Kisah Mistis: TEROR ARWAH PACAR SEPUPU
Teror itu benar-benar membuatku nyaris putus asa. Setiap malam warungku digedor-gedor. Beberapa pelanggan warungku mulai enggan datang. Mereka ketakutan karena arwah penasaran mantan pacar ponakanku itu sering maujud dengan wajah yang sangat menyeramkan…
Sebenarnya tidak setuju ketika keponakanku Ingga, sebut saja begitu, menolak keinginan Rudy untuk menemui bapakku. Tetapi aku juga tidak bisa memaksanya. Alasan Ingga cukup masuk akal dan andai aku pada posisinya, mungkin juga akan mengambil sikap yang sama. Awalnya Ingga sudah bertunangan dengan Dani, bukan nama sebenarnya. Mereka tampak serasi dan keluarga masing-masing juga sudah setuju. Hal itu aku ketahui karena Ingga sudah tidak punya ayah sehingga segala sesuatunya menyangkut pertunangan, pasti bapakku yang mengurus, termasuk saat lamaran hingga tunangan. Namun ketika rencana perkawinan mereka tinggal hitungan hari, terjadi peristiwa yang sungguh sangat menyakitkan. Bukan saja bagi ingga, namun juga bagi kami sebagai keluarga besarnya.
Bagaimana tidak! Ingga memergoki Dani tengah berbuat mesum dengan perempuan lain. Bukannya meminta maaf atau menyesali perbuatannya, Dani justru marah karena Ingga datang ke rumahnya tanpa memberi kabar terlebih dahulu.
“Andai kamu memberitahu terlebih dahulu mau datang ke rumahku, pastilah tidak akan terjadi seperti ini,” kecam Dani.
“Jadi aku yang salah karena memergoki perbuatan hinamu itu?” Sergah Ingga.
“Bukan begitu. Tetapi kamu sengaja memata-mataiku!”
“Memata-matai? Apa aku salah datang ke rumah calon suamiku sendiri?” ujar Ingga mulai terisak.
Ingga langsung pulang dengan hati hancur. Jiwanya sangat terpukul. Namun ia bersyukur datang tepat pada waktunya. Andai ia tahu siapa Dani sesungguhnya setelah mereka menikah, hatinya pasti akan lebih hancur. Sejak itu Ingga lebih suka mengurung diri. Terlebih setelah pertunangannya dengan Dani dibatalkan. Seluruh barang yang yang pernah diberikan Dani dan keluarganya dikembali tanpa sisa. Ingga benar-benar tidak ingin mengingat peristiwa itu.
Sampai beberapa tahun kemudian Ingga mulai bisa membuka diri pada laki-laki lain. Parasnya yang cantik membuat Ingga tidak kesulitan mendapatkan pacar yang tampan. Kali ini Ingga menerima uluran cinta Rudi yang telah mencoba mendekati selama tiga bulan. Meski dicueki, namun cowok itu tidak. peduli. Setiap ada kesempatan, terutama ketika liburan kantor, dia bekerja di sebuah bank swasta, Rudi pasti akan bertandang ke rumah Ingga. Ibunya, yang juga bibiku, sepertinya tidak keberatan dengan Rudi. Orangnya baik, sopan dan penuh perhatian. Bahkan kelihatannya bibi mendorong agar Ingga mau menerima Rudi.
Haranan bibi terkabul ketika Ingga perlahan membuka diri dan akhirnya benar-benar mau menerima cinta Rudi. Kedua sejoli itu dalam sekejap menjadi sepasang kekasih yang sangat mesra. Kemana-mana selalu berdua. Rudi sering mengajak Ingga jalan-jalan, membelikan baju bagus dan juga kebutuhan lainnya. Tentu saja kami tidak curiga dari mana duit yang dipakai Rudi untuk membeli barang-barang itu. Sebagai pegawai bank, tentu gaji Rudi sangat besar untuk ukuran kami.
Hingga pada akhirnya Rudi mengutarakan niatnya untuk melamar Ingga. Rudi ingin mengingat Ingga sebagai tunangannya. Tentu bibi sangat senang. Namun tidak demikian halnya dengan Ingga.
“Sabar dulu. Aku belum siap,” jawab Ingga ketika Rudi memintanya untuk kesekian kalinya.
Ingga tidak ingin mereka bertunangan, tetapi langsung menikah. Aku tahu mengapa Ingga memilih langsung menikah. Sebelum bertunangan dengan Dani, Ingga juga pernah bertunangan dengan cowok mantan teman sekolahnya. Namun pertunangan itu tidak berlangsung lama karena cowoknya harus menikahi gadis lain yang sudah dihamilinya. Dua kali gagal bertunangan dengan kasus yang hampir sama membuat Ingga antipati. Dia tidak ingin bertunangan lagi karena hatinya tidak akan kuat jika sampai dua kejadian itu terulang kembali. Ibarat luka yang belum sembuh, dia tidak ingin ada luka baru di atas luka itu. Sekuat apapun hatinya, pada akhirnya akan hancur juga jika dilukai secara bertubi-tubi.
