Cerita Kisah Kyai Pamungkas

Kisah Mistis: PASANGANKU SELINGKUH DENGAN SILUMAN TIKUS!

Kisah Mistis: PASANGANKU SELINGKUH DENGAN SILUMAN TIKUS!

Kisah berikut ini merupakan rekaman dari penuturan Ny. SM, seorang janda dari Tasikmalaya. Beberapa tahun silam, suaminya meninggal akibat berbuat keji dengan melakukan persekutuan dengan Siluman Tikus…

 

Sudah sepuluh tahun lebih aku berumah tangga dengan Kang Danu, sebutlah demikian nama suami yang sangat aku cintai itu. Karena kami tinggal di desa dan bekerja sebagai petani, boleh dikata selama itu pula kami hidup dari bercocok tanam padi. Ketika menikah denganku, Kang Danu memang sudah punya beberapa petak sawah warisan dari orang tuanya.

 

Mungkin karena suamiku itu lahir dan dibesarkan di keluarga petani, dalam menggarap dan mengolah sawahnya, Kang Danu tak pernah merasa kesulitan. Bahkan berkat keuletannya sebagai seorang petani, padi-padi di sawahnya itu selalu tumbuh subur dan dapat dipanen dengan memuaskan. Dengan hasil panen ini pula kehidupan keluarga kami serba tercukupi.

 

Namun, roda kehidupan memang berputar kadang di atas, kadang di bawah. Dan seperti kata pepatah, bertani itu tak ubahnya berjudi nasib dengan alam. Pergantian musim atau cuaca kadang menjadi penyebab kegagalan para petani dalam bercocok tanam, Begitu juga yang terjadi kemudian pada usaha tani suamiku. Meskipun bertahun-tahun dia telah mengakrabi alam, namun suatu ketika alamlah yang enggan akrab dengannya.

 

Ketika musim hujan tiba, sawah milik suamiku itu rusak terkubur dan tergusur tanah longsor. Akibatnya, padi-padi yang tengah tumbuh subur di sawah rusak dan gagal dipanen.

 

Kenyataan pahit ini bukan hanya membuat kami sedih dan kecewa, tetapi juga merasa bingung karena tak punya persediaan uang untuk biaya perbaikan sawah. Apalagi sawah itu rusak berat dan membutuhkan biaya perbaikan yang tidak sedikit. Bayangkan, untuk mengangkat longsoran-longsoran tanah itu, berapa banyak tenaga kuli yang harus kami pekerjakan, dan tentunya harus kami bayar.

 

Akhirnya, setelah pinjam uang ke sana ke mari tidak berhasil, Kang Danu nekad meminjam uang pada Pak Bondan, seorang rentenir paling kaya di kampung kami. Begitulah, dengan uang pinjaman yang bunganya mencekik itu, Kang Danu lalu memperbaiki sawahnya. Dalam tempo lima hari, dua petak sawah sudah selesai diperbaiki dan siap ditanami padi lagi, sementara beberapa petak sawah lainnya untuk sementara dibiarkan terbengkalai, menunggu sampai ada uang untuk biayanya.

 

Tapi untung tak dapat diraih, malang tak bisa ditolak. Empat bulan kemudian saat musim panen tiba, di luar dugaan, kami mengalami gagal panen. Hasil panen gabah kami susut beberapa kwintal sebab bulir-bulir padi kebanyakan tidak berisi.

 

“Aneh, sejak terkubur dan tergusur tanah longsor sawah itu jadi kurang subur!” Keluh Kang Danu suatu hari.

 

“Hasil panen padi kali ini benar-benar susut! Jangankan untuk membayar utang, untuk persediaan makan sehari-hari saja masih kurang!” Tambah Kang Danu lagi dengan suara berat seperti memendam kekhawatiran yang mendalam.

 

Kekalutanpun semakin menjadi-jadi sebab Pak Bondan sering datang ke rumah untuk menagih hutangnya. Bahkan sang rentenir kemudian mengancam akan menyita dua petak sawah milik suamiku itu jika hutang berikut bunganya tak bisa lunas di musim panen depan!

