Cerita Kisah Kyai Pamungkas

Kisah Mistis: TUMBAL GOA MAYAT

Kisah Mistis: TUMBAL GOA MAYAT

KISAH INI DIALAMI OLEH SEORANG SAHABAT PENULIS, SEBUT SAJA BERNAMA BUHARI. AYAHNYA YANG KAYA RAYA TERNYATA TELAH MATI SEBAGAI TUMBAL PESUGIHAN…

 

Ada sesuatu yang kurang semestinya menurut intuisi Buhari tentang keadaan dalam rumah ketika ayahnya dikatakan telah meninggal dunia. Salah satunya, dia merasakan hal yang tidak semestinya itu tampak ketika ia melihat Ibunya. Perempuan yang telah melahirkannya itu hanya menunduk, tanpa mengeluarkan air mata sedikitpun. Bukan lantaran sang Ibu tidak menangis atas kepergian Ayahnya, namun lantaran sang Ibu tiba-tiba berubah seperti seorang yang tidak normal. Ya, perempuan diambang kepala enam itu sepertinya banyak bengong, seolah tak tahu apa yang harus dilakukannya.

 

Keadaan yang tak lazim juga terjadi di beranda rumah. Orang-orang yang turut berkabung atas kematian ayahnya, semuanya nampak duduk seperti patung. Mereka juga sepertinya tak tahu apa yang harus dilakukan.

 

Memang pemandangan ini mengusik keheranan Buhori. Kematian ayahnya yang mendadak itu sepertinya tidak mendapatkan reaksi yang memadai. Tak ada haru biru tangisan, kecuali hanya dirinya yang sempat menitikkan ajr mata. Sedangkan yang lain, termasuk Ibu dan saudara-sudaranya menyambut kematian itu hanya dengan kesedihan yang tergambar lewat kebingungan mereka. Sikap mereka yang seperti ini, termasuk para tetangga yang datang, seolah-olah seperti tengah menunggu kereta api memasuki stasion pada jam tertentu, namun ternyata si kereta terlambat datang.

 

Di tengah situasi tanpa gerak seperti itu, ada lambaian tangan yang memanggil Buhari agar mendekat kepadanya. Dia adalah Amir, teman Buhari semasa kecil. Hanya Amir yang tetap tinggal di kota kecil tempat kelahiran mereka dan menjadi buruh pabrik serta telah mempunyai dua anak. Sedangkan Buhori punya kesempatan kuliah di Yogya, karena keuangan ayahnya memang agak lumayan. Bahkan, dia kini bekerja dan tinggal di Jakarta.

 

Setelah Buhari mendekat dan tersenyum dipaksakan, Amir berbisik ke telinganya, “Kau tahu seluruhnya tentang ayahmu?”

 

Buhari tidak menjawab, ia hanya menatap dengan pandangan kosong seperti hendak bertanya.

 

“Coba kau lihat itu!” Tambah Amir sambil memberi isyarat agar Buhari melihat kembali ke arah jenzah ayahnya.

 

Dari luar pintu rumah, Amir melayangkan mata ke jenazah ayahnya yang telah dikafani. Tetapi ada sedikit kelainan, pada pinggang jenazah itu dilingkari selembar kain hitam, selebar tapak tangan. Apakah memang disengaja, ataukah memang setelah dibungkus kekurangan kain putih untuk pengikat bagian itu? Buhari tak tahu pasti.

 

“Kalau kau melihat jenazah dari atas, engkat akan mendapatkan pengetahuan yang tak akan terlupakan, Sobat!” Ujar Amir sambil melayangkan matanya kepada yang hadir, seperti takut kata-katanya didengar orang lain selain sahabatnya, Buhari.

 

“Kau pasti tidak mengetahui, dari mana biaya kuliahmu yang demikian banyak itu, serta harta kekayaan ayahmu yang melimpah ini, bukan?” Sambung Amir setengah berbisik.

