Kisah Kyai Pamungkas

Kisah Kyai Pamungkas: PESUGIHAN ULAT KECUBUNG

Danau kecil yang banyak ditumbuhi pohon kecubung itu sudah sering kali meminta korban orang yang tertutup iman dan hatinya. Mereka hidup senang tanpa usaha, semuanya bisa dibeli dengan harta kekayaannya. Namun bila Tuhan telah berkehendak, semuanya akan berakhir dengan taruhan yang teramat mahal. Hal inilah yang terjadi pada keluarga Reynold dan Martha, sebut saja begitu. Mereka harus Menyusul ketiga anaknya yang tak berdosa, yang telah dijadikan tumbal oleh kedua orang tuanya dengan mengerikan.

Pada pertengahan tahun 1999, Seno saat itu adalah seorang sopir tembak angkutan kota. Atas kebaikan seorang rekannya 3 dimasukkan menjadi sopir pribadi pada keluarga kaya tuan Reynold dan istrinya menggantikan dirinya yang sudah mulai sakit sakitan. Kedua tuan barunya itu nampak sangat baik pada Seno juga pada pembantu-pembantu yang ada di rumah besar itu.

Apalagi menyangkut masalah uang, majikannya seperti tak perhitungan. Bahkan terakhir ia dibelikan motor baru sebagai sarana transportasi dirinya. Awalnya hanya dipinjamkan pada Seno, namun setelah setahun akhirnya motor itu diberikan begitu saja. Kata majikannya agar Seno bisa betah dan tepat waktu sampai di tempat kerja. Begitu juga bila keluarganya sakit, ia tak perlu repot-repot mengeluarkan uang untuk berobat, tapi cukup berobat gratis di sebuah rumah sakit yang mayoritas sahamnya dimiliki keluarga Reynold.
“Seno, bapak mau ke luar negeri selama seminggu beserta nyonya. Kau kutugaskan tetap masuk untuk menjaga rumah dan merawat mobil. Selama seminggu kau tak usah pulang, ajak saja keluargamu menginap di sini,” pinta sang majikan pada Seno.

Tanpa berpikir panjang Seno segera mengatakan sanggup. Apalah artinya tak pulang seminggu dibandingkan kebaikan tuannya itu selama ini, pikirnya.

Jam satu dinihari, Seno masih asyik menyaksikan pertandingan sepak bola di layar TV, sedangkan ketiga pembantu perempuan sudah tertidur pulas. Sudah dua hari majikannya diluar negeri. Kini seolah ia yang menjadi tuan di rumah besar dan mewah itu. Seno membayangkan bila ia menjadi tuan Reynold dengan berlimpah harta dan istri yang cantik, pikiran Seno akhirnya menjurus pada yang bukan-bukan.

Tapi lamunannya terganggu ketika mendengar lolongan anjing peliharaan tetangga sebelah. Anjing itu melolong sedemikian rupa hingga membuat heran dirinya. “Kenapa anjing itu tak menggongong seperti biasanya. Mengapa malah melolong menakutkan,” batin Seno seraya bangkit untuk mengambil remot AC. “ Baru dua langkah kakinya berjalan, diantara lolongan anjing peliharaan tetangganya itu, sayup-sayup terdengar suara kecil seperti timbul tenggelam. “Ah, mungkin karena mengantuk,” keluhnya. Seno segera melanjutkan langkah kakinya. Tapi lagi-lagi langkahnya terhenti. Kali ini ia dikagetkan dentuman keras seperti bom. la segera berlari ke luar rumah, dan dilihatnya lantai 2 rumah tetangganya dikobari api.

“Kebakaran! kebakaran!” Spontan Seno berteriak keras.

la segera berlari mencari tabung pemadam yang pernah dilihatnya di gudang bawah tanah tuan Reynold. Ia berpikir takut apinya menjalar ke rumah tuannya. Seno segera berlari menuruni tangga sempit di samping rumah yang setahunya merupakan gudang namun jarang dibuka.

Karena suasana gelap ia segera menyambar senter. Setelah pintu di buka, Seno blingsatan karena tak menemukan tabung yamato itu. Namun ia melihat pintu kecil di pojok gudang. Segera ia membuka pintu itu namun terkunci. Seno mencari-cari pembuka kunci, tapi tak ditemukannya.

Sesaat ia melihat tombol kecil merah yang ia yakin itu tombol rahasia, sebab pembantu pernah mengatakannya namun tidak boleh dibuka. Seno nekat menekan tombol itu, ia yakin tuan Reynold menaruh tabung Yamato itu di sana.

Begitu pintu kecil terbuka, aroma panas dan amis segera menyungkup. Seno tersurut sejenak namun kemudian nekat masuk. Gelap, ia hanya melihat dengan bantuan sinar senter. Seno kaget dan hampir berteriak ketika senternya membentur tiga benda aneh bergerak-gerak sebesar guling berwarna coklat kehijauan. Matanya mendelik dan jantungnya serasa berhenti. Ia melihat tiga mahkluk seperti sejenis kepompong berbulu kasar berlendir menjijikan.

Entah punya kekuatan dari mana, Seno mendekati benda itu yang senantiasa bergerak. Begitu dekat, tak urung matanya berkaca-kaca. Kepompong ulat itu berwajah 2 mungil namun sangat menderita. Wajah tak berdosa itu menangis dan merintih, “Astaghfirullah, MasyaAllah,” gumannya.

