Petualangan Astral: RAPA NUI, PULAU PASKAH YANG SAKRAL
Nama Rapa Nui mungkin terasa asing bagi kita. Namun itulah nama asli dari Pulau Paskah. Sebuah pulau berbentuk segitiga yang masuk ke dalam negara Chili. Misteri yang membuat orang tertarik pada pulau ini adalah patung-patung Moai berukuran besar dengan berat berpuluh-puluh ton.
Dinamai Pulau Paskah (Easter Island) karena konon seorang penjelajah asal Belanda, Jacob Roggeveen, menemukan pulau ini pada Minggu Paskah. Tepatnya pada tanggal 5 Juli 1772. Sejak saat itu, masyarakat dunia lebih familiar mengenal pulau ini dengan nama Easter Island dibanding “Rapa Nui”.
Terdapat ribuan patung Moai di pulau yang terpencil ini. Sebagian besar patung-patung tersebut menghadap ke dalam pulau. Sementara yang menghadap ke laut jumlahnya sedikit sekali. Lucunya patung Moai juga dijadikan emoji untuk mewakili banyak arti. Salah satunya adalah untuk mewakili ekspresi wajah yang datar. Selain itu, ia dijadikan bentuk rumah milik Squidward di kartun Sponge Bob.
Perjalananku kali ini menuju Rapa Nui ditemani Sramvita dan Kavatru. Kami tiba di sana saat suasana langit biru cerah menjelang siang hari. Wilayah Pulau Paskah ini terbilang kosong atau sepi dari entitas astral. Setelah kami periksa, kesan “sacred” atau sakral amat kental di sini. Mungkin karena itulah aku merasa sangat netral di tempat ini.
Beberapa menit kami melihat-lihat area sekitar. Mengamati patung-patung Moai yang beberapa sudah rusak. Mungkin karena dimakan zaman atau ada tangan jahil yang telah merusaknya. Jika sudah rusak seperti itu, tentu akan sulit untuk diperbaiki agar bisa utuh seperti sedia kala. Sangat disayangkan memang. Apalagi pulau ini dimasukkan ke dalam situs warisan budaya dunia oleh UNESCO.
Awalnya kukira kami sedang melakukan perjalanan secara real time. Namun setelah diperiksa ulang, sepertinya kami berada di sebuah memori yang telah terjadi. Perbedaan waktu antara Indonesia bagian barat dengan Pulau Paskah adalah 12 jam. Waktu Indonesia lebih cepat dibanding di sana.
Merasa tak ada yang menarik, kami pun berniat untuk berpindah waktu ke masa patung-patung Moai pertama kali dibuat. Tak disangka, tubuhku tiba-tiba terlempar ke sebuah tempat yang tidak pernah kami rencanakan. Kami tiba di luar sebuah kamar apartemen berwarna krem tua dengan jendela yang sedikit terbuka. Sramvita menjelaskan posisi kami yang ternyata tengah berada di salah satu negara bagian di Australia.
Aku melihat ke dalam dan melihat seorang anak perempuan berusia 11 tahun sedang terbaring terlentang di tempat tidurnya. Selang beberapa detik, tubuhnya menjadi dua. Satu tubuhnya melayang di udara. Ia sedang melakukan out of body experience.
Anak itu menghampiri kami dengan menembus tembok kamar tidurnya.
“Siapa kalian?” tanyanya polos.
“Kami para petualang yang sedang menjelajah Pulau Paskah, Chili. Tapi entah kenapa kami tiba-tiba seolah tertarik begitu saja ke tempat ini,” paparku menjelaskan.
“Oh ya, namaku Angelica.” Anak itu memperkenalkan dirinya.
“Tapi ini benar-benar kebetulan sekali! Kakekku asli berasal dari negara Chili, lho!” seru Angelica.
Aku mengerutkan dahi, “Sramvita, apa kamu tahu kenapa tiba-tiba kita bisa tertarik ke rumahnya Angelica?”
“Itu karena Angelica membawa memori orang-orang Rapa Nui di dalam DNA-nya,” ungkap Sramvita.
Aku paham sekarang. Kami bisa memanfaatkan memori yang terdapat pada DNA Angelica untuk mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai Pulau Paskah. Tanpa lama menunggu, kami pun memutuskan menelusuri memori DNAnya.
Kami pun tiba di Pulau Paskah yang kurasa secara garis waktu lebih lama dibandingkan dengan yang pertama kali kami kunjungi. Kali ini suasana langitnya gelap karena awan mendung. Pemandangan patung-patung Moai pun berbeda dari yang pertama kulihat. Di sekeliling garis pantai dipenuhi oleh patung-patung Moai yang menghadap ke dalam pulau.
Sementara itu ada satu patung terbesar yang ditempatkan di tengah-tengah pulau. Ukurannya jauh lebih besar dari yang ada di sekeliling garis pantai. Seolah patung terbesar tersebut menjadi pusat perhatian bagi patung-patung lainnya.
