Ngaji Sufi: MASA KECIL RABI’AH AL-ADAWIYAH
BEBERAPA SAAT SETELAH KELAHIRAN PUTRINYA, AYAH RABI’AH DALAM TIDURNYA BERMIMPI DIDATANGI NABI MUHAMMAD SAW. DENGAN PENUH KASIH SAYANG, NABI BERSABDA, “JANGANLAH ENGKAU BERSEDIH, KARENA BAYI PEREMPUANMU YANG BARU DILAHIRKAN ITU ADALAH RATU KAUM WANITA, DAN AKAN MENJADI PENENGAH BAGI 70 RIBU ORANG DI ANTARA KAUMKU.”
RABI’AH Al-Adawiyah adalah termasuk salah seorang Wali Allah dan tokoh tasawuf yang sangat terkenal. Ia berasal dari keluarga miskin, dan sejak kecil tinggal di Bashrah. Di kota ini, namanya sangat harum dan sangat dihormati oleh orang-orang saleh pada masanya.
Dikisahkan, pada malam Rabi’ah dilahirkan ke atas dunia, tidak ada sesuatu barang berharga yang dapat ditemukan di rumah orang tuanya. Bahkan, minyak untuk lampu, juga selimut bayi Rabi’ah si puteri keempat, tak ada sama sekali.
“Pergilah kepada tetangga kita, lalu mintalah sedikit minyak dapur agar aku dapat menyalakan lampu,” ibunda Rabi’ah berkata kepada suaminya sambil menyebut nama salah seorang tetangga mereka yang harus didatangi.
Tetapi ayah Rabi’ah telah bersumpah, tak akan mengemis apa pun dari manusia lagi.
Meskipun demikian, untuk menyenangkan hati sang isteri, ia pergi juga dan menyentuhkan tangannya ke rumah tetangga yang dimaksud. Setelah itu ayah Rabi’ah pulang kembali ke rumahnya.
“Mereka tidak ada di rumah,” lapornya kepada sang isteri. Padahal, ia tadi hanya purapura saja datang ke rumah tetangganya.
Ibu Rabi’ah yang malang menangis sedih. Dan dalam keadaan yang serba memprihatinkan itu, si suami hanya dapat menekurkan kepalanya ke atas lutut, sampai akhirnya tertidur.
Ayah Rabih’ah dalam tidurnya bermimpi didatangi Nabi Muhammad SAW. Dengan penuh kasih sayang, Nabi bersabda, “Janganlah engkau bersedih, karena bayi perempuanmu yang baru dilahirkan itu adalah ratu kaum wanita, dan akan menjadi penengah bagi 70 ribu orang di antara kaumku,”
Setelah terdiam sejenak, Nabi lalu meneruskan, “Besok, pergilah engkau menghadap ‘Isa Az-Zadan, Gubernur Bashrah. Di atas sehelai kertas, tuliskan kata-kata berikut ini: “Setiap malam, engkau mengirimkan shalawat seratus kali kepadaku, dan setiap malam Jum’at empat ratus kali. Kemarin adalah malam Jum’at, tetapi engkau lupa melakukannya. Sebagai penebus kelalaianmu itu, berikanlah kepada orang ini empat ratus dinar yang telah engkau peroleh secara halal.” Nah, demikianlah pesan yang harus engkau laksanakan.”
Ketika terjaga dari tidurnya, ayah Rabi’ah mencucurkan air mata. Sesaat kemudian, ia pun bangkit dan menulis seperti yang telah dipesankan Nabi Muhammad SAW kepadanya lewat mimpi itu. Setelah selesai menuliskannya lalu ia mengirimkannya kepada Gubernur melalui pengurus rumah tangga istana.
Betapa terharu hati Gubernur mendengar pesan yang disampaikan, sebab semuanya merupakan suatu kebenaran. Maka sadarlah ia siapa sesungguhnya lelaki penyampai pesan Rasulullah SAW itu.
“Berikanlah dua ribu dinar kepada orangorang miskin, sebagai tanda syukur karena Nabi Muhammad SAW masih ingat kepadaku. Kemudian berikan empat ratus dinar kepada si syekh (ayah Rabi’ah), dan katakan kepadanya, “Aku berharap engkau datang kepadaku sehingga bisa melihat wajahmu. Namun, tidaklah pantas bagi seorang seperti engkau, untuk datang kepadaku. Lebih baiklah seandainya aku yang datang dan menyeka pintu rumahmu dengan janggutku ini. Walaupun demikian, demi Allah, aku memohon kepadamu, apa pun yang engkau butuhkan katakanlah kepadaku” Itulah pesan yang harus disampaikan.” Kata Gubernur setelah membaca surat dari ayah Rabi’ah.
Ayah Rabi’ah menerima uang emas pemberian Gubernur, kemudian ia membeli sesuatu yang dianggap perlu.
Singkat cerita, ketika Rabi’ah beranjak besar, dan ayah serta ibunya telah meninggal dunia, bencana kelaparan melanda kota Bashrah. Ia terpisah dari kakak-kakak perempuannya.