Sementara Rudi tidak bisa langsung menikahi Ingga karena masih terikat kontrak dengan bank tempat bekerja. Sebelum menandatangani kontrak kerja, Rudi menandatangani perjanjian dengan pihak bank untuk tidak menikah selama masih dalam masa training. Masa ikatan dinas seperti itu sebenarnya hal yang lumrah. Kantornya pasti ingin merekrut tenaga baru yang masih belum memilikmi tanggungan, belum terikat dalam sebuah keluarga sehingga tidak kesulitan ketika suatu saat dipindah ke cabang lain, atau ada tugas Keluar kota yang membutuhkan waktu hingga berhari-hari. Hal lain yang tak kalah prinsip, tentunya mereka ingin karyawan barunya fokus pada pekerjaan, bukan pada rumah tangganya. Kami tahu hal itu belakangan hari setelah semuanya terkuak.
Namun penolakan Ingga membuat Rudi kesal. Dia ingin menemui bapakku. Rudi tahu, keputusan akhir ada pada bapakku karena Ingga sudah tidak memiliki ayah sehingga otomatis ayahku yang akan menjadi wali nikahnya. Terlebih bibi juga menyerahkan semuanya pada bapakku. Itu sebabnya Rudi ingin sekali bertemu dengan bapakku. Tapi Ingga tetap keukeuh tidak mau menunjukkan rumahku. Rudi bukan asli kampung kami sehingga dia pun tidak tahu alamat rumahku. Setiap kali Rudi datang dan mengajak berkunjung ke bapakku, Ingga akan langsung menolaknya.
Rudi pun semakin kesal. Dia menuduh Ingga tidak benar-benar mencintainya.
“Kamu punya pacra lain ya?!” tanya Rudi setengah menuduh.
“Tidak!” jawab Ingga.
“Mengapa kamu tidak mau kita bertunangan?” serang Rudi.
“Karena aku belum mau terikat. Aku mau kelak kita langsung menikah, bukan bertunangan.”
“Tapi aku takut kamu berpaling pada yang lain sebelum kita benarbenar menikah. Itu sebabnya aku ingin mengikatmu terlebih dahulu sambil menunggu saat yang tepat untuk menikah,” kata Rudi.
Namun ingga tetap menolak. Ia takut kejadian lalu terulang kembali. Namun semakin keras Ingga menolak, semakin keras pula Rudi menginginkannya. Hingga suatu hati, tepatnya tanggal 15 Desember 2014 lalu, dalam kondisi marah karena Ingga tetap tidak mau mengantar ke rumah bapakku untuk menyampaikan lamarannya, Rudi pulang dan melarikan motornya dalam kecepatan tinggi. Dan esok harinya kami mendapat Kabar yang sangat mengejutkan. Rudi mengalami kecelakaan di daerah Sungapan, Soreang yang memang terkenal angker itu. Rudi meninggal seketika di tempat kejadian.
“Sudah, iklaskan dia, Ing. Doakan semoga jalannya lapang dan arwahnya diterima di sisiNya,” ujarku sambil memeluk Ingga yang tampak sangat shock menerima kenyataan pahit itu.
“Andai kami sudah bertunangan, aku pasti tidak akan kuat menerima Kenyataan ini,” isak Ingga.
“Kita tidak pernah tahu rencana Tuhan. Tetapi yakinlah, itu yang terbaik bagi kamu,” tegasku.
Namun apa yang terjadi kemudian sungguh membuat kami tersiksa. Awalnya, arwah Rudi sering mendatangi rumah Ingga. Di tengah malam, arwah Rudi datang. Hal itu diketahui karena tiba-tiba saja pintu rumah Ingga digedor-gedor. Tentu saja mereka tidak bernai membuka pintu karena bibiku hanya tinggal bersama Ingga dan adiknya yang baru beranjak remaja. Esoknya, bibi akan menjumpai ceceran darah di depan pintu. Pernah suatu ketika tanpa sengaja bibi memergoki sosok yang sangat menyeramkan tengah berada di dalam rumahnya. Wajahnya hancur. Tubuhnya berlumuran darah. Esoknya, darah almarhum Rudi berceceran di mana-mana. Bukan hanya teror di rumah saja yang membuat bibi, Ingga dan adiknya resah.