 

Sejak peristiwa yang memilukan inilah Kang Danu jadi sering melamun dan berkeluh kesah. Bahkan, dia sering pula uring-uringan tanpa sebab. Aku hanya bisa terdiam sedih dan iba melihatnya. Ingin rasanya aku membantu meringankan beban hutang suamiku itu, misalnya dengan bekerja atau berjualan, tapi sebagai perempuan kampung, aku merasa tak punya dan tak bisa berbuat apa-apa. Yang bisa kulakukan hanyalah mengabdi sebaik mungkin pada suamiku.

 

Pada suatu hari, kulihat Kang Danu berdandan rapi seperti hendak bepergian jauh. Ketika kutanya hendak pergi ke mana, Kang Danu menjawab bahwa dia akan pergi ke suatu tempat di kaki Gunung Galunggung.

 

“Kudengar di sana ada seorang dukun yang cukup sakti. Katanya dukun itu ahli membuat ajimat atau isim untuk penyubur tanah, sawah dan kebun. Siapa tahu dukun itu bisa dimintai pertolongan. Mungkin dengan cara bantuan gaib begitu usaha taniku akan berhasil,” jelas Kang Danu penuh harap.

 

“Iya, aku juga berharap begitu, Kang!” Ucapku sambil memasukkan dua bungkus nasi timbel dan lauk pauknya ke dalam kantong ransel yang akan dibawa Kang Danu.

 

“Hati-hati di jalan, Kang. Segeralah pulang setelah urusannya selesai!” Pesanku lagi ketika suamiku keluar dari rumah untuk pergi.

 

Ringkas cerita, seharian Kang Danu tidak pulang. Dan ketika malamnya pulang, dia tidak membawa ajimat atau isim seperti yang pernah dikatakannya. Melainkan membawa tiga botol plastik besar berisi cairan berwarna merah.

 

“Cairan apa yang ada di dalam botol-botol yang Kakang bawa itu?” Tanyaku dengan penuh curiga.

 

“Ooo… botol-botol ini berisi cairan darah ayam kampung jantan. Menurut petunjuk dukun itu, malam ini juga darah ini harus disiramkan pada setiap penjuru sawah milikku itu. Dan satu syarat lagi yang harus kulakoni, setiap malam Jum’at aku harus bersemedi dan tak boleh diganggu. Itulah sebabnya mulai sekarang kamar depan harus dikosongkan dan tak boleh dimasuki siapapun!” Jelas suamiku bersemangat.

 

Aku hanya manggut-manggut dan tak curiga sedikitpun dengan apa yang telah dilakukan suamiku.

 

Malam itu juga Kang Danu bergegas pergi ke sawah untuk melakoni syarat yang pertama, yakni menyiramkan cairan darah ayam itu ke setiap penjuru sawahnya. Sementara aku disuruh merapikan dan membersihkan kamar depan yang akan dipakai sebagai tempat bersemedi oleh Kang Danu.

 

Apa yang terjadi selanjutnya? Ternyata, cara bertani dengan dibarengi kekuatan gaib yang dilakukan suamiku itu cukup berhasil. Empat bulan kemudian saat musim panen tiba, pendapatan padi dari dua petak sawah itu melimpah ruah. Bahkan setelah dijual dan uangnya dipakai untuk melunasi hutang pada Pak Bondan, padi atau gabah itu masih tersisa beberapa kwintal. Kang Danu lalu menyimpannya di dalam gudang di samping rumah.

 

Begitulah, sejak itu usaha tani suamiku mengalami kemajuan yang cukup pesat. Setiap datang musim panen, padi yang kami dapatkan selalu melimpah ruah. Bahkan disaat petani-petani lain mengeluh karena sawahnya diserang hama tikus, dua petak sawah milik suamiku malah tampak hijau menguning oleh padi-padi yang tumbuh subur dan bebas hama tikus.

 

Anehnya, persediaan padi yang ada di gudang sepertinya juga tak pernah habis. Padahal sering kulihat Kang Danu mengambilnya untuk dijual. Entahlah, seperti ada sesuatu yang sulit dijelaskan terus menerus mengirim dan menyimpan padi ke dalam gudang itu.

 

Dengan uang hasil penjualan padi itu, Kang Danu bukan saja bisa menutupi kebutuhan sehari-hari, tetapi juga bisa membeli beberapa alat pertanian lainnya. Bahkan Kang Danu berencana untuk membeli mesin penggilingan padi.