Visualku menangkap gambaran tembakan sinar dari arah kanan yang menghancurkan patung terbesar. Aku tak tahu siapa yang menembakkan sinar itu. Patung itu pun hancur menjadi kepingan yang beraneka ukuran. Pertanyaannya, mengapa patung itu dihancurkan? Ini yang masih menjadi tanda tanya dalam pikiranku.
Kami memutuskan untuk mundur ke masa yang lebih awal dari yang saat ini kami saksikan. Tepatnya di waktu awal mula Pulau Paskah dihuni oleh orang-orang Rapa Nui. Kami pun menyaksikan sebuah bencana alam berupa banjir besar yang banyak menelan korban. Kemudian muncul satu sosok penyelamat yang berasal dari luar bumi untuk menyelamatkan beberapa orang dan memindahkan mereka ke sebuah pulau terpencil.
Anehnya aku merasa sangat familiar dengan vibrasi energi dari sosok tersebut. Vibrasi energi yang kurasakan pada orang-orang di planet Thiaoouba. Untuk memastikannya, aku segera melakukan telepati dan mengoneksikan diriku pada Labradas!.
Saat aku bertanya padanya mengenai sosok pahlawan tersebut, Labradas tersenyum mengiyakan.
Kulihat sosok pahlawan yang menyelamatkan orang-orang dari banjir memiliki postur tubuh yang sama dengan manusia Thiaoouba. Ia mengenakan sebuah helm yang transparan, sehingga wajahnya bisa terlihat. Sayangnya visualku tak terlalu jelas menangkap raut wajahnya seperti apa.
Dia membawa orang-orang menggunakan pesawat luar angkasa yang begitu besar dan menempatkan mereka di Pulau Paskah. Sejak saat itu, orang-orang Rapa Nui tinggal di pulau tersebut. Sang pahlawan meminjamkan teknologi yang berasal dari Thiaoouba untuk mempermudah aktivitas mereka. Termasuk untuk membuat, mengukir dan memindahkan patung-patung Moai.
Bisa saja aku salah lihat, namun aku menyaksikan orangorang Rapa Nui menggunakan alat sejenis laser untuk mengukir dan membuat patung-patung Moai. Kemudian mereka menggunakan alat yang bisa mengubah ukuran benda besar menjadi kecil dan begitu sebaliknya. Ini menjadi jawaban bagaimana patung-patung Moai yang begitu berat bisa sangat mudah diletakkan di tempat yang mereka inginkan.
Patung-patung Moai yang beratnya puluhan ton diubah ke dalam ukuran kecil. Kemudian setelah diletakkan di tempat yang seharusnya menurut mereka, patung itu pun dikembalikan ke ukurannya yang semula.
Patung-patung Moai dibuat dari bahan bebatuan yang ada di gunung batu wilayah tersebut. Awalnya gunung batu itu sangat tinggi. Kemudian orang-orang Rapa Nui secara turun temurun membuat patung Moai.
Sang pahlawan hanya membersamai penduduk Rapa Nui beberapa hari saja. Setelah itu, tak ada yang tahu ke mana sang pahlawan pergi. Patung Moai pun dibuat untuk mengenang jasa pahlawan yang telah menyelamatkan hidup mereka. Bentuk patungnya dibuat semirip mungkin dengan sang pahlawan.
Setelah generasi pertama meninggal, generasi-generasi berikutnya membuat patung Moai dengan melihat contoh dari yang sudah ada sebelumnya. Dan terus begitu dalam beberapa generasi. Hingga alat yang diberikan sang pahlawan untuk membuat patung Moai rusak dan tak lagi bisa berfungsi.
Mereka mencoba untuk membuat patung Moai dengan peralatan seadanya yang mereka miliki. Namun ternyata sangat sulit. E! Gigante adalah patung Moai terakhir yang nyaris selesai sebelum alat canggih yang mereka gunakan tak bisa digunakan lagi.
Sebagian penduduk Rapa Nui meninggalkan Pulau Paskah untuk mencari kehidupan yang dirasa lebih baik dari kehidupan di pulau. Hanya saja, mereka akan selalu kembali ke Pulau Paskah saat perayaan rutin dilakukan. Mereka dari dulu sudah mengultuskan dan menganggap Pulau Paskah sebagai pulau suci bagi mereka.
Rasanya puas sekali menelusuri rahasia dari Pulau Paskah yang selama ini masih jadi misteri bagi sebagian besar orang. Angelica yang ikut dalam perjalanan kali ini bersama kami pun mengetahui cerita asal-usul leluhurnya. Sepertinya dia sangat senang bisa mendapatkan pengalaman ini.
Pelajaran apa yang bisa kuambil dari perjalanan ke Rapa Nui? Hmm, kurasa pesannya adalah tentang tolong-menolong dalam kebaikan. Meski berbeda dalam hal apa pun itu, kita tidak perlu ragu untuk menolong siapa saja yang membutuhkan bantuan dan pertolongan. Selama kita bisa membantu, sekecil apa pun itu, maka bantuan itu akan sangat berarti bagi yang sangat membutuhkannya.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)