Sehat Fisik, Mental & Seksual

Psikologi: BERSERAH, BUKAN MENYERAH

Psikologi: BERSERAH, BUKAN MENYERAH

Teruslah bertahan… Untukmu yang saat ini tengah menghadapi masalah, seberat apa pun itu, bertahanlah dan jangan menyerah. Ya, sangat wajar memang jika kita ingin menyerah karena baik fisik maupun mental telah merasa lelah. Bahkan mungkin terlintas dalam pikiran untuk mengakhiri nyawa sendiri agar terbebas dari semua beban pikiran dan hati.

 

Masih ada sebagian orang yang menyangka bunuh diri adalah solusi. Dia bisa terlepas dari semua kepenatan yang harus dihadapi. Namun ternyata, hal itu hanya akan membuatnya menuju masalah yang lebih besar, lebih berat dan menjerumuskannya ke dalam dosa yang mematikan.

 

Rasulullah shallallahu “alaihi wa sallam bersabda:

 

“Siapa yang terjun dari gunung untuk bunuh diri, maka ia kelak di neraka Jahannam akan tetap terjun untuk selama-lamanya. Dan siapa yang makan racun untuk bunuh diri, maka racun itu akan tetap berada di tangan dan dijilatinya dalam neraka Jahannam untuk selama-lamanya. Dan siapa yang membunuh dirinya sendiri dengan senjata besi, maka besi itu akan tetap di tangannya untuk menikam perutnya dalam neraka Jahannam untuk selamanya.” (HR. Muslim).

 

Sejarah telah mencatat salah satu sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang disangka mendapat pahala syahid, namun nyatanya Allah tempatkan ia di neraka. Namanya adalah Qotzman. Ia ikut berjihad bersama Rasulullah pada perang Uhud. Para sahabat mendapatinya telah gugur di medan perang setelah peperangan usai.

 

Para sahabat sangat kaget saat Rasulullah menjelaskan bahwa Allah menempatkan Ootzman di neraka. Bagaimana mungkin seseorang yang telah berjuang dan berjihad bersama Rasulullah masuk ke dalam neraka?

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjelaskan, Qotzman mati bukan karena musuh. Meski memang sudah banyak sekali luka tebas dan sayatan di tubuhnya karena melawan musuh, akan tetapi Qotzman memilih untuk menancapkan pedangnya sendiri ke tubuhnya. Ia melakukan hal tersebut karena sudah tidak kuat merasakan rasa sakit yang luar biasa dari luka-luka yang diterimanya dari pihak musuh.

 

Qotzman mengakhiri nyawa dirinya sendiri sehingga Allah pun mempersiapkan tempatnya di neraka. Rasulullah pun menjelaskan niat keikutsertaan Qotzman untuk berperang bukan karena membela agama Allah. Dia berperang dengan niat untuk membela kehormatan kota Madinah agar tak diinjak-injak oleh kafir Quraisy.

 

Rasulullah pun berpesan agar kita tidak mudah untuk memberikan penilaian kepada orang lain. Bisa jadi orang yang terlihat mulia di depan manusia, namun sejatinya ia menjadi penghuni neraka. Dan sebaliknya, bisa jadi orang yang terlihat hina di hadapan manusia, merupakan penghuni surga dan dicintai oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

 

Menyerah bukanlah pilihan bagi kita. Namun berserahlah yang menjadi kekuatan, agar kita mampu menghadapi semua masalah yang ada. Kita berserah diri hanya kepada Allah, karena Dia-lah sebaikbaiknya tempat kita bergantung. Hanya kepada-Nya lah tempat kita mengadu, meminta dan memohon pertolongan.

 

Bicara terkait berserah secara umum, ternyata sikap seperti ini mengundang keajaiban yang luar biasa. Keajaiban berserah atau pasrah pernah dirasakan oleh Lester Levenson. Dirinya merupakan seorang pengusaha yang terkena penyakit komplikasi. Dokter menyatakan bahwa hidupnya tak akan lama lagi.

 

Sang dokter yang sudah menyerah, menganjurkan agar Levenson kembali ke rumah dan menunggu kematiannya dengan tenang. Ia pun mengondisikan pikirannya agar bisa tenang dan berpasrah. Menerima keadaan dirinya yang hampir menemui ajalnya.

