Panggonan Wingit: KEANGKERAN ALAS PURWO
SALAH SATU WAHANA MISTIS YANG ANGKER DAN BERTUAH DI HUTAN INI ADALAH GOA MANGLENG. TEMPAT INI KERAP MENJADI AJANG PERBURUAN WANGSIT BAGI PARA DALANG. KONON, DALAM KONDANG KI MANTEB SUDARSONO MENDAPATKAN WAHYU PEDALANGAN DI GOA INI…
BEGITU menginjakkan kaki di tempat ini, penulis mengucap syukur pada Tuhan yang telah memberikan perlindunganNya. Alas Purwo sungguh merupakan tempat yang telah lama penulis dambakan untuk bisa membuat sebuah laporan
Hutan ini tergolong masih wingit, perawan dan banyak paranormal atau tokoh yang memiliki kelebihan tertentu diperoleh setelah berhasil nglakoni di tempat ini, Misalnya, sebut saja Ki Manteb Sudarsono, dalang kondang dari Karangpandan, Surakarta. Kabarnya, dia berhasil menjadi dalang top setelah melakukan tapa di Goa Mangleng. Goa ini terletak sekitar 9 Km. dari pos polisi Rowobendo, di lerang Alas Purwo.
Konon, setelah nglakoni, Ki Manteb memperoleh kayu jenis Sawo Kecik yang akhirnya dibentuk menjadi cempolo, alat pemukul kecrek dan kotak sewaktu mendalang Dan semenjak itu, Ki Manteb terus menanjak karirnya.
Memang, umumnya para dalang memiliki “ilmu rangkap” Artinya, selain kemampuannya memainkan wayang dia juga harus menguasai ilmu gaib tertentu. Dengan kata lain, seorang dalang kondang memerlukan semacam Wahyu Dalang. Wahyu dalang Ki Manteb didapat di Goa Mangleng Alas Purwo.
Meskipun banyak dalang bagus, akan tetapi bila kita simak, hanya ada beberapa dalang yang memiliki nama terkenal. Di Surakarta, Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto. Sementara di Yogya ada Ki Timbul Hadiprayitno dan Ki Hadi Sugito dari Toyan Wates. Sedangkan yang tergolong dalang pesisiran yaitu Ki Djoko Edan dari Ungaran, dan Ki Entus Susmono dari Tegal. Yang lain bukan berarti kalah bagus, akan tetapi dalam kurun tertentu pamornya tidak bisa menyamai keenam nama tersebut.
Sungguh tepat, semenjak pemerintahan penjajah Belanda, Alas Purwo telah ditabalkan sebagai hutan lindung, sehingga tidak setiap orang bisa leluasa menjamahnya.
Mengingat pulau Jawa dipengaruhi oleh angin muson tenggara, sulit dibayangkan apabila angin kencang bertiup dari arah tenggara. Angin itu melabrak apa saja yag dijumpai, tanpa adanya benteng hutan lindung sebagaimana Alas Purwo.
Purwo memiliki arti permulaan. Jadi, apabila hutan ini gundul, hutan-hutan lain di negara kita juga akan gundul. Hal ini bisa-bisa menjadi awal tenggelamnya pulau Jawa.
Beberapa warga sekitar menyatakan bahwa pada waktu pemerintahan Gus Dur, entah kenapa banyak penebangan kayu jati di tempat ini. Dan bukti dari hal itu dapat disaksikan saat ini. Sebagian hutan digunakan sebagai lahan persawahan dengan cara kontrak selama 15 tahun.
Kita saksikan juga jalan sepanjang 15 km hingga pintu gerbang Taman Wisata rusak berat. Karena terpaksa dilalui oleh truk-truk pengangkut kayu dengan kapasitas angkut yang tinggi, tanpa memperdulikan kemampuan daya dukung jalan raya yang dilaluinya.
“Semenjak dibangun tahun 1986, belum pernah sekalipun diperbaiki,” ujar salah seorang warga yang tinggal di tempat itu.
Alhasil, apabila jalannya mulus, bisa ditempuh dalam waktu sekitar seperempat iam. Dengan kondisi jalan saat ini, bisa-bisa memerlukan waktu satu jam. Bila menggunakan mobil, harus siap diguncang dan disertai kekhawatiran. Sedang bila naik motor, harus waspada setiap kali ada kubangan menganga. Meleng sedikit saja, pasti akan jatuh.