Setiap kali Ingga hendak bepergian, ada saja masalah. Bahkan berulangkali Ingga hendak ditabrak kendaraan padahal saat itu dia sugah berjalan di pinggir. Puncaknya terjadi ketika Ingga menyeberang di jalanan yang sepi. Karena tidak ada kendaraan, Ingga langsung menyeberang. Entah dari mana datangnya, tiba-tiba ada motor meluncur deras dan nyaris menabrak Ingga. Beruntung Ingga sempat menghindar. Dia jatuh berguling-guling di pinggir jalan. Badannya lecet semua.
Akhirnya bibi menceritakan semua kejadian itu ke bapakku. Awalnya bapakku sangat terkejut. Namun setelah mendapat penjelasan secara detail, akhirnya bapakku | menyimpulkan arwah Rudi sengaja meneror keluarga Ingga karena masih penasaran.
“Rupanya arwah Rudi masih penasaran. Belum mau melepas Ingga. Dia ingin mengajak Ingga ke alamnya,” cetus Bapak. Karuan saja Ingga dan juga bibi ketakutan luar biasa. Mereka meminta agar bapakku melakukan sesuatu untuk mengusir arwah Rudi.
“Supaya tenang, arwahnya harus diruwat. Si mati harus dibebaskan dari persoalan dunia supaya tenang di alamnya. Itu sebabnya hutang si mati harus dilunasi, tanggungan si mati harus diambil-alih oleh yang masih hidup. Tapi karena kita tidak tahu keluarga Rudi, yang bisa kita lakukan hanya memagari rumah ini agar arwah Rudi tidak datang lagi,” kata Bapak.
“Terserah bagaimana caranya,” jawab Bibi,
Bapakku kemudian melakukan ritual pernagaran rumah bibi agar tidak diganggu arwah Rudi. Awalnya Bapak sholat hajat dan wiridan selama semalam suntuk. Setelah Itu bapak beberapa kali melakukan tojo (semacam komunikasi gaib) dengan arwah Rudi. Aku kurang paham apalagi yang dilakukan bapak. Tetapi aku bisa merasakan ritual yang dijalani bapak cukup berat. Bapak juga membeli beberapa uborampe sebagai syarat ritual.
“Taburi ke sekeliling rumah,” kata bapak sambil memberikan bubuk besi dan garam kepada bibi. Barang-barang itu sebelumnya juga sudah diritualkan oleh bapak.
Alhamdulillah semua berjalan lancar. Atasizin Allah SWT, arwah Rudi tidak datang untuk mengganggu Ingga dan keluarganya. Tentu saja aku ikut senang. Bahkan aku terus member semangat kepada Ingga agar jangan putus asa
“Dunia masih luas. Jangan pikiri Rudi terus. Move on,” kataku.
Ingga mau menerim asaranku. Dia mulai bangkit kembali. Namun persoalan justru terjadi di warungku.Entah bagaimana awalnya, mulai ada bisik-bisik yang mengatakan kalau di depan warungku sering ada penampakan hantu yang sangat menyeramkan. Tentu saja aku tidak percaya. Meski di pinggiran kota, namun warungku berada di daerah wisata sehingga cukup ramai, terutama pada hari-hari libur.
“Kemarin malam saya lewat sini. Tadinya mau ngopi di warung Teteh.
Eh, saya ada orang nongkrong di depan warung. Ketika saya tegur, dia menoleh tanpa mengeluarkan suara. Wajahnya hancur. Darah masih menetes dari lubang matanya,” cetus Iwan, salah satu pelanggan warungku.
Hawa dingin di daerah kami membuat banyak orang nongkrong di warungku sekedar untuk ngopi atau makan mie rebus. Kadang ada juga yang pesan jagung bakar. Setiap hari, dari pagi sampai malam, warungku selalu ramai dikunjungi pembeli baik para tetangga maupun wisatawan yang sengaja datang malam hari untuk menikmati panorama alam seperti kawah cibuni. Terlebih ketika hari libur nasional. Banyak sekali wisatawan datang karena selain kawah, di tempatku juga banyak tempat wisata lainnya termasuk bumi perkemahan Ranca Upas, Situ Patenggang dan juga kolam renang air panas Walini. Aku pun mulai penasaran dengan ceritacerita beredar. Aku ingin tahu seperti apa wujudnya meski jujur saja aku juga ketakutan.
Hingga pada suatu malam, ketika aku menutup warung agak sore, suamiku mendengar pintu warung digedor-gedor. Suamiku mengira ada orang mau beli sesuatu. Meski agak malas-malasan, suamiku akhirnya bangun dan membuka pintu. Alangkah jengkelnya suamiku karena di depan warung tidak ada siapasiapa. Sialan, cuma orang iseng saja, keluh suamiku sambil menutup pintu. Namun belum samapi ke kamar, kembali terdengar gedoran di pintu. Dengan marah suamiku balik ke dan langsung membuka pintu.
