Kisah Mistis: TEROR ARWAH PENASARAN
Malam gelap bulan, membuat bulu kuduk pun meremang, maklum, selain harus melewati makam keramat yang angker, Eka juga harus melewati hutan bambu yang dihuni hantu pocong, dan sumur bangkai, tempat Kenpetai membuang bangkai warga desa…
Cerita ini penulis dapatkan dari salah seorang sahabat, yang mulanya tak pernah percaya betapa makhluk halus dapat maujud apalagi mengganggu hidup dan kehidapan manusia.
Itu semua karena yang bersangkutan telah mensugesti dirinya. Akibatnya, ia pun berhalusinasi,” demikian kilahnya tiap teman-teman lain membicarakan hantu. Kalau sudah begini, maka, semuanya hanya diam sambil menggeleng-gelengkan kepala saja.
Hari, minggu, bulan dan terus terus berjalan …
Sekali ini, walau semester awal telah mulai berjalan satu minggu, akan tetapi, Eka sosok yang tidak pernah percaya adanya makhluk halus itu belum juga masuk. Beberapa orang bahkan menanyakan, apakah tahu atau mendapat kabar dari Eka. Jawaban yang diterima juga sama, semua yang kenaik bahkan sahabatnya hanya angkat bahu atau menggelengkan kepala saja. Bahkan, Rangga, yang selalu bersama dengan Eka juga mengatakan: “Gak ada kabar, HP-nya mati.”
Rusdi dan Surya akhirnya berinisiatif. Keduanya akan menyambangi kediaman Eka yang ada di bilangan Karawang.
Singkat kata, sesampainya di rumah Eka, keduanya melihat sang sahabat masih terbaring lesu. Mukanya pucat, gairah hidupnya seolah terbang entah kemana. Dan yang paling menyedihkan adalah, pandangan matanya kosong.
“Sakit?” Tanya Rusdi dan Surya bersamaan sambil meletakkan kantong plastik berisi buah-buahan di meja yang ada di sudut kamar Eka.
Eka hanya menggeleng lemah.
Surya yang mafhum dengan keadaan sahabatnya itu langsung berbisik ke telinga Rusdi: “Kelihatannya, temen kita diganggu sama makhluk halus.”
“Ih… mana dia percaya,” sergah Rusdi cepat.
“Pokoknya kita harus cepat bertindak. Eka harus segera ditolong oleh orang yang tahu ilmu gaib,” jawab Surya sambil berjalan keluar.
Rusdi yang mengikuti dari belakang terheran-heran ketika melihat Surya menelepon seseorang. Ya … Surya menelepon Amir, salah seorang kerabatnya yang kebetulan mukim di Purwakarta, dan dikenal sebagai sosok mumpuni dalam hal ilmu gaib.
“Kok telepon Kang Amir?” Tanya Rusdi yang belum juga habis keheranannya.
“Ya … mudah-mudahan Kang Amir bisa mengatasinya,” jawab Surya dengan penuh keyakinan.
Dan benar, ketika Kang Amir tiba, mendadak, dari dalam kamar terdengar teriakan Eka, “Keluar … keluar … panas …!”
“Pergi … jangan ganggu atau gua abisin semuanya!” sambung Eka lagi.
Semua keluarga Eka saling pandang. Semuanya bertanya-tanya dalam hati, apa yang menyebabkan Eka mendadak marah dan mengamuk ketika ada tamu, baru masuk ke rumahnya. Setelah mencoba memberitahu keadaan Eka kepada seluruh keluarganya yang ada di rumah itu, Kang Amir dan Surya pun langsung masuk.
Teriakan Eka kian menjadi-jadi ketika Kang Amir, Surya dan Rusdi sampai di depan pintu kamarnya. Berbagai kata-kata kotor dan sumpah serapah meluncur deras dari mulut Eka.
Keadaan pun kian terasa tegang dan mencekam.
Kang Amir, sambil tersenyum terus melangkah maju sambil uluk salam: “Assalamu’alaikum…..”
Eka tak menyahut, mulutnya menyunggingkan senyum sinis. Tubuh yang semula tampak tak bertenaga, kini, kelihatan siap untuk melawan siapa pun yang menentang kehendaknya.
Kelihatannya Kang Amir enggan untuk berlama-lama. Ia terus mendekat dan memegang keras ibu jari kaki kanan Eka …
Raungan kesakitan langsung saja terdengar, tak lama kemudian, berubah manjadi tangisan yang demikian pilu dan menyayat …
Dari mulut Eka yang matanya terus saja terpejam, keluar pengakuan dalam bahasa Sunda malam itu, anak ini lewat di daerah pemukiman kami. Tanpa sopan santun, ia terus lewat di depan kami yang sedang duduk-duduk sehabis bekerja seharian. Bahkan, beberapa teman kami terinjak kakinya.
Kang Amir terus berkonsentrasi, sementara, ibu jari dan telunjuknya terus menekan Eka tampak menggeliat, sedang wajahnya mencerminkan kesakitan yang teramat sangat itulah sebabnya, kenapa beberapa di antara kami memburu dan memukul punggungnya.
