PEMALI BAGI MASYARAKAT BANJAR
Kecelakaan yang terjadi barusan adalah akibat si pengendara motor yang sedang melaju tak kuasa mengendalikan kemudinya akibat bersin yang berkepanjangan…
Sebagaimana masyarakat lain yang tersebar di seantero Nusantara, bagi masyarakat Banjar, pemali adalah merupakan suatu hal yang menjurus pada pantangan, larangan, yang diwariskan oleh para nenek moyang dan sampai sekarang, diam-diam, kadang masih ditaati oleh sebagian orang. Bukan tidak mungkin, pemali yang ada dan tumbuh subur di Nusantara adalah merupakan warisan, mengingat pada zaman dahulu, kebanyakan orang selalu mengaitkan bersin dengan pelbagai hal yang berbau mistis.
Bersin bukan suatu gejala ragawi melainkan sebagai suatu firasat akan terjadinya sesuatu atau peristiwa. Bahkan, pada zamannya, orang-orang Mesir kuno, Yunani dan Romawi menganggap bersin sebagai suatu ramalan akan hari depan.
Misalnya, apabila seseorang bersin ke arah kanan, maka, ia akan bernasib mujur. Begitu juga sebaliknya…
Jika ditelisik, sejatinya, bersin merupakan suatu gerak refleks yang terjadi tanpa suatu kesengajaan karena pada ujung urat saraf yang ada diselaput lendir dalam hidung mengalami rangsangan yang mengganggu namun, bisa juga terjadi karena saraf mata kita tersinggung oleh sinar yang menyilaukan mata.
Dengan merunut pendapat yang tersebut di atas, maka, berhenti sejenak ketika bersin sebelum berpergian adalah mengandung suatu ajaran tentang kehati-hatian. Hal itu wajar, mengingat, ketika bersin, maka, selama beberapa saat seseorang akan kehilangan konsentrasinya. Hal ini yang acap terjadi dalam kehidupan masyarakat Banjar, seseorang akan langsung dilarang pergi jika bersin ketika hendak berpergian.
“Pemali, lebih baik duduk sejenak, kemudian, silakan jalan,” demikian kata mereka.
“Sebenarnya, saya sendiri tidak yakin dengan pemali,” demikian ungkap Ardiansyah, “tapi, karena sudah terbukti, maka, tidak ada salahnya jika kita taati,” lanjutnya lagi.
“Maksudnya?” Potong Iwan.
Dengan panjang lebar, Ardiansyah pun menceritakan betapa kakak sulungnya harus dirawat selama beberapa waktu akibat motor yang dikendarainya masuk ke dalam jurang yang cukup dalam.
“Waktu itu, Abang Ridwan yang memang gemar berpertualang pergi bersama beberapa orang temannya menyusuri Pulau Jawa. Pada hari ke lima, pagi itu, setelah sarapan dan memeriksa motor masing-masing, mereka pun berangkat dari Malang dengan tujuan Blitar,” papar Ardiansyah.
“Semuanya berjalan dengan beriringan,” lanjutnya.
“Sebagai kepala rombongan, Bang Ridwan yang semula ada di belakang, langsung tancap gas untuk mendahului yang lain. Dan pada sebuah tikungan, seiring dengan cahaya matahari yang menyilaukan, mendadak, Bang Ridwan tak mampu lagi mengendalikan kendaraannya. Akibatnya, ia terpelanting masuk ke dalam jurang yang lumayan dalam. Sementara, motornya tersangkut pada besi pengaman jalan,” sambungnya.
“Rombongan langsung berhenti. Ada yang langsung turun ke jurang untuk menolong, ada yang mengamankan motor Bang Ridwan, sebagian menghubungi kepolisian untuk memberikan laporan,” tambah Ardiansyah dengan wajah serius.
“Lalu bagaimana keadaan Bang Ridwan?” Tanya Iwan dengan kelu.
“Beruntung, tidak sampai lima belas menit, Bang Ridwan bisa dibawa ke atas, bersamaan dengan datangnya ambulans.
Rombongan dengan dibantu polisi langsung mengikuti ambulans menuju ke rumah sakit. Esoknya, Bang Ridwan pun sadar dan bisa dimintai keterangan,” imbuh Ardiansyah.
“Polisi yang menanyakan penyebab kejadian akhirnya menyimpulkan, yang terjadi adalah kecelakaan tunggal yang diakibatkan oleh Bang Ridwan mendadak bersin ketika sedang mengendarai motor dengan kecepatan sedang. Beruntung Bang Ridwan tidak menabrak pengendara lain atau kehilangan nyawanya,” pungkasnya.
