Kisah Kyai Pamungkas

Kisah Nyata: RADEN PATAH, RAJA JAWA KETURUNAN CHINA

Kisah Nyata: RADEN PATAH, RAJA JAWA KETURUNAN CHINA

RADEN PATAH YANG BERNAMA ASLI JIN BUN, ADALAH KETURUNAN TIONGHOA YANG BERHASIL MENJADI RAJA PERTAMA KERAJAAN ISLAM DEMAK PADA ABAD KE-15. BAGAIMANA ASAL-USULNYA…?

 

Prabu Brawijaya gundah gulana menghadapi ulah isteri mudanya, Putri Campa. Sang putri, selain muda, juga cantik, sehingga membuat raja kerajaan Majapahit ini selalu merindukannya dan agak berpihak kepadanya daripada isteri-isterinya yang lain. Isteri tertua sang Prabu, Ni Endang Sasmitapura, asli Jawa, penurut dan tidak banyak ulah. Sementara salah seorang isterinya yang lain Putri Cina, selain kulitnya kuning, juga sama cantiknya dengan Putri Campa. Karena itulah Putri Campa cemburu. Dia tidak mau dimadu dengan Putri Cina. Akibat kedengkiannya itu, dia mendesak agar Prabu Brawijaya mengusir Putri Cina keluar dari istana.

 

Kecemburuan Putri Campa juga didasarkan pada kenyataan bahwa dirinya adalah seorang yang mandul, sementara Putri Cina sudah menunjukkan tanda-tanda kehamilannya. Namun yang membuat hati Prabu Brawijaya susah, dia takut dikatakan sebagai lelaki yang tidak bertanggungjawab.

 

Desakan isteri muda nan jelita itu terus berlangsung dengan sangat sengit, sehingga tidak munakin lagi untuk ditangguhkan.

 

Karena itulah, sang Prabu meminta tolong pada Patih Gajah Mada (gelar patih pada zaman itu, bukan Sang Mahapatih Gajah Mada di zaman Raja Hayam Wuruk-Red) untuk mengantarkan Putri Cina ke Gresik dan menghadiahkannya kepada Arya Damar, putra Wikramawardhana, Raja Majapahit yang menikah dengan putri keturunan Cina.

 

Kala itu, Arya Damar yang nama Cina-nya Swan Liong, sedang menunggu angin timur dalam perjalanan menuju ke Palembang. Hadiah Putri Cina itu diterimanya dengan senang hati. Oleh Arya Damar sang putri kemudian dibawa turut serta ke Palembang.

 

Kelak bayi yang dikandung Putri Cina tersebut lahir di Palembana dan diberi nama Jin Bun. Kelahiran Jin Bun diperkirakan pada tahun 1455 M.

 

Menurut Babad Tanah Jawi, Arya Damar memperoleh seorang putra dari Putri Cina tersebut, dan diberi nama Kin San. Dengan demikian Jin Bun mendapatkan saudara tiri, yang dalam kisah selanjutnya lebih populer dengan nama Raden Kin San (Kusen), sedang Jin Bun sendiri lebih populer dipanggil Raden Patah.

 

Setelah dewasa, keduanya tidak mau menggantikan kedudukan ayah mereka sebagai bupati Palembang, tetapi malah berlayar menuju Pulau Jawa. Pelayaran ini diperkirakan berlangsung pada tahun 1474. Tujuan pertama ke Pelabuahan Semarang, dan singgah di masjid peninggalan Laksamana Cheng Ho (Sam Po Kong) yang didirikan tahun 1416. Jin Bun meratap melihat patung Sam Po Kong di dalam masjid. Dia berdoa, mudah-mudahan kelak dia mampu mendirikan masjid yang tidak akan berubah menjadi kelenteng.

 

Perjalanan diteruskan ke Ngampel Denta, Surabaya. Di kota ini, Jin Bun dan saudara tirinya, Kin San, belajar kepada Sunan Ampel (konon wali ini juga keturunan Cina bernama Bong Swi Ho).

 

Raden Patah tetap tinggal di Ngampel Denta, kemudian dipungut sebagai menantu Oleh Sunan Ampel. Dia dikawinkan dengan Cucu perempuannya, anak sulung Nyi Maloka. Sedang Raden Kusen lebih senang pergi ke Majapahit dan mengabdi kepada Prabu Brawijaya, dan diangkat menjadi Bupati Terung.

