Kisah Mistis: BERBURU PUSAKA PENINGGALAN PEJUANG KEMERDEKAAN
NAMA Mochammad Toha (Moch. Toha) bagi warga Bandung khususnya bukanlah nama yang asing. Karena beliau merupakan tokoh pejuang, yang dulunya dikabarkan benar-benar rela berkorban. Demi kedaulatan dan harga diri bangsa ini, beliau berani mati (gugur), dengan cara mengorbankan jiwa dan raganya sendiri…
Sebagaimana kisahnya banyak didengar bahwa Moch. Toha memang diberitakan benar-benar berani mati atau berkorban. Dengan tekad dan keberaniannya, beliau sempat menyusup masuk ke dalam gudan amunisi dan persenjataan milik penjajah, dan menghancurkannya. Tidak heran jika kemudian dirinya pun ikut terkoyak hancui bersamaan dengan meledaknya butiranbutiran peluru simpanan para penjajah. Moch. Toha melakukan aksi nekadnya itu pada saat beliau aktif berjuang bersama segenap rakyat dan tentara pejuang yang ada di Bandung, pada sekitaran tahun 1946.
Dikisahkan, bahwa setelah Jepang pada pertengahan Tahun 1945 menyatakan kekalahannya pada Sekutu, maka dengan segera pula para pejuang dan tokoh-tokoh pergerakan negeri kita memanfaatkannya, dengan memproklamasikan Kemerdekaan Negeri ini, pada tanggal 17 Agustus 1945.
Namun selang beberapa waktu kemudipihak Sekutu yang dimotori oleh Balatenta datang. Selain melucuti persenjataan tentara Jepang, mereka pun berupaya untuk bisa menduduki negeri kita kembali. Hingga, upaya-upaya perlawanan gencar dilakuka di mana-mana. Seperti, di Sumatera Utara terjadi peristiwa yang dikenal dengan nama “Medan Area.” Di Sulawesi Utara, terjadi “Peristiwa Merah Putih.” Sementara di Sulawesi Selatan, hal yang sama dikenal dengan nama Peristiwa “40.000 Jiwa Korban Westerling.” Di Bali dikenal dengan “Pertempuran Margarana dan Gugurnya Ngurah Rai”. Selain itu, di Jawa Tengah peristiwa serupa dan dikenal dengan sebutan “Palagan Ambarawa”. Kota Surabaya (Jaw Timur), sempat terjadi peristiwa heroik “10 November” yang kemudian kita peringat sebagai “Hari Pahlawan.”
Begitu pula halnya di Bandung, Jawa Barat. Tatkala ada kabar bahwa pihak Sekutu yang telah mengambil alih kekuasaan dari Jepang itu akan kembali datang untung segenap rakyat dan para tentara pejuang yang pada saat itu dikenal dengan nama TRI (Tentara Repoeblik Indonesia), bersiap diri untuk melawan dan menghadangnya. Karena mereka tidak ingin jika negara atau kota tempat tinggalnya kembali direbut dan diduduki. Sehingga, ketika para tentara Sekutu itu kemudian benar-benar kembali datang, maka dengan sekuat tenaga dan kemampuan persenjataan yang dimiliki, mereka berupaya melawan.
Namun, demi mengetahui akan adanya upaya-upaya perlawanan yang sedemikian gigih dan berani dari segenap rakyat dan para tentara di Bandung, maka Mayjen D.C. Hawnthorm, selaku Panglima Divisi ke 23 dari Sekutu, pada akhirnya menunjukkan sikap keimperialisannya.
Dimana, ia meminta semacam dukungan dari panglima besar tertingginya yang ada di Jakarta, agar pihaknya mengeluarkan semacam Surat Peringatan atau ultimatum, agar segenap rakyat dan balatentara yang ada di Bandung itu mau melucuti senjata dan mengosongkan kotanya. Yakni, terhitung semenjak tanggal 24 Maret 1946 pukul 12:00 WIB, dengan radius 11 kilometeran. Dan bilamana hal itu tidak bisa dipenuhi, maka seluruh kawasan kota akan mereka gempur habis-habisan.
Mendapati berita ancaman (ultimatum) yang keras itu, tentu saja segenap rakyat dan para petinggi pemerintahan yang ada di Bandung sempat merasa resah. Mereka sangat tidak ingin jika kota ataupun negaranya itu, kembali direbut atau diduduki oleh penjajah. Mereka pun sangat tidak ingin jika semua kawasan itu nantinya akan diserang dan dihancurkan, jika perintah untuk mengosongkan Kota Bandung itu tidak bisa mereka penuhi.