 

Tapi bersamaan dengan itu, diam-diam aku merasa heran melihat perubahan fisik suamiku. Laki-laki yang telah berumah tangga denganku hampir sepuluh tahun tapi belum memberiku keturunan itu, kini tampak lebih kurus dan pucat. Badannya yang dulu kekar terbakar terik matahari, kini kelihatan loyo dan tak bertenaga lagi.

 

Yang lebih mengherankan lagi, Kang Danu tidak perkasa lagi di tempat tidur. Saat kami berhubungan intim, suamiku itu sering kalah sebelum waktunya. Akibatnya, akupun sering merasa kecewa. Namun, aku memendamnya dalam-dalam di lubuk hati. Aku coba memahami keddaan ini dengan sikap penuh pengertian. Ya, mungkin saja karena belakangan ini Kang Danu terlalu banyak berpikir, sehingga gairah seksnya jadi terganggu.

 

Memang, pada awalnya aku menduga mungkin kelemahan itu akibat Kang Danu terlalu sibuk menggarap dan mengelola sawahnya. Tapi pada suatu malam, tepatnya malam Jum’at Kliwon, akhirnya aku seperti menemukan jawaban yang sesungguhnya…

 

Malam itu, Kang Danu sudah bersiapsiap masuk ke kamar depan untuk bersemedi. Dar seperti biasa, setiap Kai Kang Danu hendak melakukan semedi tu, aku diserang rasa kantuk yang amat berat. Kedua mataku bagai dilem rapat oleh suatu kekuatan yang membuatku tertidur di kursi panjang ruang tengah.

 

Biasanya aku tertidur pulas sampai menjelang pagi. Tapi entah kenapa malam itu tiba-tiba saja aku terbangun dari tidur karena mendengar suara bergemuruh dari arah gudang padi.

 

“Suara apa itu? Seperti suara tikus-tikus?” Pikirku heran sambil mengucek-ngucek mata.

 

Semakin dibiarkan, suara cericit itu makin jelas terdengar. Karena heran dan penasaran, aku lalu beranjak dan melangkah mendekati jendela ruang tengah. Letak jendela ini memang menghadap halaman samping kiri rumah dan langsung berhadapan dengan gudang padi.

 

Perlahan daun jendela itu kubuka. Dan betapa terkejutnya aku manakala daun jendela itu terbuka, dalam temaram cahaya bulan purnama kulihat puluhan atau mungkin ratusan ekor tikus keluar masuk gudang padi. Bahkan, pintu gudang padi itu sudah dalam keadaan terbuka lebar.

 

Dan yang membuatku tak percaya, dengan moncongnya tikus-tikus itu menggusur serumpun demi serumpun padi dan menyimpannya di dalam gudang kami.

 

Aneh, darimana tikus-tikus itu mengambil padi? Dan mengapa menyimpannya di dalam gudang itu? Batinku tak habis pikir. Belum hilang rasa heran dan keterkejutanku, tiba-tiba kudengar suara desahan dan erangan tertahan dari kamar depan. Suaranya persis suara sepasang kekasih yang tengah memadu cinta dalam pergumulan birahi.

 

Reflek aku menoleh ke arah kamar depan. Tiba-tiba saja aku didera rasa penasaran ingin tahu apa yang sebenarnya dilakukan suamiku dengan semedinya itu. Dengan langkah mengendap dan dada berdebar-debar, aku lalu mendekati pintu kamar tersebut.

 

Semakin dekat ke pintu kamar, suara erangan dan desahan tertahan itu kian jelas terdengar. Tadinya aku hendak mengetuk pintu kamar itu terlebih dahulu, tapi kemudian timbul niat di hatiku untuk mengintipnya lewat lubang kunci.

 

Dengan degup jantung yang tiba-tiba mengencang, mataku terbelalak dan sekujur tubuhku bergetar hebat manakala lewat lubang kunci itu, kulihat Kang Danu tengah terlentang telanjang di atas tempat tidur.

 

Di atas tubuh telanjang laki-laki itu tampak seekor tikus besar tengah menindih dan menjilati sekujur tubuhnya. Dan yang membuatku makin bergidig ngeri, kulihat dengan moncongnya tikus raksasa itu kemudian menjilati dan mengulum alat vital suamiku.

