Ijazah Kyai Pamungkas

Ijazah: DOA PENOLAK SEGALA MACAM PENYAKIT

Ijazah: DOA PENOLAK SEGALA MACAM PENYAKIT

Boleh dikata, waktu itu, tak ada waktu sekejap pun untuk beristirahat. Betapa tidak, belum lagi selesai menguburkan yang satu, dua yang lain sudah datang menunggu…

 

Kaki Patuha, 1971. Cerita ini penulis dapatkan dari salah seorang sahabat yang pada waktu itu sempat kehilangan tiga orang yang amat dicintainya. Ayah, kakak dan adiknya. Setelah menghela napas panjang beberapa kali dan mencoba mengumpulkan ingatan tentang peristiwa pahit yang pernah dialaminya, Nisa pun bercerita…

 

Tak ada yang pernah mengerti, apa yang menyebabkan kampung kami yang tenang, damai dan jauh dari keramaian, mendadak terserang penyakit yang teramat menakutkan. Boleh dikata, kala itu, tiap detik atau tarikan napas, malaikat maut seolah selalu mengintai siapa pun yang diingininya. Walau dokter dan tenaga medis telah dkerahkan, bahkan katanya, didatangkan bantuan dari kampung dan Kota lain yang ada di sekitar kami, namun, kematian yang mengenaskan terus saja terjadi. Malam sakit, pagi mati, begitu juga sebaliknya, pagi sakit, begitu malam, ajal pun menjemput. Abah Kolot, sebagai tetua kampung saat itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala saja. Ia seolah tak mampu mengurai, apa yang menyebabkan penyakit menakutkan itu mewabah di kampung kami. Menurut dr. Surya: “Kami terus berusaha untuk mengatasinya. Yang perlu, semua harus mengikuti saran dan petunjuk dari tenaga medis.”

 

“Mudah-mudahan, dalam waktu dekat, semua ini berakhir,” lanjutnya dengan tenang.

 

Ketika didesak lebih lanjut, dr. Surya hanya berkata, “Semua sedang diteliti di laboratorium. Kita tunggu saja hasilnya.”

 

Setelah menghapus air mata yang mulai mengalir di pipinya, kembali Nisa melanjutkan ceritanya.

 

“Yang paling menyedihkan sekaligus menakutkan adalah, dalam dua hari, aku kehilangan tiga orang yang amat ku kasihi. Ayah, kakak dan adik. Yang tinggal, hanyalah aku dan ibu.”

 

Mengingat ayah Nisa adalah salah seorang putra kesayangan dari Abah Kolot sang tetua kampung, maka, lelaki paruh baya itu tampak demikian terpukul. Waktu pemakaman sang ayah, sambil membelai kepala Nisa yang kala itu masih kecil, Abah Kolot pun berkata: “Sabar Neng … ini semua cobaan dari Allah. Aki akan berusaha untuk mengatasinya.”

 

Kala itu, walau belum memahami apa yang didengarnya, Nisa hanya bisa menatap wajah keriput sang kakek dengan penuh harap…

 

Usai dari pemakaman, dalam hitungan jam, sang kakek pun harus kembali untuk mengantarkan kakak Nisa ke peristirahatannya yang terkahir … bahkan, ketika rembang petang, kembali lelaki paruh baya ini harus kembali mengantarkan cucu kesayangannya, adik Nisa.

 

Malam itu, hati Abah Kolot benar-benar galau. Ia tak pernah menyangka jika kejadiaitu berlangsung demikian cepat. Ketika malam semakin tua, usai mendirikan salat tahajud, Abah Kolot tampak membukabuka buku tua yang sudah lusuh. Lembar demi lembar pun diperhatikannya dengan saksama.

 

Buku tua yang bertuliskan huruf arab sunda itu merupakan peninggalan buyutnya, Aki Wiria, sosok yang pertama kali membuka lahan sekaligus mendiami tempat yang sekarang menjadi kampung tersebut. Angan Abah Kolot pun mengembara kemanamana. Ketika kecil, ia teringat akan ceritacerita orang tua yang demikian mengagumi buyutnya itu. Menurut tutur yang berkembang di tengah-tengah masyarakat, Aki Wiria adalah sosok yang rendah hati, rajin bekerja, suka menolong dan selalu mengingatkan siapa pUn agar selalu dekat dan meminta hanya kepada Allah. Bukan kepada yang lain…

 

Sampai sekarang, pedoman hidup yang selalu dipegang teguh oleh seluruh masyarakat di kampung itu adalah lain palid ku cikiih, lain datang ku cileuncang, yang mengandung arti, dalam mengarungi kehidupan, manusia harus memiliki tujuan yang jelas bobot pangayun timbang taraju, yang mengandung arti, semua yang akan dilakukan harus melewati pertimbangan yang masak dan bengkung ngariung bongok ngaronyok, yang mengandung arti, jika mendapatkan masalah yang berat, maka, pecahkanlah bersama-sama.