Ternyata tak cukup sampai di situ, menurut pengakuan yang meluncur dari mulutnya, Eka, juga melewati perkampungan lain yang tak kalah angkernya. Ya … suatu daerah yang pernah dipakai Kenpetai Jepang untuk membunuh para romusha yang sudah kekelahan bekerja, sakit atau melawan.
Menurut pengakuannya, mereka dibuang ke sebuah sumur tua yang ada di antara rumpun bambu angker yang dihuni hantu pocong kami yang sakit, kelelahan atau melawan, pasti dipancung dan dibuang ke sumur tua itu. Karena sejak hidup kami merasa senasib sepenanggungan, maka, sampai sekarang, kami tetap berkumpul bersama.
Nah … di perkampungan ini, menurut mereka, Eka, juga dirasa amat mengganggu. Ketenangan para makhluk halus sontak terusik ketika Eka lewat dengan deru knalpot yang menggeram. Menurut mereka, suara itu sama dengan suara mobil-mobil Kenpetai yang selalu datang dan membawa pergi perempuan-perempuan cantik dari desa sekitar sebagai pemuas nafsunya.
Oleh sebab itu, begitu mendengar suara itu, mereka langsung bersiap-siap.
Begitu Eka lewat, maka, para makhluk halus itu pun langsung menyerang habishabisan.
“Alhamdulillah.,.” demikian kata Kang Amir. Ia langsung menengadahkan kedua tangannya dan mulutnya tampak melantunkan doa-doa.
“Eh … ada apa?” Tanya Eka sambil menggeliat bangun.
“Duduk,” demikian ujar Rusdi sambil memberikan segelas air minum yang sudah diberi doa-doa oleh Kang Amir.
Usai meneguk habis, wajah Eka pun mulai tampak memerah. Sambi! menyapu seluruh ruangan kamarnya, Eka kembali melontarkan pertanyaan: “Ada apaan sih?”
“Kata bokap ma nyokap, lu dah seminggu tepar,” jawab Surya sambil cengengesan.
“Ah … masa sih?” Tanya Eka tak yakin.
Kang Amir pun mencoba untuk memancing ingatan Eka. “Kemarin, waktu pulang lewat mana?”
Dahi Eka berkerut. Ia pun berkata,
“Habis lewat jembatan, gak tau kenapa, gua langsung ambil kiri. Padahal, orang-orang tua dari dulu dah bilang, kalo Maghrib, jangan sekali-kali lewat sana. Hantunya jahil, suka ganggu siapa pun yang lewat.”
“Katanya gak percaya sama makhluk halus,” sindir Surya.
“Mang gak percaya, tau kenapa, gua males aja kalo lewat situ,” potong Eka tak mau kalah.
“Yang pasti, gua ngerasa jalan di perkampungan. Rasanya tuh kampung damai banget, keliatannya pada habis kerja di sawah, makanya, mereka pada bergerombol sambil ngerokok di pinggiran jalan,” kata Eka,
“Gua jalan pelan-pelan dan mereka pun menyibak. Gua terasa, ban depan nmginjek beberapa kaki mereka. Padahal gua dah minta maaf, tapi, beberapa diantara mereka mengejar dan memukul punggung,” tambahnya.
“Dari pada mati konyol, gua gas abis dah,” lanjutnya lagi, “tapi, pegel bekas dipukul makin lama makin terasa,” sambungnya.
“Lewat dua tikungan, gua juga ketemu perkampungan lagi”, ujarnya menambahkan, “biar gak kejadian kaya tadi, gas gua maenin.”
“Sambil ngetes knalpot baru ya?” Pancing Rusdi.
“Sialan…,”” sahut Eka, “tau-tau, dari mana mana muncul penduduk. Ada yang bawa pentungan, bambu, sama arit. Semuanya teriak-teriak, sambil mukul. Dari pada konyol, gas gua teken abis. Tapi, yang di samping, yang pake pakean putih-putih kaya pocong sempet mukul muka gua. Untungnya, gua sempet lolos. Sampe di rumah, gua dah lemes campur takut,” imbuhnya.
“Kok takut?” Tanya Kang Amir yang sejak tadi diam.
“Takut kalo mereka datang ke rumah dan ngamuk Kang,” jawab Eka jujur.
“Untung, berkat pertolongan Allah, semuanya sudah terselesaikan. Yang penting tiap keluar rumah, jangan lupa wudhu dan berdoa,” Ujar Kang Amir.
Eka hanya mengangguk lesu. Akhirnya, ia pun bertanya: “Lha … saya emang kenapa?”
“Tanpa sadar, kamu telah diganggu oleh arwah-arwah penasaran. Kebanyakan, mereka bekas romusha atau korban pembunuhan. Maklum, kalau tidak salah, daerah itu dahulunya rawa-rawa,” sahut Kang Amir, sambil berjalan keluar kamar.
Akhirnya, Rusdi, Surya dan Eka mengikuti Kang Amir yang telah duduk di ruang tamu bersama dengan ayah, ibu dan keluarga Eka yang lain. Sambil tertunduk, karena tak pernah meyakini keberadaan para makhluk halus, Eka pun bercerita tentang peristiwa yang dialaminya. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)