Kisah Mistis: AZAB PEMUJA PESUGIHAN LONTHE
Tumbal pesugihan ini adalah keharusan menyetubuhi gadis-gadis perawan. Menjelang ajal, si pelaku pesugihan alat kelaminnya gosong seperti terbakar. Lalu, dia benarbenar mati akibat tubuhnya terbakar api misterius yang datang secara tiba-tiba…
Bagaimana pun juga pelaku pesugihan enggan menuturkan kisah nyata yang dilakoninya dalam memburu atau mengamalkan pesugihan itu sendiri. Alasannya sangat jelas, bila menceritakan semua itu tentu mereka akan memperoleh rasa malu. Selain apa yang diperbuatnya menyalahi aturan agama, mereka juga memperoleh tekanan batin.
Kisah berikut ini merupakah sebuah kejadian nyata yang patut kita renungkan dan kita ambil hikmahnya…
Apa yang dialami Mbah Karso, 73 tahun, sungguh merupakan petaka besar bagi dirinya. Menjelang ajal, dia mengalami sakaratul maut yang begitu menyedihkan. Alat kelaminnya gosong seperti terbakar. Di sekeliling tempatnya terbaring api tampak berkobar-kobar, menjadikan tubuhnya yang sekarat menggeliat-geliat menahan panas.
Para tetangga yang menyaksikan saat-saat terakhir orang yang terkenai paling kaya di kampungnya ini hanya bisa mengusap dada, beristighfar. Di antara mereka saling bertanya, gerangan dosa apa sebenarnya yang telah dilakukan Mbah Karso pada masa mudanya?
“Air… air… aku kehausan! Ahhh…!” hanya itu yang Mbah Karso ucapkan sebelum ajal menjemputnya, akibat tubuhnya terbakar oleh kobaran api misterius yang entah dari mana datangnya.
Tuntunan kalimat syahadat dan lafadz-lafadz Illahiyah yang dibisikan anak dan cucunya sama sekali tidak dihiraukannya. Anak dan cucunya menangis pilu melihat penderitaan bapak juga kakeknya itu. Demikian juga istrinya, Juminah, yang telah renta dimakan usia.
Di antara yang hadir ada teman akrab Mbah Karso di masa muda. Lelaki itu bernama Aryo Subangun. Dari Mbah Aryo Subangun inilah terungkap petualangan Karso muda, berpuluh-puluh tahun yang silam. Karena kehidupannya terhimpit kebutuhan ekonomi, Karso yang telah menikah dengan Juminah selama lima tahun nekad mengadakan persekutuan gaib dengan bangsa siluman. Dengan diantar Aryo Subangun, Karso mendatangi salah satu gunung keramat di wilayah Jawa Timur.
“Kamu tetap akan meneruskan keinginanmu, Karso?” tanya Aryo, ingin memastikan kebulatan tekad Karso.
“Sepertinya memang jalan ini yang harus kutempuh. Aku bosan hidup melarat dan selalu jadi hinaan orang,” jawab Karso dengan sorot mata menerawang jauh. Terbayang dalam benaknya betapa getirnya kehidupan yang telah dia lalui bersama Juminah, gadis ayu asal Desa Kecubung yang disuntingnya dengan susah payah.
Ya, demi cintanya, Juminah lebih memilih hidup bersama Karso, meski dia harus terusir dari keluarganya yang terhitung kaya untuk ukuran orang kampung. Setelah lima tahun menikah dan dikaruniai dua orang anak, Karso belum memberikan kebahagiaan apapun kepada wanita yang dicintainya itu. Jangankan kebahagiaan, untuk makan sehari-hari saja mereka selalu kesulitan. Bahkan, tak jarang anak-anak mereka hanya makan sekali dalam sehari.
Tak hanya itu. Di kala hujan, Karso dan keluargnya Kerap tak bisa tidur pulas. Rumahmereka yang reot, telah bocor di sanasini. Akibatnya, mereka harus begadang menunggu hujan reda. Setelah itu, mereka baru bisa tertidur dengan nyenyak.
Ah, betapa menyakitkan semua keadaan itu. Lima tahun adalah waktu yang cukup lama untuk sebuah penderitaan. Dan Karso harus meninggalkan penderitaan itu dengan cara apapun, asalkan dia tidak berurusan dengan aparat penegak hukum. Soal hukum Tuhan, Itu masalan nanti. Kalau pun harus hidup bergelimang dosa dan mati masuk neraka.
