Cerita Kisah Kyai Pamungkas

Kisah Mistis: JIN BALAS DENDAM

Kisah Mistis: JIN BALAS DENDAM

Rohmat tewas akibat sebuah rekayasa pembunuhan lewat kecelakaan. Setelah kematiannya, jin peliharaan leluhurnya mengamuk. Sang jin mendatangi para pelaku pembunuhan itu…!

 

Hari telah beranjak senja saat Darman tiba di desa itu. Udara pegunungan yang dingin terasa menusuk tulang. Sementara kabut tebal mulai turun menghalangi pandangan mata. Suasana seperti ini memang sudah biasa terjadi di wilayah pedesaan yang terletak di daerah pegunungan Sindoro.

 

Darman merapatkan jaket yang dikenakannya. Namun ada suasana lain yang ditangkap Darman dan menimbulkan perasaan aneh. Tidak seperti biasanya petang begini rumah-rumah penduduk sudah tertutup pintu dan jendelanya. Tak terlihat ada seorang pun warga yang keluar. Hanya sekawasan anjing kampung yang berkeliaran di jalan. “Desa ini seperti kuburan saja,” pikir Darman.

 

Padahal, dua tahun lalu, saat Darman mengunjungi desa ini, suasana terasa semarak, meski hari sudah malam. Di sepanjang jalan banyak diterangi lampu| lampu minyak atau obor. Apa yang terjadi kini?

 

Akhirnya Darman tahu bahwa hal itu disebabkan isu munculnya hantu gentayangan yang mengganggu warga desa. Sudah beberapa hari ini warga desa takut keluar rumah bila hari sudah malam.

 

Darman tadinya tak percaya dengan cerita berbau takhayul itu. Namun hatinya jadi terusik saat mendengar kabar bahwa hantu itu adalah penjelmaan arwah Rohmat, rekannya yang telah meninggal dunia sebulan lalu.

 

Darman tidak percaya kalau orang mati bisa kembali lagi ke dunia, walau dalam bentuk hantu sekalipun! Itulah yang mendorong Darman datang ke desa ini. Dia ingin membuktikannya apakah benar hantu gentayangan itu adalah arwah Rohmat. Ah, mana mungkin!

 

Selama hidupnya Rohmat aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan yang membantu kaum lemah atau orang miskin. Dia aktivis kampus yang sering memperjuangkan kepentingan masyarakat kecil.

 

Saat kuliah dulu, Rohmat aktif berjuang menegakkan demokrasi dan HAM. Setelah lulus dia bergabung dengan sebuah LSM bersama Darman yang banyak bergerak dalam bidang sosial.

 

Mereka membantu rakyat miskin yang teraniaya atau terampas haknya akibat kesewenangan pemerintah maupun pengusaha. Mereka memberikan advokasi dan perlindungan hukum.

 

Suatu hari Rohmat berpamitan hendak pulang ke kampung halamannya. Dia berniat membantu saudaranya yang akan maju dalam pemilihan kepala desa. Darman agak heran juga dengan niat sahabatnya itu.

 

dak biasanya Rohmat mau terlibat dalam kegiatan politik praktis. Padahal dia sangat teguh memegang prinsip egaliter. Dia tidak sudah terlibat dalam persaingan memperebutkan kekuasaan!

 

Tapi rupanya dia punya alasan tersendiri melakukan hal itu. Dalam Pilkades yang dilaksanakan di desanya ada dua calon yang tampil. Yang satu adalah Budi, sepupu Rohmat, dan satunya lagi kepala desa lama. Rupanya mantan Kades ini ingin tetap mempertahankan kekuasaannya. Padahal selama memimpin rakyatnya dia terkenal sangat korup, sewenang-wenang, dan suka berbuat amoral. Banyak rakyatnya yang dibuat menderita dan dirugikan oleh perbuatannya. Tapi sayangnya, tidak ada satupun yang berani menentang atau melawannya.

 

Ketika masa jabatan Kades telah habis dan dibuka pendaftaran calon kepala desa, Budi memberanikan diri mendaftar. Pemuda lulusan S1 itu tidak takut oleh ancaman mantan Kades yang hendak membuat perhitungan dengan siapa saja yang berani mencalonkan diri. Dia akan mengerahkan para begundalnya untuk mengintimidasi warga agar tetap memilihnya.

 

Meski mendapat teror dan ancaman dari rivalnya, Budi tidak gentar. Dia maju sebagai calon Kades semata-mata untuk membantu masyarakat di desanya. Apalagi sebagian besar warga memang menginginkan agar kepala desa diganti. Mereka menginginkan perubahan. Mereka menggantungkan harapannya pada Budi.

