki makna filisofi bahwa dalam menjalani kehidupan ini, manusia agar tetap setimbang, sehingga tidak njomplang (jatuh),” begitu kata Rayata Cama
Nama Barata Sena di dunia karya seni kriya memang sudah cukup dikenal, selain hasil kreatif karya seninya yang penuh sensasi, juga memiliki makna filosfi tinggi. Selain itu Barata Sena seringkali melontarkan ide-ide gilanya yang kadang tidak masuk akal. Seperti karya Art Wood Furniture yang dipamerkan belum lama ini d ‘rempah rumah karya’ kawasan Colomadu, Karanganyar, Jateng itu ternyata banyak mengundang decak kagum penikmatnya atas ide-idenya yang mengagumkan. Benda-benda yang kali ini dipamerkan semuanya terletak dalam posisi tidak semestinya (miring), namun karena diukur dengan kecermatan ekstra, sehingga mampu setimbang (balance). Maka benda-benda itu tetap berdiri dan bisa digunakan sesuai fungsinya, tanpa jatuh.
Di antaranya almari yang diletakkan dengan posisi miring, namun tetap tidak jatuh atau roboh. Padahal posisi almari itu nyaris tidak menempel ke tanah atau jantai. Ya itulah, kata Barata, yang dimaksud setimbang secara fisik dan kasat mata. Namun di balik itu memiliki makna filosofi yang cukup tinggi pada kehidupan manusia Dalam menjalani kehidupan ini pasti akan muncul dualisme yang berpasangan atas kebesaran Tuhan Yang Maha Kuasa.
“Tuhan itu selalu menciptakan sesutau secara setimbang, meski nampaknya berlainan, seperti adanya pria-wanita, sehat sakit, hitam-putih, Penghujan-kemarau dan sebagainya, ternyata semua itu agar kehidupan ini setimbang,” ungkapnya
Jadi seandainya dalam menjalani kehidupan ini semua umat Tuhan mampu menyeimbangkan dalam menempuh perjalanan kehidupan ini, betapa indahnya. Alhasil, mampu mewujudkan ketentraman jiwa dan menyehatkan raga. Maka Seyogyanya orang itu mampu menyeimbangkan kondisi hidup yang. dihadapinya, sebagai jalan hidup. Barang-barang hasil ciptaan Barata Sena yang selalu menggunakan bahan dasar kayu itu sebenarnya, katanya, merupakan filosofi yang mendasari langkahnya.
“Kalau bisa menjalankan hidup itu seperti jalan kayu. Artinya, perjalanan kayu itu memiliki 3 makna filosofi tinggi, yaitu memberi, menerima dan melepas,” katanya.
Dijelaskan, kayu atau pohon itu ketika mampu memberi manfaat bagi manusia atau makhluk lainnya selalu tanpa pamrih, tidak membutuhkan imbalan apapun. Begitu juga ketika batang pohon atau kayu itu mendapatkan pujian maupun cacian pasti akan diterima dengan segala ketulusan. Selanjutnya, ketika kayu itu diukir, dihias, dicat, diplitur. dibentuk bisa meniadi pintu, meja, kursi, almari, terus dilepas begitu saja akibat transaksi jual-beli juga tidak memiliki rasa eman (sayang), kecewa dan aneh-aneh.
“Maka manusia seharusnya mampu menerima keadaan apa adanya, begitu juga masalah hasil maupun penghasilannya,” katanya.
Untuk itulah Barata Sena yang mengaku jebolan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Jurusan Seni Kriya Ini lebih memilih kayu sebagai obyek dari hasil karya cipta kesenimanannya. Alasanya, perjalanan berbagai jenis kayu itu memiliki prospektif yang begitu natural (sewajarnya) sesuai dengan proses alamiah. Dengan dem kian, menurutnya kayu itu memiliki kemampuan yang begitu besar dalam bertahan hidup yang diberikan alam.