“Toh di neraka sana tidak akan ada orang yang mengenaliku!” pikir Karso, picik sekali.
“Ingat, Karso! Bersekutu dengan siluman pada akhirnya hanya akan membawa dirimu dalam kesengsaraan,” tegur Aryo, seakan menyentakkan Karso dari lamunannya.
“Biarlah, daripada aku terus-terusan hidup dalam kemiskinan dan dililit hutang yang semakin hari kian menumpuk. Kasihan anak dan istriku. Mereka tidak akan kuat menderita lebih lama lagi,” ucap Karso seperti ingin membela diri.
Aryo Subangun menatap sahabatnya. Dalam hati Aryo menyesal karena telah memberitahukan keberadaan lokasi pesugihan tersebut. Mulanya Aryo hanya bercanda, sebab dia yakin sahabatnya itu tidak akan berani melakukan ritual gaib yang berhubungan dengan makhluk halus. Nyatanya, Aryo salah menerka. Kemiskinan telah merubah sikap Karso yang penakut menjadi sangat pemberani.
“Maafkan aku, Karso. Cukup sampai disini saja aku mengantarkanmu. Ingat, resikonya nanti aku lepas tangan!” kata Aryo ketika mereka sudah dekat dengan lokasi pesugihan.
“Terserah kamu saja, Yo! Hanya satu pintaku, ini cukup menjadi rahasia kita berdua,” harap Karso.
“Kamu tidak perlu kuatir. Aku mengerti dan aku berjanji akan menyimpan rahasia ini untuk selamanya,” tegas Aryo.
“Terima kasih. Kamu memang sahabatku yang terbaik!” balas Karso sambil memeluk Aryo erat.
Seingat Aryo, beberapa bulan setelah Karso menjalani ritual pesugihan tersebut, keadaan ekonominya memang mulai membaik. Entah mendapat uang dengan cara apa, yang pasti Karso nampak tak kesulitan lagi menafkahi keluarganya. Bahkan, rumahnya yang reot itu pun mulai diperbaiki. Tak hanya itu, sekitar setahun kemudian Karso sudah bisa membeli sepeda motor baru, yang pada waktu termasuk barang yang sangat mewah.
Seiring dengan perkembangan kehidupan Karso yang kian membaik, Aryo banyak melihat perubahan mencolok pada diri sahabatnya ini. Ya, Aryo sering melihat Karso merayu gadis-gadis perawan. Entah dengan maksud apa Karso melakukan tindakan itu. Aryo pada awalnya memang tidak tahu sama sekali. Sampai pada suatu ketika Karsos menceritakan kepada Aryo tentang apa saja yang dilakukannya terhadap gadis-gadis muda itu.
Karso menceritakan gadis-gadis perawan itu sebagai salah satu syarat bagi dirinya untuk memperoleh kekayaan yang berlimpah. Dia harus bisa meniduri gadis yang benar-benar mesih perawan. Darah perawan dari gadis yang disetubuhi itulah yang akan dihisap oleh siluman yang disembahnya.
Tiap kali Karso bersetubuh dengan gadis yang diperolehnya, maka siluman itu akan menyatu dalam diri Karso. Siluman itu hanya menggunakan wadag Karso untuk juga bisa menikmati persetubuhan itu. Umumnya, gadis-gadis yang darah keperawanannya dijadikan persembahan, seusai persetubuhan berada dalam keadaan lemas dan pucat yang teramat sangat.
“Itulah Aryo. Karena itu, setiap setahun sekali aku harus bisa mendapatkan perawan ting-ting, yang harus aku setubuhi. Ini adalah tumbal yang harus aku berikan sebagai syarat Pesugihan Lonthe,” tegas Karso di akhir ceritanya.
Pernah suatu kali Aryo menanyakan bagaimana bentuk siluman yang menyatu dalam tubuh wadag-nya. Seingat Karso, bentuknya menyerupai gorila raksasa. Badannya hitam legam dengan dipenuhi bulu di sekujur tubuhnya. Cakar-cakar pada tangan dan kakinya amatlah runcing dan mengerikan. Lidahnya menjulur, dan meneteskan air liur yang berbau amis. Makhluk itu muncul dengan padangan mata merah menyala, memancarkan kebuasan dan kelicikannya.
