Kisah Mistis: KEANGKERAN BANGKONGRARANG DAN GUNTAL GANTEL
Sungguh amat disayangkan, kemampuan merubah dirinya menjadi binatang, pohon, batu bahkan air, disalahgunakan untuk merampok dan mencuri…
Hatta, pada suatu zaman, ketika Tasik masih merupakan “dayaeuh” atau kota Sukapura, hidup seorang tokoh sakti yang biasa disapa dengan Ki Rangga Gading. Sayangnya, kemampuannya untuk merubah wujud menjadi berbagai benda yang ada di sekitarnya, dipakai di jalan yang tidak semestinya. Ya … pekerjaan sosok yang satu ini tak lain adalah mencuri, merampok sekaligus memamerkan kesaktian yang dikuasainya. Oleh sebab itu jangan heran, walau menjadi incaran para penegak hukum, namun, mereka tak pernah sekalipun berhasil menangkapnya.
Hingga pada suatu siang, untuk kembali memamerkan ilmu kesaktiannya, Ki Rangga Gading sengaja mencuri lima jkor kerbau milik penduduk. Dalam waktu Singkat, hampir seisi kampung langsung memburunya.
Tetapi apa daya, berkat kesaktiannya, Ki Rangga Gading mengubah seluruh kaki kerbau yang dicurinya menjadi terbalik, sehingga, jejak kaki kerbau-kerbau itu berlawanan arah. Alih-alih menemukan, sambil membisu, seisi kampung pun kembali dengan tangan hampa. Ya … semuanya tertipu, karena, mereka menjadi semakin jauh dengan kerbau-kerbau yang dicuri oleh Ki Rangga Gading.
“Bagaimana kalau kita ke pasar?” Ujar tetua kampung memecah kesunyian.
“Untuk apa?” Jawab yang lainnya.
“Siapa tahu kerbau-kerbau itu dijual oleh pencurinya ke pasar,” jawab tetua kampung dengan mantap.
Semua saling pandang. Tak lama kemudian, terdengar suara mereka bersamaan, “Ayo … ayo kita cari di pasar.”
“Sekali ini, kalau tertangkap, si pencuri harus dihukum berat”, kata si pemilik kerbau penasaran.
Tanpa berlama-lama, mereka pun segera berjalan ke pasar. Pada waktu yang bersamaan, sadar dirinya sedang dkejar oleh penduduk kampung, Ki Rangga Gading pun langsung mengubah tanduk kerbau hasil curiannya. Tanduk yang semula tegak, dibuat melengkung ke bawah. Begitu juga kulit kerbau yang semula hitam, dibuat menjadi putih.
Ketika orang-orang kampung yang mengejarnya sampai di pasar, mereka tak pernah bisa menemukan kerbau yang dicarinya. Kembali, Ki Rangga Gading berhasil lolos dari kejaran penduduk kampung yang akan menangkap dan menghukumnya.
Sementara itu, Ki Rangga Gading telah berjalan menjauhi pasar sambil membawa uang hasil penjualan kerbau curiannya.
“Sabar … Sabar, suatu saat, si pencuri pasti bakal kena batunya,” demikian kata tetua kampung menenangkan emosi warganya.
“Iya … tapi kapan?” Gerutu si pemilik kerbau.
“Percayalah … Yang Maha Hidup pasti bakal menghukum orang yang bersalah. Sekarang, mari kita pulang,” ajak tetua klampung sambil berjalan.
Tak ada yang bisa berkata apa-apa, kecuali, berjalan mengikuti sang tetua kampung untuk kembali ke rumahnya masing-masing.
Sementara, di tempat persembunyiannya yang jauh dari keramaian, Ki Rangga Gading dengan tenang menikmati hasil curiannya sambil bermalas-malasan.
Hari terus berganti, pada suatu ketika, tersiar kabar jika di Karangmunggal terdapat tanah keramat yang mengandung emas. Agar tidak diganggu oleh tangan-tangan yang tidak bertanggungjawab, maka, areal tersebut dijaga oleh petugas yangdibantu oleh para pendekar dan tetua kampung. Seperti biasa, mendengar berita itu, Ki Rangga Gading pun tergiur ingin memilikinya. Hati kecilnya berkata, jika sekali ini berhasil mendapatkan emas yang lumayan banyak, maka, ia bisa beristirahat dengan tenang dalam waktu yang lama.
Akhirnya, tanpa membuang banyak waktu, ia pun segera naik ke pohon kelapa. Sesampainya di atas, dengan sigap, ia (un membacok pelepah yang diinjaknya hingga putus. Dan dengan ilmu kesaktiannya, pelepah itu terbang dengan membawa dirinya menuju ke Karangmunggal.
Sesampainya di sana, ia melihat betapa tanah keramat tersebut dijaga dengan sangat ketat. Boleh dikata, tak ada seorang pun yang bisa masuk ke tanah keramat tanpa diketahui oleh para penjaganya. Ki Rangga Gading hanya tersenyum sambil bergumam, “Silakan jaga … aku pasti bisa masuk.”