Namun, setelah para petinggi pemerintahan dan juga Panglima Divisi Ill TRI yang pada saat itu dijabat oleh Kolonel A.H. Nasution melakukan perundingan, maka didapat sebuah putusan rencana perlawanan yang sangat menantang. Yaitu, bahwa seluruh kawasan Kota Bandung dalam radius 11 kilometer, sebagaimana yang diminta, bisa mereka kosongkan. Namun keadaannya, tidaklah pula akan dibiarkan tetap utuh. Maksudnya, hanya demi menuruti perintah ultimatum dari Sekutu itu, maka mereka akan berpura-pura untuk memenuhinya. Hanya, seluruh tempat dan sarana yang ada dengan sengaja akan mereka musnahkan dengan cara dibakar atau dibumihanguskan. Hal itu sebagai simbol dari perlawanan juga adalah agar semua tempat dan gedung gedung yang ada nantinya tidak bisa ditempati (dimanfaatkan) oleh penjajah.
Setelah mendapatkan putusan rencana itu, maka dengan didorong oleh jiwa dan rasa semangat perjuangan yang besar, mereka pun lantas melaksanakannya. Dengan penuh keberanian dan juga kesukarelaan, segenap rakyat dan laskar tentara kita akhirnya mulai membakar gedung dan rumahnya sendiri, lantas meninggalkannya. Tatkala langkah-langkah kaki mereka itu kemudian telah sampai ke tempat pengungsian, maka seluruh kawasan yang ada di dalam Kota Bandung berubah menjadi kobaran api yang menyala-nyala. Peristiwa sejarah itu pun kemudian dikenal dengan sebutan “Bandung Lautan Api”. Pada saat itulah sebuah lagu pengobar semangat perjuangan yang berjudul ‘Halo Halo Bandung’ lahir atau tercipta.
Sosok Moch. Toha
Demi melihat perlawanan dan keberanian segenap penduduk asal Kota Bandung, maka tentu saja rasa kesal dan marah dari pihak Sekutu pun kian tidak tertahankan lagi. Sehingga, tatkala mengetahui bahwa seluruh rakyat dan para tentaranya telah pergi menyingkir, maka dengan sangat brutainya mereka kemudian mengejar dan menggempurnya.
Hingga tidak pelak, jika di sepanjang perjalanan untuk mengungsi, puluhan bahkan ratusan korban dari kalangan rakyat dan tentara pejuang Kita berjatuhan. Namun demikian, semangat perlawanan dari mereka-mereka itu tidak memudar. Setelah peristiwa kepahlawanan “Bandung Lautan Api” yang terjadi pada tanggal 24 – 25 Maret 1946 itu berlalu, pertempuran-pertempuran yang hebat antara laskar pejuang dan pasukan Sekutu belum juga berakhir. Bahkan, sempat berlangsung hingga berbulan-bulan.
Dan, di antara sosok pejuang (tentara) yang saat itu semangatnya sangatlah gigih dan berani dalam melawan dan meladeni serangan-serangan brutal dari penjajah, adalah seorang pemuda yang bernama Mochammad Toha. Dimana, beliau merupakan seorang anggota prajurit atau tentara dari Laskar Barisan Repoeblik Indonesia (BRI), yang masih merupakan bagian dari wadah kesatuan TRI, yang kemudian menjadi cikal bakal dari lahirnya Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dan pangkat atau jabatan terakhir yang disandangnya adalah sebagai Komandan pada Kesatuan Milisi Penggempur dan Perang-Perang Gerilya.
Moch. Toha tokoh pejuang lahir pada tahun 1927, dari seorang ayah asal Bandun yang bernama Suganda dan ibunya yang as Bogor, bernama Nariah. Pada saat menginji usia 2 tahun, ayah Moch. Toha itu dikabark sempat meninggal. Sehingga ia menjadi seorang anak yatim pada usianya yang masih sangat balita. Meski ibunya kemudian sempat dinikah oleh adik dari almarhum ayahnya sendiri, yaitu yang bernama Sugandi, namun tidak lama kemudian mereka pun akhirnya bercerai. Moch. Toha kecil diambil dan dirawat oleh kakek dan neneknya hingga dewasa.
Saat menginjak usia 7 tahun, Moch. Toha sempat bersekolah di bangku sekolah dasar. Namun karena terjadi Perang Dunia ke Il, maka sekolahnya harus pula terhenti, pada saat dirinya baru duduk dibangku kelas 4. Hanya, sebelum pada tahun 1945 itu dirinya ikut bergabung sebagai anggota laskar tentara, Moch. Toha sebelumnya ikut bekerja sebagai teknisi pada sebuah perusahaan bengkel kendaraan milik seorang Jepang, hingga dirinya sangat fasih berbahasa Jepang. Dia ikut bergabung sebagai anggota TRI saat usianya baru menginjak usia 18 tahunan.