“Bayangkan saja, untuk membentuk kayu istimewa, suatu pohon harus rela kepanasan disengat teriknya matahari dan kedinginan diguyur hujan,” kata Barata Sera kepada Misteri pada suatu kesempatan di rumahnya di bilangan Jajar, Solo, Jawa Tengah.
DIALOG GAIB
Dia juga menambahkan, semua jenis kayu itu memiliki keistimewaan yang luar biasa sesuai dengan peruntukannya. Lebih jauh dalam kontemplasi filosofinya dari hasi meditasi jalan kayu yang dipilih sebagai obyek mengekpresikan karya ciptanya, Barata Sena memaknai pohon itu mahkluk yang memiliki kerendahan hati vang luar biasa. Dijelaskan, pohon itu ketika masih kecil, kemudian tumbuh tunas, lalu berdaur satu, dua, tiga dan akhirnya berdaun rindan setelah menjadi pohon, hanya mampu pasrah dan menyerah atas tamparan maupun sengatan terik matahari.
Dari awal kayu/pohon ini berjuang sanga keras untuk bisa bertahan hidup. Dalam rentang waktu yang cukup lama, dari hari, berubah menjadi bulan, tahun, bahkan sampai ratusan tahun, akhirnya menjadi pohon yang besar. Saat itulah pohon itu selalu bertahan hidup untuk memberikan manfaat kepada makhluk lainnya, daunnya menjadi pemasok oksigen, kayunya untuk memenuhi segala kebutuhan manusia, akarnya sebagai alat resapan air dalam tanah. Keteduhannya untuk hunian segala serangga, satwa melata, burung dan makhluk hidup lainya. Keberadaan pohon menjadi paru-paru dunia, serta mempersembahkan tubuhnya untuk lingkungan dan alam semesta.
Namun, katanya, setelah pohon itu tumbang atau ditebang, sangat jarang mendapatkan penghargaan. “Apalagi kalau kayunya itu cacat, gerowong, retak, pecah, maka orang akan membuangnya begitu saja, melupakan jasa-jasanya,” sindirnya.
Dengan perspektif itulah, dia Senantiasa melatih dengan segala kerendahan hati untuk 2 menerima kayu apa adanya. Sebab banyak orang memandang kayu itu dengan embel-embel kayu baik dan kayu Ka tidak sempurna, & kayu baik kayu jelek, kayu kuat kayu rapuh. Mereka menganggap kayu yang baik itu adalah kayu yang tidak melengkung, mulus, kuat, tidak retak atau pecah, apalagi keropos.
Tapi tidak demikian menurut padangan dari hasil dialog spiritualis Barata Sena, setiap kayu, kayu apapun itu secara natural bisa pecah, berlubang, banyak matanya, termakan hama dan suatu saat bisa rusak dan hancur. Jika orang memandang kayu dengan segala kekurangannya atau kecacatannya, maka orang ini memiliki sikap mental yang arogan dan merendahkan karya ciptaan-Nya. Padahal, jika orang mau menghargai kayu apa adanya, kayu itu akan menjadi karya yang bermakna. Buktinya, dalam menciptakan karya-karyanya yang berproses dari ide-idenya yang filosofis tersebut, Barata Sena seringkali ‘dibantu’ Oleh pihak lain, entah itu orang atau makhlu lain dalam alam sekitarnya.
Misalnya rayap yang nota bene dianggap musuh, dibenci dan berusaha diusir keberadaannya, tetapi baginya justru bisa memunculkan karya seni yang artistik. Jadi untuk menciptakan karya seni kriya kayu, sesekali dia justru mengumpulkan rayap dan dibiarkan begitu saja menggerogoti kayu yang sengaja disiapkan. Dari rayap itulah menghasilkan karya seni handicraft yang menakjubkan. Jadi peran serta alam dan lingkungannya, bagi dia, perlu dipelihara dihormati secara natural. Analoginya, apapun itu, jika dilihat dengan pandangan yang arif, justru akan memberikan sesuatu yang menakjubkan.