“Lalu kaitannya dengan pemali?” Desak Iwan.
Menurut Ardiansyah, bukan tidak mungkin, pada masa lalu, nenek moyang tidak dapat menerang jelaskan kenapa orang harus berhenti sejenak jika bersin sebelum berpergian yang pasti, karena bersin adalah sesuatu yang reflek, maka, si pelaku juga akan dengan reflek mengangakan mulut atau menutup bagian mulutnya. Dengan begitu, maka, konsentrasi terhadap apa yang tengah dilakukan akan buyar dengan seketika. Dan hal itulah yang terjadi pada Bang Ridwan.
“Hal itu juga sempat aku sampaikan pada Bang Ridwan,” kata Ardiansyah,
“Menurutnya, karena nenek moyang tidak tahu, maka, dikatakan saja sebagai pemali. Padahal, begitu aku menikung, karena ingin bersin, maka, konsentrasi pun jadi buyar. Tanpa sadar aku melepaskan pegangan setang dan menutup mulut. Ternyata, kehilangan kesadaran beberapa detik itu sangat fatal akibatnya,” tambahnya mengulang kata-kata yang disampaikan oleh abangnya.
“Jadi bukan karena aku taat dengan pemali, melainkan, aku sudah mendengar, melihat bahkan turut merasakan akibatnya jika melanggarnya,” demikian ungkap Ardiansyah dengan senyum.
“Bayangkan, selama hampir dua bulan aku terpaksa meninggalkan bangku kuliah hanya untuk menjaga Bang Ridwan di rumah sakit. Belum lagi biaya yang dikeluarkan oleh keluarga kami, baik untuk membayar pengobatan serta kedatangan mereka untuk melihat keadaan Bang Ridwan. Oleh sebab itu, aku meyakini, sebenarnya, pemali yang ada di tengah-tengah masyarakat adalah merupakan larangan yang harus dikaji. Bukan dituruti apa adanya,” demikian papar Ardiansyah dengan penuh semangat.
Iwan mengangguk. Dalam hatinya, ia juga setuju dengan apa yang dikatakan sahabatnya, Ardiansyah. Karena sejatinya, pemali lebih banyak mengandung unsur-unsur pendidikan, kehati-hatian, serta kenyamanan. Tujuannya tak lain, agar hidup dan kehidupan dalam bermasyarakat dapat selaras, serasi dan seimbang, karena, kebebasan diri sendiri selalu berbatasan dengan kebebasan orang lain.
Agaknya, kehidupan yang seperti inilah yang diharapkan oleh para nenek moyang kepada kita semua. Selaras dengan yang tersebut di atas, maka, pemali masyarakat Banjar ini memang layak untuk mendapatkan perhatian.
Maklum, belakangan ini, ramainya lalu lintas, khususnya kendaraan bermotor roda dua membuat angka kecelakaan akibat kelalaian pengemudi terus meningkat dengan pesat. Apalagi menjelang hari-hari besar, seperti lebaran. Boleh dikata, tiap menjelang lebaran, Polisi dan instansi terkait lainnya pasti dibuat sibuk dalam mengatur lalu lintas.
Ironisnya, karena mudik bersama, kadang, seseorang melupakan kenyamanan berkendara. Motor ditumpangi oleh suami, istri dan dua anak bahkan masih ditambah dengan pelbagai bawaan lainnya selain itu, mereka juga memaksakan diri. Tanpa mengenal lelah, yang ada dalam benaknya hanya segera tiba di kampung halamannya, mereka hanya berhenti sesaat dan bila dirasa perlu saja.
Selain itu, mereka juga tidak mengenal medan yang ditempuhnya dengan baik. Mereka tidak tahu di mana ada jalan rusak, menanjak ataupun menurun serta tikungan. Tak cukup sampai di situ, bahkan tak jarang, ada yang baru bisa mengendarai motor atau mengendarainya dengan cara yang ugal-ugalan. Rambu-rambu lalu lintas yang terpasang di pinggir jalan juga tak pernah mereka perhatikan.
Padahal, seyogianya, pengendara juga harus memahami kondisi pisiknya masing-masing. Setelah berkendara tiga jam berturut-turut, seharusnya, mereka beristirahat sekitar tiga puluh menit untuk menghilangkan lelah dan ketegangan. Dengan begitu, maka, mereka akan tiba di kampung halamannya dengan selamat tak kurang suatu apa. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)