 

Dukungan dari warga desanya itulah yang membuat Budi percaya diri. Namun sayangnya, masih banyak juga warga yang memberikan dukungannya kepada mantan kepala desa. Tapi dukungan mereka semata karena ada upaya intimidasi dari mantan Kades. Mereka takut oleh ancaman para begundalnya. Lain dari itu sang mantan Kades juga menggunakan money politic untuk melancarkan niatnya berkuasa kembali.

 

“Aku kembali ke desaku selain ingin menggunakan hak suaraku, juga untuk membantu menyadarkan warga agar berani mengambil sebuah keputusan penting dalam hidup mereka. Sebab, jika mereka masih memilih kepala desa lama, maka kehidupan mereka tak akan bisa berubah.

 

Mereka akan terus terkungkung dalam penderitaan dan penindasan. Perubahan itu harus dimulai dari sikap mereka memilih pemimpin. Budi, saudaraku itu, sudah berjanji akan menjadi pemimpin yang baik dan mengayomi rakyatnya bila berhasil terpilih nanti,” kata Rohmat menerangkan kepada Darman.

 

“Tapi aku khawatir hal itu akan menyeretmu ke dalam konflik yang berbahaya,” ujar Darman mengingatkan.

 

“Ya, setiap perjuangan pasti akan berhadapan dengan tantangan. Tapi percayalah, aku bisa jaga diri dengan baik!”

 

Darman tak bisa mencegah lagi kepergian sahabatnya. Dia hanya bisa mendoakan agar perjuangan Rohmat dan saudaranya itu berhasil.

 

Sebelum berangkat pergi, Rohmat sempat menitipkan sebuah cincin bermata akik kepada Darman. Rohmat pernah bercerita kalau cincin itu pembenan dari almarhum kakeknya. Konon, cincin tu memiliki kekuatan magis. Siapa pun yang memakainya akan terlindungi dan segala mara bahaya.

 

“Cincin itu didiami oleh makhluk jin yang amat sakti. Tapi anehnya, selama kupakai jin itu tak pernah menampakkan diri. Mungkin jinnya sudah pergi ketika kakekku meninggal. Cincin itu sudah tidak memiliki kekuatan lagi,” kata Rohmat menjelaskan.

 

“Kalau cincin itu memiliki kekuatan untuk melindungi, kenapa kamu tidak memakainya dan malah memberikannya kepadaku?” Tanya Darman, heran.

 

“Sebenarnya aku agak malu Juga, Man. Sebagai orang intelek aku semestinya bisa berpikir rasional. Aku mau menerima cincin ini semata untuk menghormati kakekku. Tapi aku tidak mau tersugesti oleh benda ini. Karena kupikir bukan benda seperti cincin ini yang bisa melindungi hidup manusia, melainkan Allah Azza Wajala. Hanya Allah tempat kita bergantung.”

 

“Tapi bagaimana pun cincin ini peninggalan kakekmu, seharusnya kamu tetap menjaganya!”

 

“Aku sudah tidak ingin memakainya lagi, Man. Biar untuk kamu saja sebagai kenangkenangan. Mungkin kalau kamu yang memakainya lebih pas. Lagian besok kamu kan mau ikut demo kenaikan BBM. Siapa tahu, setelah pakai cincin ini, kamu tidak akan terkena pentungan aparat. He… he… he…!” Ujar Rohmat bercanda.

 

Darman hanya tersenyum kecut. Karena Rohmat memaksa untuk menerima cincin itu, akhirnya Darman bersedia juga memakainya. Entah, ini suatu kebetulan atau memang ada keajaiban, ketika dirinya ikut aksi demontrasi sempat terjadi bentrokan, banyak kaum demonstran yang terkena pentungan polisi dan ditangkap. Tapi Darman justeru aman dari kejadian itu. Padahal dirinya berdiri paling depan dan paling keras meneriakkan tuntutan. Mungkinkah ini karena cincin bermata akik yang dipakainya? Wallahu’alam!

 

Yang pasti, dia sendiri tidak menyangka bila cincin pemberian Rohmat ini sebagai tanda perpisahan. Beberapa hari kemudian Darman mendapat kabar Rohmat meninggal dunia karena mengalami kecelakaan. Ketika hendak kernbah ke kota sepeda motor yang dikendarai Rohmat bertabrakan dengan truk bermuatan barang Kejad an tragis ini menimbulkan duka yang amat dalam.