Suatu hari, saat Rabi’ah ke luar rumah, ia terlihat oleh seorang penjahat yang segera menangkapnya, kemudian menjualnya dengan harga enam dirham. Orang yang membelinya menyuruh Rabi’ah melakukan tugas yang berat-berat.
Pada suatu hari, ketika ia berjalan-jalan, seseorang yang tak dikenal datang menghampirinya. Rabi’ah melarikan diri, namun tiba-tiba kakinya menginjak sesuatu yang menyebabkan tubuhnya jatuh dan tergelincir sehingga tangannya terkilir.
Sambil menangis dan memukul-mukul kepalanya ke tanah, Rabi’ah berkata, “Ya Allah, aku adalah seorang asing di negeri ini, tidak mempunyai ayah dan Ibu, seorang tawanan yang tak berdaya, sedang tanganku cedera. Namun semua itu tidak membuatku bersedih hati. Satu-satunya yang kuharap adalah dapat memenuhi kehendakMu dan mengetahui apakah Engkau berkenan atau tidak.”
Tanpa bisa diduga, tiba-tiba sesuatu terjadi. “Rabi’ah, janganlah engkau berduka. Esok lusa engkau akan dimuliakan, sehinga para malaikat merasa iri kepada dirimu,” tiba-tiba terdengar suara tanpa wujud.
Rabi’ah lalu kembali ke rumah majikannya. Di siang hari, ia terus berpuasa dan mengabdi kepada Allah. Sedang pada malam harinya, ia berdoa kepada Alah sambil terus berdiri sepanjang malam.
Suatu malam, tuannya terjaga dari tidur, dan lewat jendela, terlihatiah olehnya, Rabi’ah sedang bersujud dan berdoa kepada Allah, “Ya Allah, Engkau mengetahui bahwa hasrat hatiku adalah ingin bisa mematuhi perintahMu dan mengabdi kepadaMu.
Jika aku dapat mengubah nasib diriku ini, niscaya aku tidak akan beristirahat barang sebentar pun dari mengabdi kepadaMu. Tetapi Engkau telah menyerahkan diriku ke bawah kekuasaan seorang hambaMu.”
Dengan mata kepalanya sendiri, si majikan menyaksikan betapa sebuah lentera tanpa rantai tergantung di atas kepala Rabi’ah, sedang cahayanya menerangi seluruh rumah. Melihat peristiwa ini orang kaya itu merasa amat ketakutan.
Si majikan lalu beranjak ke kamar tidurnya dan duduk merenung hingga terbit fajar. Ketika hari telah terang, ia memanggil Rabi’ah, bersikap lembut kepadanya, meski selama ini dirinya selalu bersikap kasar kepada budaknya itu. Tak lama kemudian dia pun membebaskannya.
“Izinkanlah aku pergi, kata Rabi’ah. Tuannya memberikan izin.
“Pergilah sesuka hatimu!” Katanya dengan suara bergetar.
Rabi’ah lalu meninggalkan rumah tuannya menuju padang pasir. la mengadakan perjalanan menuju sebuah pertapaan, di mana ia untuk beberapa lama membaktikan diri kepada Allah.
Ketika timbul niatnya untuk menuaikan ibadah haji, Rabi’ah meninggalkan tempat tersebut dan kembali mengarungi padang pasir. Barang-barang miliknya dibungkus dan ditaruh di atas punggung keledai. Begitu tiba di tengah-tengah padang pasir, tiba-tiba keledai itu mati.
“Biarlah kami yang membawakan barang-barangmu,” beberapa orang lelaki didalam rombongan itu menawarkan jasa mereka kepada Rabi’ah.
“Tidak! Teruskanlah perjalanan kalian! Bukan tujuanku untuk menjadi beban kalian,” jawab Rabi’ah.
Setelah Rabi’ah berada seorang diri, ia menengadahkan kepala lalu berseru” Ya Allah, beginikah caraMu memperlakukan seorang wanita yang tak berdaya di tempat yang masih asing baginya? Engkau telah memanggilku ke rumahMu, tetapi di tengah perjalanan, Engkau membunuh keledaiku, dan meninggalkanku seorang diri di tengah-tengah padang pasir yang luas ini.”
Belum selesai Rabi’ah dengan kata-katanya, tanpa didugaduga, keledainya yang telah mati tiba-tiba bergerak lalu berdiri. Rabi’ah segera menaruh kembali barang-barangmnya di atas pungung binatang itu dan melanjutkan perjalanannya.
Beberapa hari lamanya Rabi’ah mengarungi lautan padang pasir, Di suatu tempat, sebelum berhenti, Rabi’ah berseru kepada Allah,”Ya Allah, aku sudah letih. Kearah manakah aku harus berjalan? Aku ini hanyalah segumpal tanah, sedang tumahMu terbuat dari batu. Ya Allah, aku memohon kepada Engkau, perlihatkanlah diriMu.
Allah berfirman ke dalam hati Rabi’ah, “Rabi’ah, engkau sedang berada di atas sumber kehidupan delapan belas ribu dunia. Tidaklah engkau ingat, betapa Musa telah memohon Untuk melihat wajahKu dan gunung-gunung terpecah-pecah menjadi empat puluh keping. Karena itu, merasa cukuplah engkau dengan namaKu saja.”