 

Rupanya setelah 3 bulan mencoba untuk berpasrah, Levenson malah sembuh dari penyakitnya secara ajaib! Dalam waktu yang singkat tersebut ia menemukan sebuah cara yang kemudian diajarkan kepada Hale Dwoskin, dan memberi nama teknik ini dengan sebutan “Sedona Method”.

 

Levenson mampu bertahan selama 40 tahun setelah vonis kematian dari dokternya. Ini menjadi salah satu bukti kedahsyatan untuk berserah atau pasrah. Tetap menjaga pikiran agar fokus pada hal-hal positif.

 

Hakikat Masalah

 

Masalah didatangkan oleh Allah karena tiga kemungkinan:

1. Cobaan/ujian

2. Teguran

3. Adzab

 

Hanya diri kita masing-masing yang bisa menjawab, apakah masalah yang tengah kita hadapi merupakan ujian, teguran atau adzab dari Allah subhanahu wa ta’ala. Bisa jadi di dalam satu keluarga tertimpa masalah yang sama, namun setiap orang memaknainya berbeda.

 

Suatu masalah bisa dikatakan sebuah cobaan atau ujian ketika diri kita menjaga ketaatan kepada Allah, memperbanyak amal shalih, serta menjauhi hal-hal yang dilarang dalam syariat. Lantas kemudian, ia mendapatkan masalah dalam hidupnya. Masalah ini menjadi sarana baginya untuk meningkatkan kualitas ketakwaannya kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

 

Selanjutnya masalah bisa menjadi suatu teguran jika kita melakukan perkara yang melanggar batasbatas syariat. Entah itu sengaja atau tidak sengaja. Masalah tersebut hadir agar kita ingat bahwa Allah selalu mengawasi diri kita dan ingin kita kembali berjalan di atas syariat dan ketentuan Islam. Serta membuat kita sadar agar kita segera meninggalkan perkara yang Allah benci.

 

Dan yang ketiga, masalah bisa jadi adalah suatu adzab jika kita sudah melenceng jauh dari syariat Islam. Mengumbar hawa nafsu, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Sudah banyak orang yang memberikan kita peringatan, namun kita tetap abai dan malas untuk memperhatikan. Maka Allah pun hadirkan masalah sebagai bentuk adzab atau siksaan. Meski kesannya adzab ini buruk dalam pikiran manusia, sejatinya ini pun salah satu bentuk kecintaan Allah pada kita. Jika sekiranya Allah benci, tentu kita akan dibiarkan begitu saja.

 

Apa yang harus kita khawatirkan adalah ketika kita sudah amat jauh dengan Allah, namun hidup kita nyaman-nyaman saja. Uang berlmpah, semua kebutuhan terpenuhi, badan sehat wal afiat. Artinya kita berada dalam fase “istidraj”. Ia merupakan berbagai kenikmatan duniawi yang diberikan Allah untuk orang-orang yang Dia murkai. Naudzubillahi min dzalika!

 

Allah biarkan mereka tetap bergelimang dalam dosa. Allah abaikan mereka, bahkan untuk memberikan peringatan pun sudah tak lagi diberikanNya. Mereka dibiarkan untuk terus mereguk berbagai kesenangan dan kenikmatan dunia, namun nanti di akhirat Allah akan berikan siksa-Nya yang amat sangat pedih. Istilah kata, mereka dibiarkan untuk menghabiskan dulu jatah kesenangannya sebelum mendapatkan siksa yang pedihnya tiada tara.

 

Nah, sekarang kita bahas sebuah perspektif atau sudut pandang positif mengenai masalah. Selama ini mungkin kita berpikir, saat mendapat masalah, sesegera mungkin kita harus menyelesaikannya. Padahal bukannya masalah malah yang membuat kita semakin dekat dengan Allah? Lantas kenapa ingin segera diselesaikan?

 

Sejatinya masalah hadir dalam hidup kita bukan untuk diselesaikan. Tapi untuk dicari pelajaran, makna, atau hikmah di baliknya. Maka dari itu, jika masih ada orang yang diberikan masalah yang sama dan berulang dalam hidupnya, mungkin dia belum mendapatkan pelajaran apa yang seharusnya ia pahami.