 

Tapi penyesalan sangat dalam justeru dirasakan oleh Darman Dia berpikir, seandainya Rohmat tidak memberikan cincin sakti itu kepadanya, tentu kejadiannya tidak akan begini.

 

Tetapi Darman segera menepis perasaannya ini. Dia mencoba meyakin bahwa semua kejadian sudah merupakan takdir Yang Maha Kuasa. Darman ma ah bangga karena di akhir hayatnya Rohmat telah banyak berbuat kebaikan dengan menolong sesama. Dia telah berhasil menghantarkan saudaranya memenangkan Pilkades, Rohmat pantas disebut sebagai pahlawan rakyat kecil.

 

Sebenarnya, Darman sudah bisa menerima kepergiaan sahabatnya itu. Tapi perasaannya jadi terusik, ketika mendengar kabar kalau arwah Rohmat gentayangan menjadi hantu. Konon, arwah Rohmat berniat menuntut balas kepada Pak Bara mantan Kades, yang telah kalah dalam Pilkades. Darman tak ingin membiarkan hal ini berlarut dan meresahkan warga desa.

 

Akhirnya Darman sampai di rumah Budi, saudara Rohmat yang sekarang sudah menduduki jabatan sebagai kepala desa. Dari keterangan Budi inilah Darman mendapat informasi lebih jelas.

 

“Memang benar, Mas Darman. Setiap malam di desa ini sering muncul sosok menakutkan yang sangat meresahkan warga. Anehnya, warga yang ditemui dan diganggu oleh hantu gentayangan itu adalah orang-orangnya Pak Barja, sementara warga lainnya tdak. Tapi karena semua warga dicekam ketakutan, mereka pun jadi ikut resah dan tidak berani keluar rumah pada malam hari.” Tutur Budi menerangkan. “Bagaimana bentuk gangguan itu?” Tanya Darman ingin tahu.

 

“Macam-macam, Mas. Ada yang rumahnya digoncang-goncang seperti kena gempa. Ada yang ditemui secara langsung. Dan ada pula yang dibuat kesurupan, seperti yang sekarang dialami oleh isten Pak Barja. Wanita itu mengamuk dan merusak apa saja jika sudah dirasuki roh gentayangan itu!”

 

“Kalau begitu, tolong antarkan saya sekarang juga ke rumah Pak Barja. Saya akan menangkap hantu gentayangan itu!”

 

“Apa? Mas Darman mau menangkapnya? Bagaimana caranya?” Budi terbelalak.

 

Darman hanya tersenyum penuh arti. Dia tidak menjawab pertanyaan Budi itu. Dia minta segera diantarkan ke rumah Pak Barja. Budi menyanggupinya walau dengan berat hati…

 

Perempuan setengah baya itu menjerit-jerit histeris. Bola matanya berputar-putar, seolah ada yang mempermainkannya. Sementara seorang laki-laki tua berpakaian hitam-hitam duduk di hadapannya dengan mulut komat-kamit mengucap mantra.

 

Asap kemenyan mengepul dari tungku pembakaran. Orang-orang yang menyaksikan kejadian itu dari balik pintu dan jendela tak ada yang berani mendekat.

 

“Jangan tonton aku! Pergi semua dari sini. Aku akan cekik kalian semua. Ha… ha… ha…!” Terdengar suara yang amat besar dan berat keluar dari mulut perempuan yang kesurupan itu. Suaranya mirip dengan suara laki-laki.

 

“Lepaskan perempuan tak berdosa ini. Kamu harus kembali ke tempat asalmu, Rohmat. Jika tidak…?” Geram sang dukun setengah mengancam.

 

“Tidak! Aku tidak akan melepaskannya sebelum Barja mengakui perbuatannya. Dia harus dihukum dengan berat!” Sahut suara dari perempuan itu.

 

Sang dukun kembali komat-kamit. Dia menepuk asap dupa di depannya. Tampaknya dia bermaksud melakukan serangan gaib kepada perasuk sukma perempuan itu, namun aneh justeru api dalam dupa mati dan asapnya lenyap.

 

Wajah sang dukun yang berkeringat jadi pucat pasi. Dia mundur selangkah dan mendekati Pak Barja.

 

“Maaf, saya tidak sanggup melawannya. Ini bukan sekedar roh gentayangan, tapi sebangsa makhluk jin yang sakti. Dia tidak akan pergi sebelum permintaannya dituruti!” Ujar sang dukun.