 

Angan Abah Kolot langsung terhenti, ketika matanya menatap tulisan di buku tua itu. Mulutnya pun berkomat-kamit, Tampaknya, Abah Kolot sedang mencoba mengulangnya beberapa kali di dalam hati. Dan tak lama kemudian terdengar gumamnya lirih.

 

“Baik … kalau begitu aku akan jalani puasanya. Mudah-mudahan, Allah mengijabah doa hambanya yang sedang teraniaya ini.”

 

Tekad pun dibulatkan. Tanpa membuang waktu, Abah Kolot pun langsung meniatkan tidak tidur sepanjang malam, selama tiga hari tiga malam berturut-turut dan diakhiri dengan puasa sunah selama sehari semalam.

 

Sementara itu, tiap tengah malam, selama menjalani puasa sunnah, Abah Kolot selalu berdiri di pekarangan rumahnya sambil membaca mantra:

 

“Ong gambang gambung,

Teluh katimpuh butakasinglar,

Wong sira pada suminggah,

Ya wisesa nya aing patapan masdaru patapan daruni,

Ratu neluh buta ajur si umbak si atong si ngudak si cocolongok si kapulaga sira limanjeneng,

Ingsun sutera mangaya luas waluya walaidun desit cundek kala jalu sipat nabi,

Sipat iman iya Rasulullah.”

 

Allah selalu mendengar doa yang dipanjatkan oleh hambanya dengan tulus. Dua minggu setelah Abah Kolot menyelesaikan ritualnya, penyakit menakutkan itu pun berangsur menghilang. Dan dua bulan kemudian, hidup dan kehidupan desa itupun kembali seperti sedia kala. Tak ada yang bisa dilakukan oleh Abah Kolot kecuali hanya sujud syukur kepada Allah yang telah mengabulkan doanya itu.

 

Hikmah di balik peristiwa yang menakutkan sekaligus menyedihkan itu adalah, sejak itu, tiap malam selepas Isa, dari hampir semua rumah, terdengar lantunan ayat-ayat suci Al-Quran. Keadaan ini berlangsung sampai sekarang. Semua merasa takut jika penyakit menakutkan bakal kembali datang.

 

“Oleh sebab itu jangan heran, di kampung kami, tiap malam pasti ada pengajian,” demikian kata Nisa kepada penulis yang sudah beberapa malam menginap di sana.

 

Ketika penulis menanyakan tentang mantra yang dibaca dan diamalkan oleh Abah Kolot, dengan serta merta, sang ibu pun menjawab: “Oh … itu dari uyut, karuhun kami. Beliau banyak mewariskan amalan-amalan kuno yang katanya manjur.”

 

“Apakah beliau dulunya juga tetua desa?” Pancing penulis.

 

“Ya … Abah Kolot adalah keturunan ke tujuh dari uyut yang pertama kali membuka lahan dan mendiami kampung kami,” jawab sang ibu sambil tersenyum.

 

“Ada apa, neng kok kelihatannya ingin tahu?” Tanya sang ibu.

 

Penulis pun menatap Nisa. Setelah Nisa mengangguk, maka, penulis pun mengutarakan niat untuk menuliskan peristiwa tersebut di website kesayangan kita ini.

 

“Oh … kalau begitu silakan, siapa tahu, mantra yang uyut wariskan bisa bermanfaat bagi orang lain,” kata sang ibu dengan sumringah.

 

Penulis dan Nisa pun mengangguk tanda setuju. Setelah meneguk teh hangat yang disuguhkan, kembali sang ibu pun berkata, “Jika hidup ingin berguna bagi sesama, maka, pedomanilah apa yang dilakukan oleh Uyut Wiria. Dengan begitu, kita menjadi dekat dengan saudara serta tetangga dan peka terhadap lingkungan. Buahnya adalah, hidup akan terasa lebih damai.”

 

“Dan yang penting, mintalah sesuatu kepada Allah, jangan kepada yang lain. Dan pada waktunya, Ia pasti akan mengabulkan, kata sang ibu menutup pembicaraan.

 

Penulis tak menyangka, perjalanan liburan kali ini bakal mendapatkan banyak pelajaran tentang hidup dan kehidupan di sebuah kampung di kaki gunung, yang jaudari kemewahan dan keingaran kota. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Ijazah Kyai Pamungkas: Biar Disayang Atasan/Majikan/Bos, Silahkan Diamalkan, Gratis!

paranormal

Ijazah Kyai Pamungkas: Pelet Semar Kuning, Silahkan Diamalkan

Kyai Pamungkas

Mengenal 7 Cakra Utama

paranormal
error: Content is protected !!