 

Jika masalah tidak kita selesaikan sendiri, lantas siapa dong yang akan menyelesaikannya? Jawabannya mudah saja. Saat kita sudah paham pelajaran apa yang ingin Allah berikan kepada kita, maka masalah seringkali selesai tanpa campur tangan kita. Allah sendiri yang menyelesaikan semuanya.

 

Satu pengalaman nyata yang bisa kita jadikan contoh pernah terjadi pada kehidupan seorang artis ibukota. Ia memiliki istri yang tengah hamil, namun bayinya meninggal di dalam kandungan. Secara medis, jenazah bayi yang masih dalam kandungan harus segera dikeluarkan melalui proses operasi caesar. Jika tidak, maka nyawa sang ibu pun akan sangat beresiko.

 

Masalah menjadi amat berat karena selain harus menerima dan mengikhlaskan sang buah hati, mereka harus menghadapi kenyataan tak memiliki biaya untuk melakukan operasi caesar. Di tengah kondisi yang menghimpit, mereka pun mencari cara agar biaya bisa terkumpul dengan segera.

 

Perasaan hati semakin gelisah karena satu pekan setelah dokter memberikan pernyataan untuk segera melakukan operasi, biaya tak kunjung mencukupi. Kekuasaan Allah pun hadir di tengah-tengah mereka. Di hari kedepalan, jenazah bayi dalam kandungan keluar dengan sendirinya. Bahkan dalam keadaan masih utuh terbungkus ketuban yang belum pecah.

 

Anehnya, anggota-anggota tubuhnya pun masih tetap utuh. Ini sangat bertolak belakang dengan ilmu kedokteran yang menyatakan jika jenazah bayi sudah lewat satu pekan, tentu bentuknya sudah lagi tak beraturan. Maa syaa Allah. Sang bayi keluar dengan sendirinya atas izin Allah tanpa harus melalui operasi caesar yang membutuhkan biaya tinggi.

 

Nol-kan diri

 

Ketika masalah hadir, tidak sedikit dari kita yang tinggi hati. Merasa selama ini dirinyalah yang menyelesaikan masalah-masalah yang ada. Kemampuan dirinyalah yang berhasil mengeluarkannya dari masalah. Kecerdasannyalah yang membuatnya bertahan hingga berada di titik ini. Padahal hakikatnya, Allah yang menyelesaikan semuanya.

 

Hati yang dipenuhi kesombongan, tak akan bisa mencapai surganya Allah subhanahu wa ta’ala. Suatu waktu Allah membuatnya semakin terdesak, terpojok dan tak berdaya. Agar ia meminta pertolongan kepada Dzat Yang Mahakuasa.

 

Maka dari itu, selalu nol-kan diri kita di hadapan Allah ‘azza wa jalla. Di saat kita mengakui kita bukan apa-apa, kita bukan siapa-siapa, tak memiliki daya dan upaya kecuali dari-Nya, maka Allah akan memberikan keajaiban-Nya. Allah yang akan tampil di depan dan menyelesaikan masalah-masalah yang ada.

 

Proses mengnol-kan diri inilah yang merupakan bentuk berserah kepada Allah. Bukan berarti kita menyerah dengan keadaan yang ada, hanya saja menyerahkan semuanya kepada-Nya sebagai bentuk ketidakberdayaan diri. Itu pula mengapa agama yang berada di sisi Allah itu Islam. Karena Islam sendiri berasal dari kata bahasa Arab “aslama” yang artinya berserah diri.

 

Bisa kita katakan, bentuk penyerahan diri atau berserah kepada Allah subhanahu wa ta’ala menjadi salah satu esensi dalam agama kita ini. Kita disebut sebagai muslim yang artinya orang yang berserah diri. Wallahu a’lam bishawab.

 

“Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah: kepada-Nyalah aku bertawakal dan hendaklah kepadaNya saja orang-orang yang bertawakal berserah diri’.” (QS. Yusuf: 67). Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Psikologi: RIBA MEMBUATMU TERSIKSA

Kyai Pamungkas

Psikologi: BANYAK DOA, TAPI GAK DIKABULIN JUGA

Kyai Pamungkas

Psikologi: BALASAN KEBAIKAN

Kyai Pamungkas
error: Content is protected !!