 

Ucapan Amir yang sederhana itu telah menarik perhatian Buhari. Dari balik perkataan itu dia seperti menarik ujung selembar benang yang tersembul dari permukaan lumpur. Buhari menebak bahwa di bawah lumpur sana ada rahasia hidup yang lebih rumit lagi Dia teringat bagaimana sikap Ibunya selama ini, yang sepertinya sengaja menyembunyikan apa yang terjadi terhadap diri ayahnya. Misalnya saja, sang ibu yang merahasiakan sakit ayahnya.

 

“Ketika ayah mulai sakit, mengapa Ibu tidak mengirimi aku kabar?” Buhari bertanya pelan kepada ibunya. Sang ibu hanya menoleh pelan, dan memandangnya sebentar. Tapi tidak sedikit pun menjawab pertanyaan anaknya. Buhari pun akhirnya terdiam membisu dengan perasaan yang terus berkecamuk, terutama bila dirinya teringat apa yang dikatakan oleh Amir, sahabatnya.

 

Setelah lewat pukul 2 siang, jenazah pun mulai ditandu. Anehnya, barisan orang-orang yang mengiringkan jenazah itu terlihat begitu kaku, Seakan mengantarkan seperangkat kursi atau lemari yang akan dipindahkan ke rumah yang lain.

 

“Tunggu… tunggu sebentar!” Tiba-tiba saja Buhari berteriak. Aneh sekali, yang terlihat oleh matanya, di dalam kain kafan itu bukan mayat ayahnya, tetapi batang pohon pisang yang telah dipotong sedemikian rupa, yang bentuknya hampir seperti jenazah.

 

Setelah para pengusung jenazah itu berhenti, Buhari langsung menarik keranda mayat. Bahkan, tanpa banyak bicara dia langsung membacok bungkusan yang ada di dalamnya, seperti orang kerasukan. Seketika itu, kulit-kulit pelepah pohon bertaburan ke luar dari kain pembungkusnya.

 

Melihat keadaan sedemikian, sebagian dari orang yang mengiringkan jenazah merasa sangat terkejut dan langsung mengambil langkah seribu. Sebagian lainnya tetap tenangtenang saja, karena telah mengerti duduk persoalan yang sebenarnya. Mereka adalah orang-orang yang sempat menyaksikan pemandangan ganjil pada malam kematian ayah Buhari. Ketika itu, mereka tanpa sengaja melihat empat orang berpakaian hitam berdiri di depan rumah, sambil membawa sebuah tandu. Keempatnya tidak ada yang mengeluarkan suara.

 

Melihat kedatangan orang-orang asing itu, Ibu Buhari yang memang telah menerima pesar dari suaminya tentang kejadian yang demikian, menyerahkan jenazah ayah Nata kepada yang menjemputnya. Kejadian sempat disaksikan oleh bilal Musholla yang rumahnya berdekatan. Saat itu bilal kebetulan beribadah malam hari dan melihatnya lewat bingkai jendela.

 

Di saat Buhari kalap dan kelelahan menghancurkan jenazah palsu itu, bilal Mushola yang menjadi saksi mata atas peristiwa yang sebenarnya, berkata kepadanya dengan setengah berbisik, “Bawalah ini jika kau bermaksud membawa ayahmu pulang!”

 

Sambil berkata demikian si bilai memberikan sebuah sabuk yang kelihatannya ada simpulsimpul di dalamnya. Dengan heran, Buhari mengambil sabuk itu dan perlahan-lahan melingkarkan ke pinggangnya.

 

Melihat kejadian ini, Amir juga ikut mendekati Buhari. “Aku akan menemanimu kalau kau bersedia. Aku juga ingin mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi, karena ini merupakan pengetahuan yang masih langka, katanya.

 

Setelah kejadian menjelang penguburan ini, Buhari mendesak Ibunya agar memberitahukan ke mana arah penandu jenazah ayahnya itu pergi. Dengan tangis yang teramat perih, sang Ibu akhirnya dengan gemetar menunjuk ke arah perbukitan yang tersembul kabur di balik awan tipis kaki pegunungan.

 

“Amir, kau yang memulai semua ini. Aku berterima kasih padamu, dan kuharap kita bisa pergi bersama,” kata Buhari dengan sudut mata basah. Mereka akhirnya sepakat mendatangi bukit itu.