Walaupun menakutkan, namun rasa kemanusiaan Seno mendorongnya membelai wajah mungil yang terbalut dengan kepompong berlendir dan berbau amis itu. Tak kuasa menahan haru, Seno pun menangis, sementara di luar terdengar para pembantu memanggil namanya.

Takut aksinya diketahui orang lain, ia segera keluar dari tempat itu dengan menekan tombol merah kembali untuk menghilangkan jejak. Sesampainya di atas, Seno pura-pura ikut sibuk dan tak lama kemudian mobil pemadam tiba.

Setelah api dapat dipadamkan, Seno duduk di belakang rumah. Ia tak memperdulikan banyak orang di sekitar rumah melihat kebakaran dengan hiruk pikuk. Seno duduk menggelosoh dengan berbagai perasaan.

“Tuan, saya mohon maaf, besok saya mau berhenti kerja, saya harus kembali pulang ke Lampung,” kata Seno tak lama setelah majikannya datang dari luar negeri.

Tuan Reynold nampak kaget, namun alasan yang dibuat Seno membuat tuan Reynold pun meluluskannya. “Baiklah kalau itu permintaanmu, tapi tolong kau carikan penggantinya secepat mungkin. Kalau tak ada sopir, siapa yang akan mengurus mobil mobil ini,” pinta sang majikan.

Tak lama kemudian tuan Reynold bangkit masuk rumah, tapi kemudian keluar lagi dengan membawa segepok uang. “Ini sebagai pesangonmu. Motor itu, sudah sah menjadi milikmu sebagai kenang-kenangan dariku. Kalau kau butuh kerja lagi, kemarilah. Terima kasih atas segala jasamu selama ini, tambahnya lagi.

Seno pulang ke rumah dengan mengendarai sepeda motor pemberian mantan majikannya itu dengan berbagai perasaan. Namun ia tak segera menuju rumah, motornya ia belokkan ke sebuah jembatan besar. Tanpa disangka, Seno mendorong motor itu ke sungai dan menebar uang sepuluh juta ke sungai itu pula. Setelah itu ia pulang dengan jalan kaki.

Seno melangkah lebar-lebar menuji rumah sederhana di pemukiman padat penduduk untuk menemui Rahmat kawannya. Dengan raut muka marah, Seno mengetuk pintu agak keras. Setelah dibuka nampak yang dicarinya terbaring lemah di tempat tidur. Melihat keadaan itu, emosinya yang tadi sempat memuncak perlahan turun.

Rahmat, yang dulu memasukannya kerja ke rumah tuan Reynold kini terbaring sakit. “Mat, kedatanganku kemari sesungguhnya mau marah dan menghajarmu. Tapi aku tak tahu, apakah tindakanku benar. Aku merasa kau jerumuskan di rumah laknat itu,” kata Seno dengan nada agak tinggi.

Dengan lemah dan meneteskan air mata, Rahmat memegang tangan Seno, dan Seno menceritakan apa yang ia ketahui tentang tuan Reynold. Sebab ia yakin sejak dulu Rahmat sudah mengetahur hal itu namun tak menceritakan padanya.

“Tidak Sen, aku tak bermaksud menjerumuskanmu. Maafkan aku bila tak pernah cerita padamu tentang tuan Reynold. Sebab aku juga belum membuktikan sendiri. Selain itu aku ingin menolongmu. Sebab katanya kau butuh kerja waktu itu. Aku hanya dapat cerita dari Manto, sopir pertama tuan Reynold. Tapi aku tak mempercayainya begitu saja. Takut fitnah,” kata Rahmat pelan.

Rahmat akhirnya bercerita panjang lebar tentang keluarga itu. Menurut Manto, supir tuan Reynold sebelum Rahmat, sesungguhnya anak pasangan tuan Reynold itu ada empat orang, namun semuanya mati saat masih balita. Hanya seorang saja yang akhirnya mati pula walau sudah dewasa. Konon hal itu dikarenakan mereka dijadikan tumbal kedua orang tuanya.

Manto mengetahui hal itu karena dirinyalah yang mengantar keluarga itu ke puncak bukit berhutan lebat untuk mengadakan ritual pesugihan dengan siluman yang bernama Ulat Kecubung. Setelah kematian anaknya yang terakhir itulah Manto menjadi takut dijadikan tumbal berikutnya.
“Tuan Reynold dan istrinya juga punya kelainan di sekitar pantatnya, yakni berwarna hitam dan berbulu mirip ulat,” tambah Rahmat lagi.

Seno kini baru sadar, sahabatnya ini tak sejahat dugaannya. la kini yang meminta maaf dan berterima kasih pada Rahmat. Sebulan kemudian, Seno diam-diam mendatangi rumah tuan Reynold mantan majikannya. Namun rumah itu tak diketemukan selain tumpukan besar arang seperti gunung.

Menurut cerita orang-orang sekitar, rumah itu tersambar petir dan menghanguskan seluruh penghuninya. Ada yang bilang karena korsleting listrik. Jenazah tuan Reynold dan istrinya ditemukan hangus telanjang bulat namun masih bisa dikenali. Begitu juga dengan ketiga pembantunya, ditemukan terpanggang di lantai atas, tewas mengenaskan. @kyaipamungkas

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Kisah Kyai Pamungkas: BATU MENANGIS WONOSOBO

Kyai Pamungkas

Kisah Kyai Pamungkas: Istri Korban Santet

Kyai Pamungkas

Kisah Kyai Pamungkas: Misteri Sungai Ciputri dan Goa Bojong

Kyai Pamungkas
error: Content is protected !!