Astaga…! Suamiku langsung memekik histeris melihat sesosok yang berdiri di depan pintu. Sosok itu sangat menakutkan. Wajahnya hancur. Darah masih menetes dari hidung dan matanya yang rusak. Tubuhnya juga penuh darah. Suamiku langsung membanting pintu dan menguncinya.
“Hantu… hantu… ada hantu di luar!” teriak suamiku begitu masuk ke kamar aku dibuat bingung. Namun aku juga tidak perani keluar. Alhasil, sejak itu setiap aku dan suamiku selalu diteror oleh hantu yang menyeramkan itu. Kami dirundung ketakutan yang luar biasa. Bahkan suamiku ridak berani ke belakang sendiri untuk buang air kecil. Warungku pun menjadi sepi pelanggan. Apalagi aku memang sering menutup warung lebih sore meski sedang ramai wisatawan.
Akhirnya aku ceritakan kejadian itu kepada bapak.Tidak lama bapak datang dan mulai melakukan ritual. Dari hasil tojo yang dilakukan, bapak tahu hantu yang sedang nongkrong di warungku dan meneror kami, ternyata arwah Rudi.
“Rupanya arwah Rudi marah karena sudah bapak usir dari rumah Ingga,” ujar bapak setelah berkomunikasi dengan arwah Rudi. Karena tetap tidak mau pergi dari warungku, akhirnya bapak melakukan ritual untuk mengusirnya. Alhamdulillah, arwah Rudi pergi. Namun terkadang masih saja datang meski tidak lagi sampai menggedorgedor warung. Aku pun dibuat kebingungan Aku berharap ada yang bisa membantuku agar warungku benar-benar terbebas dari hal-hal seperti itu. Terus-terang sejak kejadian itu sampai sekarang warungku masih sepi karena banyak yang sudah mendengar adanya teror hantu tersebut.
Dari hasil penyelidikan bapak, akhirnya kami juga tahu kalau keluarga Rudi ternyata menganut pesugihan. Namun aku tidak tahu pesugihan apa. Yang pasti orang tua Rudi memiliki rumah besar mewah dan toko besar di daerah Soreang, Bandung. Hanya saja di dalam rumahnya ada salah satu kamar khusus yang digunakan untuk ritual pesugihan. Banyak sekali sesajen di situ. Aku mengetahui hal itu dari mimpi. Tadinya aku kira cuma bunga tidur. Tapi ternyata bibi juga memimpikan hal yang sama berulang-ulang. Ketika aku cerita ke bapak, barulah aku tahu semuanya. Dari hasil penerawangan bapak diketahui memang benar keluar Rudi memiliki pesugihan.
“Bapak sudah lama tahu dan sebenarnya juga sudah pernah disampaikan ke Ingga. Tapi Ingga tidak mau menuruti nasehat bapak. Akibatnya ya seperti ini,” ujar bapakku.
Aku yakin bapakku bisa mengatasi teror arwah Rudi yang masih penasaran. Namun aku juga takut andai nanti bapakku tidak kuat meladeni arwah penasaran itu. Mungkin juga arwah Rudi gentayangan karena menjadi tumbal pesugihan. Entahlah aku kurang paham. Aku hanya ingin warungku kembali normal seperti sediakala sebelum adanya peristiwa itu.
Sempat terbersit dalam pikiranku, jangan-jangan munculnya arwah penasaran di warungku ada kaitannya juga dengan persaingan usaha. Maklum, namanya Uaerah wisata tentu banyak yang mengincar untuk buka usaha di situ dan mereka banyak yang menggunakan hal-hal mistis untuk menarik pelanggan. Karena warungku termasuk yang paling ramai, bukan tidak mungkin menjadi sasaran mereka. Artinya sengaja dibuat begitu agar pelangganku lari dan pindah ke warung mereka. Buktinya sekarang beberapa warung di sekitarku yang tadinya sepi mendadak ramai karena mendapat limpahan dari pelanggan warungku.
Aku percaya, rejeki itu sudah diatur oleh Allah SWT. Namun rejeki juga tidak akan datang jika kita tidak berikhtiar. Sama halnya, rejeki tidak akan datang kalau warungku sepi pembeli. Artinya, aku harus berusaha agar banyak pembeli yang datang sehingga rejeki yang diberikan Allah SWT akan mengalir dengan lancar. Jika pun ada sesuatu yang harus aku lakukan atau ritualkan, hal itu semata-mata. bagian dari ikhtiar, bukan dengan maksud menyekutukan Allah SWT. Aku ceritakan kisah ini kepada penulis dengan harapan ada pembaca yang bisa membantuku. Sebelum dan sesudahnya aku ucapkan terima kasih. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)