 

Raden Patah, atas nasihat Sunan Ampel, Menetap di Glagah Wangi atau hutan Bintara, Demak. Di situ dia membuka hutan dan Mendirikan masjid. Raden Patah kemudian Menjadi ulama di Bintara, mengajarkan agama Islam kepada penduduk sekitarnya. Dia mengumpulkan pengikut-pengikut agama Slam yang fanatik. baik dari masyarakat Tionghoa maupun dari masyarakat Jawa.

 

Dalam waktu tiga tahun saja, dia telah berhasil mempunyai pengikut sebanyak 1.000 orang. Para pengikutnya, selain mendapat pelajaran agama Islam, juga mendapat pelajaran keprajuritan.

 

MASJID DEMAK

 

Sebagaimana tekadnya semula ketika melihat bekas Masjid Sam Po Kong di Semarang, dia berniat akan mendirikan masjid lebih besar di Demak. Masjid Demak berdiri sebelum kesultanan Demak berjaya. Wali Sanga bersama Raden Patah serta rakyat Demak dipercayai sebagai pendiri Masjid Demak.

 

Masjid ini berdiri tahun 1466 M berdasarkan simbol petir pada pintu tengahnya yang berbunyi Naga Mulut Salira Wani (1388 Saka). Berikutnya diperbaiki lagi pada 1475 M sebagaimana simbol kurakura pada tembok mihrab sisi barat (1401 Saka). Kemudian selesai sebagai masjid Jami’ pada 1 Dzulgaidah 1428 Saka atau 1506 M sebagaimana tertera pada kayu gerbang utama Mihrab Masjid Demak.

 

Peresmian terakhir pada masa Kesultanan Demak terjadi tahun 1507 M yang dihadiri Sultan Demak pada waktu itu.

 

Dari masjid inilah dakwah Islam disiarkan meluas kepada orang Jawa. Pola pengembangan umat mencontoh sejarah Nabi Muhammad SAW yang setelah hijrah ke Madinah lebih dulu mendirikan masjid. Begitu juga Kesultanan Demak, setelah mendirikan masjid sebagai sarana ibadah, dakwah, dan pendidikan, baru kemudian membentuk pemerintah yang diwujudkan di dalam pembangunan keraton dan alun-alun.

 

Konon, menurut cerita rakyat, ketika membangun empat tiang utama (sakaguru) bangunan masjid, bahannya kurang satu. Sunan Ampel mendapat bagian sakaguru tenggara, Sunan Bonang (barat laut), dan Sunan Gunung Jati (barat daya). Sunan Kalijaga berdoa kepada Allah SWT mengharap potongan kayu yang disusun dan diikat menjadi satu (saka tatal) menjadi kayu tiang utama yang kuat. Atas izin Allah, saka tatal itu akhirnya terpasang dengan kokoh.

 

Sementara itu, keberadaan alun-alun merupakan kelengkapan adanya keraton.

 

Di alun-alun itu, rakyat menghadiri gerebeg atau perayaan lainnya. Sementara prajurit menggunakan alun-alun untuk latihan perang atau tempat berkumpul ketika akan berangkat berperang.

 

MENAKLUKKAN MAJAPAHIT

 

Pada tahun 1477, menurut Kronik Tionghoz Raden Patah dan prajuritnya menyerbu kota Semarang. Seluruh kota diduduki, kecuali klenteng Sam Po Kong. Terhadap orang-orang Tionghoa yang non muslim, dia tidak mau mengambil tindakan kejam. Tidak terjadi penganiayaan terhadap mereka. Mereka semuanya dapat digunakan demi kepentinga yang masih harus dicapai. Apalagi, dalam bidang pembuatan kapal, orang-orang Tionghoa di Semarang pada masa itu sangat mahir. Kepandaian mereka diperlukan oleh Raden Patah untuk memperbesar industri perkapalan di kota Semarang, yang letaknya sangat strategis.

 

Dengan kapal-kapal buatan orang-orang Tionghoa di Semarang itu, Raden Patah berharap akan menguasai lalu lintas kapal di lautan Jawa. Itulah sebabnya orang-orang Tionghoa yang non muslim itu dibiarkan hidup. Syukurlah jika di antara mereka kelak ada yang memeluk agama Islam. Raden Patah mengharap simpati para penduduk di wilayah Demak dan Semarang untuk memperluas kekuasaannya di kemudian hari. Itu memang sikap yang bijaksana dari seorang pemimpin yang ketika itu baru berumur22 tahun.

