Cerita Featured Kisah Kyai Pamungkas Uncategorised Uncategorized

Kisah Kyai Pamungkas: HANTU DUKUN BERANAK

Kisah Kyai Pamungkas: HANTU DUKUN BERANAK

Hantu ini gemar memangsa bayi yang masih merah, ia bisa menjelma sebagai seorang dukun beranak…

 

Semenjak isterinya hamil tua, Diman selalu pulang lebih cepat dari jadwal pulang yang seharusnya. Kalau biasanya pulang jam 5 sore, kali ini jam tiga sudah minta ijin pulang. Beruntung, Pak Wiyogo pimpinan perusahaan tempat Diman bekerja begitu pengertian dan selalu memberi ijin kalau Diman ingin pulang lebih cepat.

 

Karena tidak sabar ingin segera berjumpa dengan isterinya, dari tempat bekerja Diman naik sepeda motor. Seperempat jam lamanya Diman di perjalanan. Selalu begitu yang ia lakukan, sampai akhirnya terjadilah peristiwa aneh itu.

 

Suatu hari saat Diman tiba, ia melihat isterinya sedang ngobrol dengan wanita paro baya di teras depan rumahnya. Begitu melihat Diman datang wanita paro baya itu pun segera pergi. Tapi Diman sempat berpapasan dengannya. Diman hanya menganggukkan kepalanya.

 

“Kok sudah pulang, Mas?” sambut Surtini, isteri Diman dengan senyum ramah tersungging di bibirnya yang mungil.

 

“Aku minta ijin pulang lebih cepat, aku hawatir padamu!” jawab suaminya. “Oya, siapa dia?” tanya Diman penasaran ingin tahu perempuan paro baya yang beberapa saat yang lalu ngobrol dengan isterinya.

 

“Dia hanya orang lewat, waktu aku sedang menyapu halaman, dia menyapaku lalu kami ngobrol….” terang Surtini.

 

“Kau sama sekali tidak mengenalnya?” tanya Diman penuh selidik.

 

“Tidak, tapi dia itu orang pinter, Mas!”

 

“Orang pinter?”

 

“Benar, dia tahu umur kehamilanku. Bahkan dia juga menebak kapan aku akan melahirkan!” terang Surtini. Mendengar keterangan Surtini, Diman semakin penasaran.

 

“Apa kata dia? Maksudku kapan anak kita akan lahir?” Diman menggandeng isterinya dan membawanya ke dalam. Sambil berjalan mereka terus berbincang-bincang.

 

“Katanya dua hari lagi-dia akan lahir, bahkan dengan menatap perutku diapun bisa menebak jenis kelamin anak kita. Menurut dia anak kita sehat dan berjenis kelamin laki-laki…!” terang Surtini yang sepertinya begitu percaya dengan omongan perempuan yang tadi mengobrol dengannya.

 

“Kalau memang benar omongan orang itu, betapa gembiranya aku, sebab aku menginginkan anak laki-laki. Tapi kalau Tuhan menghendaki lain dengan lahir perempuan akupun akan menyambutnya dengan gembira pula,” certus Diman.

 

“Tapi kalau menurutku laki perempuan sama saja, Mas!”

 

“Justru itulah kenapa aku bicara seperti tadi, tapi itu hanya sendainya. Kalau anak kita lahir laki-laki, kita kan tidak keburu-buru dipanggil kakek dan nenek…” kata Diman diakhiri tawa yang bergelak. Sementara Surtini hanya tersenyum manja mendengar ucapan suaminya itu.

 

Surtini mendekati suaminya, Diman seakan melupakan rasa lelahnya, begitu isterinya mendekat dia langsung memeluknya.

 

“Kau perlu mendengar ucapanku, sebenarnya akhir-akhir ini yang paling aku inginkan bukan soal anak laki atau perempuan. Yang paling utama aku inginkan adalah kau dan anakmu selamat, itu saja. Soal jenis kelamin aku serahkan pada Tuhan. Laki atau perempuan yang akan Tuhan berikan pada kita. Aku akan menerimanya…!”” jelas Diman. Ucapan Diman ini semakin membuat Surtini bahagia, bagaimanapun Surtini menyadari betapa suaminya sangat menyayangi dirinya.

 

Dua hari setelah Surtini mengobrol dengan perempuan paro baya, Diman sengaja tidak masuk kerja. Rupanya Diman mulai mempercayai omongan perempuan itu.

 

“Kenapa tidak kerja, Mas?” tanya Surtini ketika melihat suaminya masih tergolek di tempat tidur.

 

“Aku lagi malas, tak ada semangat…!”

 

“Seharusnya kau jangan terlalu banyak libur, Mas. Tidak baik bagi perusahaan. Kalau terlalu sering bolos bisa-bisa kau dikeluarkan dari tempat kerja,” ancam isterinya.

 

“Itu tidak mungkin, Sayang. Sebab selama ini aku tidak pernah bolos, lagi pula kalau dihitung bolosku paling dua tiga hari saja…!” jawab Diman begitu yakin. Karena suaminya begitu keras, akhirnya Surtinilah yang mengalah.

 

Menjelang malam mendadak Surtini meringis-ringis. Diman pun mulai sibuk karena yakin isterinya akan segera melahirkan.

 

“Ada apa, isteriku?” tanya Diman khawatir.