 

Sebelum mereka pergi, Ibu Nata membawakan bekal berupa bungkusan nasi beserta laun pauknya, dan sebotol air bening untuk di jalan.

 

“Sabar engkau Sartinah. Jika niat anakmu tulus dan ikhlas, semuanya akan selesai menurut jalan Allah SWT, ujar bilal Mushollah kepada ibu Nata.

 

Singkat cerita, Buhari dan Amir mendatangi bukit Itu. Setelah sekian lama berjalan, langkah keduanya tiba-tiba terhenti. Di aepan mereka tampak sebuah lubang kecil berbentuk lingkaran di kelilingi tanah kering, Setelah diperhatikan dengan seksama, ternyata lubang tersebut adalah mulut sebuah goa. Bisikan gaib seakan memerintahkan mereka agar segera masuk ke dalam goa yang mengeluarkan bau anyir itu.

 

Buhari membuka sabuk pemberian bilal musholla yang melilit di pinggangnya sebagai pengganti tali. Kemudian salah satu dari ujung sabuk itu dia pegangi, sedang Amir memegang ujung yang lain. Keduanya lalu mulai merayap memasuki mulut goa.

 

Goa yang penuh misteri itu ternyata sangat dalam dan terjal. Namun mereka terus melangkahkan kaki, walaupun sudah begitu jauh meninggalkan mulut goa. Di dalam rongga dinding goa yang tak dapat diperkirakan berapa luasnya itu, terdengar hiruk-pikuk seperti keadaan dalam sebuah penambangan pasir. Tetapi ucapan yang sangat ramai tersebut sangat tidak terang maksudnya.

 

Setelah berjalan cukup lama, akhirnya mereka menemukan sebuah guci besar setinggi pinggang manusia, yang terletak di atas tiga batu seolah tungku. Tampaknya, hal itu telah dipersiapkan untuk menyalakan api di bawah guci besar yang baunya sangat amis. Seperti bau kulit hewan belum kering dijemur. Di luar dinding guci, banyak bekas cairan kental meleleh, seperti tetesan darah.

 

“Cepat Buhari, periksa guci itu!” Seru Amir.

 

Dengan terengah-engah Buhari melongokkan kepalanya ke dalam guci dan meraba bagian dalamnya. Dia sangat terkejut ketika tangannya menyentuh sejumput rambut. yang terasa mirip rambut kepala ayahnya. Karena di bagian tengahnya agak botak.

 

“Ini pasti ayahku, pikir Buhari. Dia berusaha menariknya. Namun, tubuh di dalam guci tampaknya tidak mungkin bisa dikeluarkan karena sudah sangat kaku. Kecuali bila dipotong-potong, baru dapat dikeluarkan.

 

Mendapatkan keadaan ini, Buhari dan Amir lalu membaca Alfatihah berkali-kali. Bahkan, Buhari membacakannya di dalam mulut guci besar itu.

 

Tidak lama kemudian, tubuh yang tadinya sangat keras seperti kayu itu, perlahan-lahan menjadi lemas. Buhari langsung membetot dan menyambutnya dengan kain sarung yang tersandang di bahunya. Perasaan menjadi ringan, jalan pun terasa lebih mudah ketika mereka membopong tubuh tak bernyawa itu sampai ke rumah.

 

Ya, jasad ayah Buhori akhirnya dapat dibebaskan. Para makhluk alam kegelapan yang menghuni goa mayat telah gagal menjadikan jasad tersebut sebagai hidangan mereka. Semua ini terjadi karena doa anak yang sholeh dikabulkan Tuhan (karena satu dan lain hal, lokasi persis goa mayat sengaja dirahasiakan). Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Kisah Kyai Pamungkas: Misteri Apartemen Cikokol

Kyai Pamungkas

Panggonan Wingit: MASA LALU GELAP ALAS PKI, PATI

Kyai Pamungkas

Kisah Mistis: POCONG PEMAKAN JEROAN TERNAK DI INDRAMAYU

Kyai Pamungkas
error: Content is protected !!