Sekitar 500 meter arah tenggara, dari pos polisi Rowobendo, kita dapati adanya Pura Agung Giri Salaka. Situs peninggalan kerajaan Majapahit dahulu. Di tempat ini setiap 210 hari diadakan acara Pagerwesi oleh para penganut Hindu Barahma. Mereka biasanya datang dari berbagai daerah, termasuk dari pulau Bali.
Pura yang lama berukuran sekitar 30 x 20 m, dan disebelah baratnya kini sedang dibangun pura baru seluas sekitar 1 hektar dengan maksud agar mampu menampung umat yang lebih banyak jumlahnya.
Dari terawangan gaib yang dilakukan penulis, penunggu tempat ini adalah Empu Supo, paman dari Narasoma yang hidup di zaman Prabu Erlangga. Dan ditempat inilah turunnya wahyu kerajaan pertama kali diterima oleh Prabu Erlanga, sewaktu dia masih berstatus pelarian karena negaranya diserang oleh Raja Wara-Wari.
Di waktu-waktu berikutnya, Erlangga dikenal sebagai Raja yang bijaksana, dan kerajaannya berhasil mencapai puncak kejayaan.
Sekitar 2 Km. arah ke timur, di sebuah puncak bukit kita jumpai pos Pancur. Disebut demikian, mungkin dikarenakan tempat ini di dekat pantai, yang terdapat sumber air tawar yang melewati karang, hingga airnya mancur ke bawah.
Di bagian atas, di bawah pohon beringin yang menyatu dengan pohon Bulu, penulis sempat mengadakan kontak batin, dan berhasil menjumpai seorang Brahmana yang bernama Eyang Trengguli atau Eyang Resi Prabangkara).
Sedang di bagian bawah, di mana terdapat sumber mata air tawar, di tempat ini dengan leluasa memandang laut. Dengan bebatuan karang hitam dan pasir putihnya. Tempat ini biasa digunakan untuk acara oleh para penghayat Kepercayaan kepada Tuhan YME. “Salah seorang raja di Surakarta, juga datang ketempat ini pada bulan Sura yang lalu,” ujar salah seorang warga sekaligus petugas jaga.
Berdasarkan terawangan gaib, tempat ini dijaga oleh Pangeran Bintang Kejora atau Eyang Among Purbo. Sosok ini diikuti oleh 4 orang puteri. Dua diantaranya masing-masing bernama Dewi Tunjungsari dan Tunjung Ari. Keduanya selir dari Pangeran. Dan dua orang puteri lainnya adalah Dewi Arumsari puteri Dewi Tunjungsari, dan Dewi Arumdalu, putri dari Dewi Tunjung Ari. Di lokasi ini, persisnya di bagian atas
terdapat tempat bagi wisatawan yang ingin berkemah. Bahkan telah dibangun sebuah pendopo besar (belum sepenuhnya jadi) menghadap ke utara. Menurut data, pembangunan ini dilakukan oleh Yayasan Merah Putih yang berpusat di Surabaya.
Sekitar 2-4 km arah ke utara lagi, terdapat bangunan goa alam yang masih digunakan oleh para pejiarah untuk bersemedi. Namanya Goa Istana, Goa Padepokan dan Goa Basori.
Selain tempat-tempat bernuansa mistis religius, tempat ini juga dilengkapi dengan jenis-jenis wisata yang lain. Misalnya yang berhubungan dengan ekologi. Ke arah timur, kita dapat menjumpai padang penggembalaan, yakni tempat binatang-binatang liar di hutan dapat kita saksikan melalui sebuah tower yang telah tersedia.
Tidak jauh dari tempat ini, di bagian pantai tersedia tempat untuk berselancar bagi para peselancar pemula. Tinggi ombak mencapai 4-6 meter. Dengan ombak yang tidak terputus hingga mencapai 2 Km, terdiri dari 7 gelombang yang tidak terputus.
Lima Km. arah ke barat dari Rowobendo, ada satu tempat untuk pelestarian kura-kura. Sekitar 6000 ekor kura-kura setiap tahun berhasil dilepas ke habitat aslinya.
Hutan wisata Alas Purwo seluas 43.420 Ha, yang dibagi menjadi dua wilayah, yaitu Seksi Konservasi meliputi Rowobenda, dan Seksi II Muncar. Secara administrasi berada di Kabupaten Banyuwangi, sekitar 45 Km. dan ibu kota kabupaten.
Wilayah II ada di dua kabupaten yakni Kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso yang meliputi juga seksi konservasi kawah Ijen. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)