“Ketika pertama kali makhluk itu menampakkan wujudnya, terus terang aku terkejut bukan kepalang. Bahkan, aku nyaris pingsan saking ketakutannya,” terang Karso. Namun, setelah berulangkali bertemu, akhirnya dia menganggap wujud makhluk jahanam itu sebagai sesuatu yang wajar dan tidak perlu ditakuti lagi.
“Aku kaya dengan cara yang mudah dan penuh kenikmatan duniawi,” demikian Karso sering menceritakan perihal kekayaannya kepada Aryo. Masalah dosa dan siksa neraka, sepertinya Karso memang sudah tidak peduli lagi.
Hanya kepada Aryo, Karso bercerita. Harapan Karso, Aryo mau mengikuti jejaknya. Namun Aryo tetap pada pendiriannya bahwa bersekutu dengan siluman hanya akan membawa kesengsaraan di kemudian hari.
Fakta lain diperoleh dari penuturan Juminah, istri Karso. Suatu ketika, Juminah bercerita kepada Aryo bahwa suaminya itu lebih banyak melamun bila tengah berada di rumah, meski kekayaannya makin berlimpah. Bayangkan saja, lima tahun setelah melakukan ritual gaib itu, Karso telah memiliki rumah megah, penggilingan padi, dua buah truk, dan sebuah mobil pribadi yang terbilang mewah. Soal sawah dan tanah, jangan ditanya lagi berapa hektar yang telah dibelinya.
Di hadapan Aryo, Juminah juga bertutur bahwa dirinya pernah menanyakan kejanggalan pada diri suaminya. Namun, yaban yang diperoleh kurang memuaskan. “Semua ini karena kerja kerasku, Jum! ngan pernah kamu berpikir macam-macam ntang diriku,” kata Karso, seperti ditirukam minah.
Aryo yang tahu segalanya, hanya rsenyum getir dalam hati. Dari hasil kekayaannya, Karso juga ampu menyekolahkan anak-anaknya ngga ke perguruan tinggi. Mereka telah hidup berumah tangga. Namun kehidupan kKonomi anak-anak Karso tergolong pasasan. Tidak seperti ayahnya. Bahkan salah corang dari anaknya ada yang menderita enyakit gila, karena angan-angannya menjadi PNS tidak tercapai.
Waktu yang terus bergulir membuat umur nakin bertambah dan tenaga Karso pun nakin berkurang. Seiring dengan itu, Karso iga menderita penyakit kelamin. Mungkin lari pengaruh jahat yang merasuk dalam lirinya atau memang merupakan azab dari rang Maha Kuasa.
Setahun terakhir, menjelang kematiannya, nenurut penuturan Juminah, suaminya sering mengigau. Dalam tidurnya, Karso mengaku merasa dikejar-kejar makhluk tinggi besar berwarna hitam. “Jangan bawa aku ke sana! Aku tidak mau! Jangan…!” teriak Karso berulang-ulang. Keringat dingin membasahi vajah dan tubuhnya. Karso benar-benar menggigil ketakutan.
“Aku berdosa besar sekali dan telah membohongimu selama ini. Maafkan aku, Jum!” cetusnya dengan nada yang pasrah.
“Apa sebenarnya yang telah Bapak lakukan selama ini?” tanya Juminah.
Karso tak mau menceritakan apa yang terjadi pada dirinya selama ini. Sampai kematiannya tiba, Karso belum pernah menceritakan kejadian yang sesungguhnya. Dia menyimpan rapat-rapat rahasia kekayaannya di depan mata keluarganya. Kecuali Aryo yang mengetahui semuanya.
Saat ajal kian mendekati Karso, barulah Aryo melanggar janjinya. Lelaki itu menceritakan hal yang sesungguhnya ditempuh Karso kepada anak dan cucunya, juga kepada Juminah yang telah renta di makan usia. Mereka pun bertangisan haru. Karso yang terpandang itu tak dapat mengulangi lagi kehidupannya untuk bertobat kepada Allah SWT.
Seratus hari semenjak jenazah Mbah Karso dimakamkan, rumahnya yang bagus di antara rumah yang ada di Desa Giri Asri mengalami kebakaran hebat, hangus dilalap si jago merah.
Bagaimanapun kaya rayanya Mbah Karsa ketika masih hidup, namun setelah dia meninggal dunia kekayaannya nyaris tidak tersisa sedikit. Selain habis untuk biaya pengobatan selama 2 tahun, kekayaan itu juga habis untuk bersenang-senang merayu gadis-gadis perawan yang akan dijadikannye tumbal Pesugihan Lonthe. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)