 

Kebetulan saat itu Budi dan Darman sudah sampai. Mereka ikut mendengar keterangan sang dukun. Melihat kehadiran Budi, Pak Barja tampak jengah. Wajahnya yang kuyu dan lesu menyiratkan kegundahan. Dia tidak langsung menanggapi perkataan sang dukun.

 

“Sebaiknya Pak Barja mengaku dengan terus terang agar permasalahannya tidak berlarut-larut. Apakah Bapak tidak kasihan pada isteri dan keluarga Bapak jika terus menerus diganggu jin itu?” Cetus Budi kepada Pak Barja.

 

Laki-laki tua itu menundukkan mukanya. Tampak sekali kalau dia sangat diliputi ketakutan dan kecemasan. Dengan suara berat akhirnya dia mau mengikuti apa yang disarankan Budi.

 

“Ya, saya mengaku salah. Saya memang pernah merencanakan pembunuhan terhadap saudara Rohmat. Saya menyuruh orang untuk menabrak Rohmat saat pulang ke kota.” Pengakuan Pak Barja itu mengejutkan semua yang hadir.

 

“Kalau begitu Bapak harus segera menyerahkan diri ke pihak berwajib. Biar hukum yang akan menentukannya,” pinta Budi.

 

“Tapi bagaimana dengan nasib keluarga saya? Saya yang menjamin keluarga saya tidak akan diganggu oleh jin itu jika saya menyerahkan diri?” Cetus Pak Barja galau.

 

“Saya yang akan mengusir jin yang merasuki isteri Bapak,” ujar Darman tiba-tiba mengajukan diri.

 

Semua mata tertuju kepada Darman yang dianggap asing. Tapi melihat senyum Darman yang ramah dan hangat mereka pun seakan tersihir untuk percaya.

 

Tanpa banyak kata, Darman mendekati isteri Pak Barja. Dia berdiri dengan sikap khusuk dan khidmat. Dia mengeluarkan cincin bermata akik dari saku bajunya. Dia mengucapkan doa-doa seperti yang pernah diajarkan Rohmat.

 

Tiba-tiba mata perempuan itu mendelik dan memandang Darman dengan tajam. “Siapa kamu? Beraninya kamu mengganggu kesenanganku!”

 

“Sudah saatnya kamu pulang. Jangan mengganggu manusia. Ayo, pulanglah!” Darman membuka mata akik dan menyorongkannya di depan perempuan yang sedang kerasukan itu.

 

Tiba-tiba isteri Pak Barja menjerit dengan kerasnya. Dan sesaat kemudian tubuhnya terkulai lemas, tak sadarkan diri. Darman sempat melihat bayangan halus yang melesat masuk ke dalam mata akik.

 

Darman tersenyum kecil. Dia lalu menutup kembali mata akik dan menguncinya. Semua orang yang menyaksikannya hanya bisa terpana.

 

“Sudah! Sekarang tidak ada lagi gangguan yang meresahkan warga di sini,” ujar Darman meyakinkan penduduk desa yang hadir malam itu.

 

Demikianlah, sejak itu tak ada lagi warga yang diganggu oleh kejadian yang aneh-aneh. Darman, yang menceritakan kejadian ini, membuka rahasia kenapa dia bisa menangkap jin sakti yang mengganggu warga desa, khususnya pengikut Pak Barja?

 

Jin itu tak lain adalah jin sakti peliharaan kakek Rohmat yang pernah diberikan pada Rohmat. Sebagaimana sifat jin yang akan menurut dan setia kepada majikannya.

 

Begitulah yang terjadi pada jin milik leluhur Rohmat. Ketika Rohmat tewas akibat perbuatan jahat orang lain, jin itu jadi marah. Dan membalas dendam.

 

Untunglah Darman pernah diberitahu Rohmat bagaimana caranya menaklukkan jin yang sedang marah. Cukup dibacakan doa-doa dan dikembalikan ke tempat asalnya. Dan tempat tinggal jin milik Rohmat itu tak lain di dalam cincin bermata akik.

 

Demikianlah. Semoga kisah nyata ini dapat menjadi pelajaran bagi kita bersama! Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Kisah Kyai Pamungkas: ULAR SILUMAN HANCURKAN DESAKU

Kyai Pamungkas

Kisah Kyai Pamungkas: MENGANTAR TUYUL PULANG

Kyai Pamungkas

Kisah Kyai Pamungkas: SANTET, ANTARA ADA DAN TIADA

Kyai Pamungkas
error: Content is protected !!