 

“Sepertinya aku akan melahirkan malam ini, Mas!” jawab Surtini memelas membuat Diman menjadi gelagapan. Diman bingung apa yang harus dikerjakan. Beruntung saat itu Diman teringat akan anak tetangganya. Rusdi dan Ami. “Kau tunggu di sini, ya, Sayang. Aku akan memanggil Rusdi dan Ami…”

 

“Bukan Rusdi dan Ami, Mas. Tapi Peraji!” sergah isterinya.

 

“Iya, Peraji. Tapi kau perlu teman kan selama aku cari Peraji.”

 

“Ya, sudah pergilah!”

 

Dengan gerakan cepat Diman meminta Rusdi dan Ami menemani Surtini isterinya, namun orang tua Rusdi dan Ami pun ikut pula menemani Surtini. Setelah mereka berada di rumah Diman pergi untuk memanggil dukun beranak (Peraji). Sebelum pergi Pak Hamid, ayah Rusdi dan Ami menganjurkan agar Diman jangan pergi sendiri, akhirnya Diman pergi bersama Rusdi. Di perjalanan Diman berpapasan dengan Ibu Peraji.

 

“Itu dia Perajinya, Mas!” kata Rusdi mengenali begitu melihat ibu Peraji berjalan ke arahnya. Dengan cahaya obor Rusdi dapat mengenali wajah ibu Peraji.

 

“Benarkah…?” Diman agak ragu.

 

“Benar, itu dia…!” Rusdi lalu memanggil ibu Peraji. .

 

“Ma, Emak paraji!” panggil Rusdi.

 

“Ada apa kau berteriak-teriak?”

 

“Emak, mau kemana?” tanya Diman.

 

“Ya, ke rumahmu, bukankah isterimu hari ini akan melahirkan…!” kata ibu Peraji. Diman dan Rusdi kelihatan kaget.

 

“Dari mana Emak tahu kalau Isteriku akan melahirkan…?” Rusdi keheranan.

 

“Itu sudah biasa, setiap Peraji harus bisa membaca kelahiran orang yang akan ditolongnya. Sekarang sebaiknya kita cepat tolong Isterimu…!” kata wanita paroh baya itu.

 

Emak Peraji, Diman dan Rusdi segera menuju rumah Diman. Sesampainya di sekitar rumah Diman, tingkah ibu Peraji berubah seperti tidak sabar lagi ingin segera bertemu dengan Surtini. Hidungnya sering kali mengendus-endus seperti sedang membaui sesuatu. Tapi keadaan ini selalu disembunyikan oleh ibu Peraji. Sampai tiba di dalam rumah Diman. Tapi baru akan masuk ke dalam kamar Diman tempat Surtini terbaring, mendadak Pak Hamid menghadangnya.

 

“Kau tidak boleh masuk makhluk iblis!” bentak Pak Hamid begitu melihat ibu Peraji. Sepertinya Pak Hamid memiliki pandangan lain terhadap ibu Peraji.

 

Mendengar ucapan Pak Hamid seluruh orang yang ada di tempat itu jadi kaget.

 

“Kenapa kau menghalangiku menolongnya?” hardik ibu Peraji.

 

“Kau bukan penolong, tapi kau iblis!” bentak Pak Hamid.

 

Belum lagi orang-orang di sekitar Pak Hamid memprotes tindakan pak Hamid, lelaki tua ini sudah bertindak lebih jauh dengan mengeluarkan beberapa benda bertuah yang bisa mengusir roh jahat. Salah satunya adalah bawang putih. Sambil mengeluarkan bawang putih, bibir Pak Hamid tak henti-hentinya membaca ayat-ayat suci. Begitu bawang putih dipegang oleh pak Hamid, makhluk jelmaan ibu Peraji itu menjerit dan melayang keluar dari rumah dengan suara tangis memilukan. Semua orang yang ada di tempat itu dicekam rasa kaget dan tidak percaya. Pak Hamid lalu alihkan pandangan ke arah Rusdi dan isteri Diman secara bergantian.

 

“Di mana kalian bertemu dengan makhluk iblis itu?” tanya Pak Hamid.

 

“Di jalan, Pak!” jawab Diman dengan wajah memucat.

 

“Aku tadi lupa tidak memberi tahu kamu, kalau akan memanggil ibu Peraji jangan mempercayai kalau bertemu dengan Peraji di jalan. Tapi sudahlah sekarang sebaiknya kita tolong isterimu!”

 

“Tapi bagaimana dengan ibu Perajinya?”

 

“Kita panggil bidan saja, bukankah ada bidan terdekat di tempat ini!”

 

Akhirnya Diman menuruti ucapan Pak Hamid. Dengan bantuan ibu bidan, Surtini dan anaknya berhasil diselamatkan.

 

Begitulah, kisah nyata semacam ini kadang masih terjadi di derah-daerah terpencil. Memang, ada sejenis makhluk halus yang gemar memangsa bayi yang masih merah. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Konsultasi Kyai Pamungkas: APAKAH UKURAN PENIS BERPENGARUH BUAT KEPUASAN ISTRI?

Kyai Pamungkas

Ngaji Psikologi Bersama Kyai Pamungkas: Bersyukurlah Saat Senang, Tenanglah Saat Susah 

Kyai Pamungkas

Ijazah Kyai Pamungkas: AJIAN PENGASIH SENTE PUTIH

Kyai Pamungkas
error: Content is protected !!