Sambil berdiri di balijk gerumbul perdu, mulutnya pun tampak berkomat-kamit merapalkan mantra. Seiring dengan semilir angin yang menyapu tubuhnya, Ki Rangga Gading pubn telah berubah wujud menjadi seekor kucing jantan berwarna hitam pekat. Dengan tenang, sang kucing jelmaan Ki Rangga Gading pun masuk ke tanah keramat dan mengeruk tanah yang mengandung emas itu serta memasukkannya ke dalam karung yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu.
Setelah karungnya terisi penuh, sang kucing pun kembali ke balik gerumbul untuk mengubah wujud. Kini, Ki Rangga Gading pun kembali menginjak pelepah yang tadi dinaikinya dan kembali terbang ke tempat persembunyiannya…
“Akhirnya, aku bisa jadi orang kaya,” gumamnya sambil tersenyum.
“Di kampung, tidak akan ada orang yang bisa menyaingi kekayaanku,” sambungnya dengan hati berbunga-bunga.
Sekali ini, entah kenapa, sebelum sampai di tempat tujuannya, Ki Rangga Gading sengaja turun dan melanjutkan peralanan dengan berjalan kaki. Di tenmpat yang dianggap aman dan sepi, ia pun beristirahat sambil membuka karung yang berisi barang curiannya. Watak jahatnya pun timbul, ia segera membuka karung berisi hasil curiannya dan mengambilnya segenggam, kemudian menaburkan dengan harapan tempat itu bakal menjadi keramat yang mengandung emas.
Sampai sekarang, tempat tersebut dikenal dengan Salawu, yang berasal dari kata sarawu atau segenggam.
Kemudian, Ki Rangga Gading kembali melanjut-kan perjalanannya. Saat lelah mulai mendera tubuhnya, ia pun ber-istirahat. Karung yang berisi tanah emas digantungkan pada dahan pohon. Sampai sekarang tempat itu terkenal dengan nama Kampung Karanggantungan terletak di Kecamatan Salawu. Nama itu berasal dari kata tanah yang digantungkan.
Usai melepaskan lelah, Kembali Ki Rangga Gading melanjutkan perjalanannya. Udara panas, membuat badannya dibanjiri dengan keringat. Ia sengaja berhenti untuk mandi di suatu mata air, sementara, karung yang dibawanya kembali digantungkan di dahan pohon. Sekali ini, karung tersebut terus berayun-ayun (guntal-gantel-Sn) tak mau diam. Dan sampai sekarang, kampung tersebut dikenal dengan nama Kampung Guntal Gantel.
Seturut dengan itu, ketika Ki Rangga Gading sedang asyik mandi, tiba-tiba di hadapannya berdiri seorang tua mengenakan sorban serta jubah putih, dan wajahnya memancarkan cahaya kemilau. Ia adalah seorang ulama yang tinggi ilmunya.
Sambil tersenyum, ia pun berkata dengan nada penuh wibawa, “Rangga Gading, kenapa bergolek di atas tanah sambil telanjang, mirip seperti anak kecil.”
Ki Rangga Gading tergugu. Ia sangat malu, dan entah kenapa, mendadak seluruh tubuhnya lemas tak berdaya. Bahkan, ia tak mampu menggerakkan tangannya. Mengetahui keadaan itu, dengan nada memelas dan penuh harap, Rangga Gading pun berkata, “Aduh Eyang … ampun, tolong, badan saya terasa lemas. Eyang … tobat …”Lelaki tua itu hanya tersenyum. Pandangannya yang tajam terus memperhatikan Rangga Gading. “Terimalah saya untuk menjadi muridmu…,” kata Rangga Gading sambil menangis.
“Baik … sekarang ikut,” kata lelaki tua itu sambil berjalan.
Dan sejak itu, Rangga Gading pun menjadi salah seorang santri di Pesantren Guntail Gantel.
Hingga pada suatu malam, akibat gempa bumi, Pesantren Guntal Guntel dan seluruh santri yang sedang (tilem) tidur pun tertimban tanah. Konon, semuanya berubah wujud menjadi kodok. Oleh sebab itu, tempat tersebut menjadi sangat angker dan disebut sebagai Bangkorarang. Sampai sekarang, walau hanya berupa tumpukan pasir di tengah sawah nan luas, namun, Bangkorarang dan Guntel Guntel masih tetap menunjukkan keangkerannya. Alihalih manusia berani mendatangi tempat itu, burung yang melintas di atasnya pun akan jatuh dan langsung mati.
Tak cukup sampai di situ, bila Ramadhan tiba, tengah malam menjelang sahur, kadang, sayup-sayup terdengar suara beduk. Kebanyakan orang meyakini, itu adalah suara beduk yang ditabuh oleh sanPesantren Guntal Guntel yang tilem yang dipimpin oleh Ki Rangga Gading. (Dari berbagai sumber terpilih). Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)