IDE KERE
Selanjutnya dia mencontohkan, ketika dia menciptakan karya seninya yang berupa sebuah patung kayu yang prosesnya melalui pembakaran yang mampu mengekpresikan karya seni kriya yang sulit ditiru oleh seniman lain itu, katanya, justru idenya dari seorang kere. Dikisahkan, pada suatu hari dia menitipkan 4 lembar kayu lempengan yang berketebalan 14 centi meter kepada salah satu temannya yang bertempat tinggal di pinggir hamparan ladang persawahan. Dengan tujuan, kayu miliknya tersebut ditaruh di halaman rumah kawannya yang luas itu, untuk ditaruh dan disandarkan pada sebuah pohon begitu, agar kehujanan dan kepanasan untuk menjaga keawetannya. Baru setelah sebulan kemudian, ke Barata Sena bersama sejumlah Ka karyawannya mendatangi rumah temannya itu untuk mengambil kayu yang dititipkannya tersebut, untuk diangkut dan dibawa ke workshopsena nya.
Tapi apa yang terjadi? Ternyata kayu-kayunya tersebut sebagian besar sudah menjadi arang, karena terbakar. Melihat kenyataan itu, tentu saja Barata Sena terhenyak, bahkan karyawan-karyawannya marah-marah atas kejadian tersebut, sebab mereka berpandangan akan mengalami kerugian yang yang cukup besar. Namun tidak demikian dengan Barata Sena, setelah mengamati kayu itu dengan seksama, muncullah ide barunya, karena di balik terbakarnya kayu tersebut terlihat sisi karya seni yang luar biasa.
Untuk itulah, kemudian dia menanyakan pada sejumlah warga setempat, mengapa dan siapa yang membakar kayu-kayunya tersebut? Ternyata warga itu mengatakan, bahwa dengan adanya yang tersandar di ponon besar itu, ketika malam hari tiba digunakan untuk berlindung dan beristirahat lelaki kere (gelandangan) yang jiwa dan fikiranya kurang waras. Jika malam hari, mungkin untuk menghangatkan tubuhnya, kere itu membuat api unggun di sekitar kayu-kayu itu diletakkan, sehingga tidak peduli ketika kayu-kayu ikut terbakar. Maklum orang stress, kata salah satu warga setempat itu kepada Barata Sena. Mendengar pernyataan itu justru, Barata Sena pada malam harinya kembali datang ke tempat itu untuk menemui kere itu dan mengucapkan terima kasih dengan memberinya sejumlah uang, pakaian serta perlengkapan mandi, sikat gigi, handuk, sabun dan pasta gigi.
Kejadian itu malah menjadi inspirasi, ide yang cukup cemerlang yang diciptakan oleh seorang kere itu. Dari hasil karya api tersebut, malah tinggal menyempurnakannya saja untuk menjadi hasil karya seni yang luar biasa. Jadi ide karya cipta itu, atas dasar bantuan pihak lain, maka Barata selalu menolak hak ciptanya dipatenkan. Sehingga, ketika dia mengukir, menatah, maupun memahat kayu untuk menciptakan karya seninya, Barata Sena, tidak peduli dengan jenis kayunya cacat atau tidak, juga tidak pernah pilih-pilih kayu, baik itu kayu jati, sengon, jaranan, beringin, mahoni, johar atau apapun jenis kayu lain.
Tetapi dia tetap memberi penghargaan dan nilai kepada kayu. Dalam proses dialogis spiritual dengan kayu, ternyata kayu-kayu itu menampakkan wujudnya yang membikin decak kagum. Baginya tidak ada satu pun kayu yang cacat, katanya, bagaimanapun kondisinya, kayu itu harus tetap diterima dengan ikhlas apa adanya. Jadi kolaborasi antara dirinya dengan kayu, memunculkan folosofi dalam proses memberi, menerima dan melepaskan. Jadi, katanya, tidak perlu melihat kekurangan yang ada pada kayu, lebih baik melihat kelebihannya untuk alam semesta. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)