 

Dalam Serat Kanda diceritakan, Demak memberontak kepada Majapahit. Senopati yang memimpin tentara Demak adalah Sunan Undung atau Sunan Kudus. Sunan Kalijaga menasehati Raden Patah agar tidak menggunakan kekerasan terhadap raja Majapahit, karena raja Majapahit tidak pernah menghalang-halangi penyebaran agama Islam. Serbuan tentara Demak berhasil. Prabu Brawijaya mengungsi ke Sengguruh dengan Patih Gajah Mada. Dalam serbuan yang kedua kalinya, Prabu Brawijaya melarikan diri ke Bali. Peristiwa itu terjadi pada tahun Saka Sirna Ilang Kertaning Bumi, yakni pada tahun 1400 Saka atau tahun 1478 Masehi.

 

Karena Majapahit takluk, segala pusaka dan segala harta milik kerajaan dirampas dan dibawa ke Demak. Salah satu rampasan itu yang sekarang masih ada adalah tiang-tiang penyangga Keraton Majapahit yang kini menjadi delapan tiang penyangga pendapa Masjid Demak. Setelah itu, berdirilah Kerajaan Islam Demak dengan Raden Patah sebagai sultannya.

 

Sejarah adanya kesultanan Demak dapat dibaca dalam serat-serat babad, seperti Serat Babad Tembayat (1985, jilid 3: 39-45), yang salah satu bagiannya menyebutkan: “Selesai persiapan semuanya, bangsal pangrawit dan pengapit Majapahit diusung ke Bintoro. Bangsal pengapit dipergunakan untuk serambi Masjid Demak. Bangsal pangrawit diletakkan di pagelaran Bintoro. Tak ubahnya bagaikan pagelaran Majapahit saja. Demikian pula, Adipati Natapraja memerintahkan untuk membawa masuk semua harta kekayaan Majapahit. Hendaknya digelar di alun-alun semua upacara kebesaran Prabu Brawijaya Majapahit. Tampak dari kejauhan pagelaran Bintoro bercahaya dan agung. Konon sang Adipati Natapraja pergi ke masjid Demak untuk menemuii para waliyullah yang sedang mengerjakan pemasangan serambi masjid.”

 

Mari kita baca juga Babad Jaka Tingkir (1971: 78): “Setiap peringatan Maulud Nabi diadakan pembacaan Riwayat Nabi, pembacaz singir (syair shalawatan) dengan lagu-lagu yang merdu silih-berganti. Seusai peringata dilanjutkan musyawarah antara Sultan Dem dan para wali agung, kemudian dilanjutkan tahlilan, akhirnya santap bersama. Keesokkan harinya diadakan upacara gerebegan, Sulta Demak berkenan mengadakan paseban di sitinggil Demak. Sultan duduk di singgas manikwungu menghadap ke utara, kiri-kan Sultan duduk para wali/wali pangrasa. Wali pawingking berada di masjid bersama para pandita. Para ulama, kukuma, abid, sulaka, pukaha berada di serambi masjid dan halar Perayaan sekaten pada bulan Maulid adalah proses pengislaman orang Jawa. Di halama masjid para wali menabuh gamelan dan rebana dengan tembang-tembang bercorak Islam. Rakyat datang dan masuk ke serambi yaitu persaksian seseorang percaya bahwa ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah.”

 

Dalam babad ini dilukiskan Sultan di menghadap ke utara. Hal ini sesuai dengan Jawa bahwa keraton dibangun dengan Ngungkuraken Paraden Ngajengaken Bi Agung (membelakangi gunung dan menghadap ke laut). Maknanya, raja menghindari gunung yang congkak dan keras kepala adigang, adigung, adiguna (merasa tinggi dan pandai). Dan lebih memperhatikan yang tidak membeda-bedakan, dan sopan santun. Raden Patah memerintah Kerajaan Demak hingga wafat ditahun 1512, kemudian dilanjutkan putranya Patih Unus. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Kisah Kyai Pamungkas: PATUNG DEWA KERA PEMBAWA BENCANA

Kyai Pamungkas

Kisah Mistis: JUAL SATE BULUS, DI PASAR SILUMAN (1)

Kyai Pamungkas

Panggonan Wingit: SENDANG MADE JOMBANG, PENINGGALAN AIRLANGGA

Kyai Pamungkas
error: Content is protected !!