 

“Ya Tuhan, apa sebenarnya yang tengah dilakukan suamiku itu?” Batinku menjerit dengan perasaan kalut yang tak menentu.

 

Aku tak segera menjawab pertanyaan pamanku itu, melainkan langsung masuk ke dalam rumah dan duduk di kursi ruang depan. Dan setelah agak tenang, aku lalu menceritakan apa yang tadi kulihat dan terjadi di rumahku.

 

“Masya Allah, tak disangka kalau suamimu akan nekad seperti itu hanya demi mengejar harta duniawi!“ Ucap pamanku sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

 

Setelah berpikir beberapa saat lamanya dan membiarkan aku larut dalam tangis, paman kemudian berkata, “Begini saja, malam ini kamu tidur di sini. Dan nanti subuh kamu jangan pulang ke rumah, tapi kita langsung pergi ke rumah Kyai Pamungkas untuk konsultasi dan minta pendapatnya!”

 

Begitulan, aku turuti semua saran paman. Dan akhirnya, setelah menjalankan ibadah sholat Subuh, pamanku lalu mengantarku pergi ke rumah Kyai Pamungkas. Pada Ajengan yang berusia 56 tahun ini, aku ceritakan semua yang kulihat dan terjadi di rumahku, yang berkaitan dengan perbuatan suamiku.

 

“Na’udzubillah, suamimu ternyata telah menempuh jalan sesat demi mendapatkan keuntungan dari usaha taninya. Suamimu telah bersekutu dan terikat perjanjian dengan Siluman Tikus. Suamimu rela bersetubuh dengan siluman itu, asalkan siluman itu mau menggiring anak buahnya untuk mencuri padi dari sawah orang lain dan menyimpannya di gudang padi milik suamiku itu. Ini persekutuan gaib yang terbilang aneh dan langka,” jelas Kyai Pamungkas dengan suara tegas berwibawa.

 

Aku dan pamanku saling tatap mendengarnya.

 

“Lalu apa yang sebaiknya keponakan saya ini lakukan, Ajengan?” Tanya pamanku kemudian.

 

Kyai Pamungkas tidak segera menjawab. Laki-laki yang kharismatik dan dikenal punya ilmu-ilmu kebatinan ini malah menatap lekat ke wajahku. Seperti tengah menyelami pikiranku. Tapi tak lama kemudian paranornal ini berkata lagi, “Kamu harus sabar dan tawakal menerima kenyataan ini. Menurut penerawangan mata bathin saya, suamimu sekarang telah mengalami kelumpuhan pada alat vitalnya. Bahkan dalam hitungan hari lagi suamimu akan meninggal karena kehabisan cairan dan darah di tubuhnya. ini adalah azab dari Tuhan bagi orang yang rapuh dan tipis imannya!”

 

“Jadi… jadi…“ hanya ini kata-kata yang bisa kuucapkan, karena selanjutnya aku larut dalam isak tangis dan kesedihan. Semua kata-kata sepertinya sulit untuk kuucapkan.

 

Mendengar penjelasan itu perasaanku memang berkecamuk hebat. Di satu sisi aku tak ingin dan tak rela kalau harus kehilangan laki-laki yang begitu kucintai, tapi di sisi yang lain lagi aku juga begitu jijik, benci dan merasa dibohongi oleh perbuatannya yang sangat nista itu. Demi Tuhan, aku tak menyangka kalau rumah tanggaku akan porak-poranda oleh sisi gelap kehidupan dunia ini yang penuh dengan tipu muslihat.

 

Seperti yang telah diperhitungkan Kyai Pamungkas, kurang dari dua minggu kemudian Kang Danu memang meninggal dengan tubuh mengering, seakan darahnya dihisap oleh suatu kekuatan. Bersamaan dengan meninggalnya Kang Danu, gudang tempat menyimpan padi juga terbakar habis. Aku hanya pasrah menghadapi kejadian ini. Dan aku yakin, Tuhan telah mengatur segalanya. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Panggonan Wingit: KAMPUNG MAHLUK GAIB GUNUNG BAKO

Kyai Pamungkas

Kisah Mistis: PINTU NERAKA BANGSA MAYA

Kyai Pamungkas

Panggonan Wingit: MAKAM MEDANA, LOMBOK UTARA

Kyai Pamungkas
error: Content is protected !!