Demikianlah sekilas tentang satu sisi kehidupan dari Rabi’ah Al-Adawiyah, salah seorang sufi besar wanita yang dianggap mempunyai saham yang teramat besar dalam memperkenalkan Cinta atau mahabbah kepada Allah, ke dalam mistisme Islam. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.
KEAJAIBAN SUFI: DZUNNUN AL MISHRY
Nama lengkapnya adalah Abu Faiz Tsauban bin Ibrahim atau terkenal dengan nama Dzunnun saja. Dia lahir di Mesir di suatu tempat bernama Ekhim pada tahun 180H.
Haus dia pergi mencari air. Rindu dia pergi mencari kekasih. Dia meninggalkan Negeri Mesir, kampung halamannya, berkelana dari kota ke kota, di Negeri Arab dan Siria. Akhirnya dia bertemu dengan seorang Syekh yang sedang uzlah di sebuah goa. Dari pertemuan tersebut dia mendapat pejalaran berharga dan memantapkan hatinya untuk terus menuju Tuhannya.
Dia pergi lagi untuk mengembara dan akhirnya sampailah ke tepi pantai.
Di sana dia naik kapal beserta penumpang-penumpang lain. Selang beberapa lama kemudian, seorang saudagar yang menumpang kapal itu kehilangan permata miliknya, satu persatu penumpang digeledah. Akhirnya mereka menarik kesimpulan bahwa permata itu ada ditangan Dzunnun.
Berulang kali mereka menyiksanya, dan memperlakukan dirinya sedemikian hinanya. Karena beratnya siksaan, akhirnya dia tak tahan lagi dan berseru, Wahai Sang Pencipta, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Tahu?
Seketika itu juga beribu-ribu ekor ikan mendongakkan kepalanya ke permukaan air dan masing-masing membawa sebutir permata di mulutnya. Dzunnun kemudian mengambilnya sebutir, kemudian menyerahkannya kepada si saudagar.
Menyaksikan keajaiban ini semua orang yang berada di atas kapal berlutut dan meminta maaf. Sejak peristiwa inilah dia diberi julukan Dzunnun atau Manusia Ikan,
Waktu terus berlalu, Dzunnun telah mencapai tingkat kesempurnaan yang tinggi. Tetapi tak seorang pun menyadari hal ini. Orang-orang di Negeri Mesir bahkan sepakat mencap dirinya bid’ah dan melaporkan segala perbuatannya kepala Khalifah al Mutawakkil. Khalifah segera mengirim para perwiranya untuk membawa Dzunnun ke kota Baghdad.
Sesampainya di kota Baghdad, pasukan yang membawa Dzunnun berpapasan dengan seorang wanita tua dengan sebuah tongkat di tangannya dan menghampirinya sambil menatap dengan tajam pada Dzunnun, Jangan Engkau takuti jasad-jasad yang akan engkau hadapi, sebab mereka dan engkau adalah sama-sama hamba Allah Yang Maha Besar. Apabila Allah menghendaki, mereka tidak akan berbuat sesuatu terhadapmu.”
Rombongan terus melanjutkan perjalanan, kemudian berpapasan lagi dengan pemikul air. Dzunnun kemudian diberinya seteguk air yang menyegarkan. Kepada seorang temannya Dzunnun menyuruh agar memberikan sekeping uang dinar kepadanya.
Tetapi si pemikul air menolaknya dan berkata kepada Dzunnun: “Engkau adalah seorang yang terpenjara dan terbelenggu. Tidak sepantasnya apabila aku menerima sesuatu dari seseorang yang teraniaya seperti Engkau.”
Empat puluh hari lamanya Dzunnun mendekam dalam kurungan. Setiap hari ada seorang perempuan yang menaruh belas kasihan dengan mengantarkan sekerat roti yang telah dibelinya dengan upah dari pekerjaannya memintal benang, Namun roti yang dikirimkan setiap hari itu, sedikit pun tidak disentuhnya, karena menurutnya piring tempat roti itu tidak bersih karena telah dipegang oleh sipir penjara.
Begitu Dzunnun dibawa menghadap kepada Khalifah, dia harus menjawab tuduhan-tuduhan yang memberatkan dirinya sehingga Dzunnun diancam hukuman mati. Namun berkat kekeramatannya, dijelaskannya doktrin-doktrin sedemikian rupa sehingga Khalifah Mutawakkil menangis tersedu-sedu.
Akhirnya hukuman mati itu dicabut kembali karena kekeramatannya, setelah Khalifah dibuat berputar-putar di atas kursi singgasananya pada empat penjuru ruangan. Selanjutnya Khalifah menganugerahkan dengan kehormatan yang besar. Hal ini tidak sedikit pun menyentuh hati Dzunnun, karena jiwanya telah mabuk kepayang kepada Tuhan. Dia lebih senang bersemadi, hidup memendi di tempat sunyi, daripada hidup bergelimang harta di kota yang penuh maksiat. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)