Karena didorong oleh tekad dan semangat untuk bisa melawan, dan bisa menghentikan serangan-serangan brutal dari penjajah, beliau berani melakukan upaya perlawanan dengan cara ‘bunuh diri’.
Dengan hanya berbekal sebuah senjata dan dinamit kecil di tangannya, beliau menyusup ke dalam gudang amunisi dan persenjataan yang dijaga sangat ketat. Bersamaan dengan meledaknya ribuan butir peluru yang ada di dalam komplek gudang itu, dirinya pun ikut terkoyak hancur. Peristiwa sejarah yang sempat menggemparkan semua orang itu terjadi pada sekitar bulan Juli 1946. Atau, empat bulan setelah terjadinya peristiwa BLA itu.
Pasca meledaknya gudang amunisi milik Sekutu yang ada di kawasan Dayeuhkolot, Bandung Selatan itu, pihak Sekutu mulai mengurangi serangan-serangannya. Sebab, gudang amunisi yang dihancurkan oten Moch. Toha itu adalah merupakan gudang induk persenjataan mereka yang berada di Kawasan Timur Priangan Jawa Barat). Kemudian mereka terus mendapatkan serangan dan cara-cara perlawanan yang serupa dari segenap rakyat dan laskar tentara yang ada di seluruh penjuru negeri ini, maka dengan secara pasti dan perlahan, mereka pun akhirnya menyatakan kekalahannya. Dan dengan secara penuh, mengakui Kedaulatan Negeri ini. Yakni, pada bulan Januari 1949. Atau, setelah ditandatanganinya Persetujuan Renville.
Sementara, oleh karena keberanian dan jasa pengorbanan yang sedemikian besar itu, maka oleh segenap warga di Bandung nama Moch. Toha pun selain diabadikan sebagai sebuah nama jalan raya yang membentang dari pusat kota hingga ke ujung paling selatan Kota Bandung, sosoknya pun kini tetap dikenang dan diabadikan dalam sebuah bangunan monumen pengenangan sejarah yang khusus, yang berada di titik kawasan dimana dahulunya beliau gugur.
Bahkan, agar nama dan jasa pengorbanannya bisa dikenal dan dihargai secara nasional, maka pihak DPRD dan pemerintahan daerah setempat hingga kini masih pula terus memperjuangkan, agar nama Moch. Toha bisa dicatat dan ditetapkan sebagai seorang pahlawan.
Harta Karun dan Benda Pusaka
Kini, setelah 69 tahunan peristiwa yang sangat bersejarah itu berlalu, jiwa dan semangat kepahlawanan tokoh pejuang Moch. Toha, masih terus dikenang dan dihargai. Pada setiap tahunnya pihak pemerintahan daerah dan juga warga setenipat senantiasa mengingat dan mengcelorakan kembali jasa dan semangat perjuangannya dengan acara rutin, biasanya akan sekaligus dirangkaikan dengan peringatan hari kepahlawanan “Bandung Lautan Api” (BLA) yang jatuh pada setiap tanggal 24 Maret. Selain diadakan acaraacara seremonial pengenangan sejarahnya, mereka biasanya akan melakukan semacam perjalanan napak tilas ataupun ziarah ke tempat-tempat dimana para tokoh pejuang itu dahulunya sempat singgah ataupun gugur. Termasuk ke titik lokasi dimana tokoh pejuang Moch. Toha itu melakukan aksi nekadnya.
Di antara titik-titik tempat yang kerap dijadikan sebagai lokasi khusus untuk pengenangan peristiwa BLA serta singgah dan gugurnya para tokoh pahlawan pejuang itu, adalah Monumen Tugu Bandung Lautan Api yang ada di Tegal Lega, Monumen Tugu Perjuangan ’45 di Bale Endah dan Monumen Kepahlawanan Moch. Toha di Dayeuhkolot.
Monumen Tugu Bandung Lautan Api atau sering juga disebut “Monumen Tugu Api” yang ada di kawasan Tegal Lega, merupakan monumen pengenangan peristiwa BLA yang utama. Karena dahulunya di titik inilah segenap rakyat dan para tentara pejuang yang ada di Kota Bandung itu sempat merencanakan dan sekaligus memulai aksinya.
Sementara di Monumen Tugu Perjuangan ’45 yang ada di Bale Endah, adalah merupakan kawasan yang dahulunya sempat dimanfaatkan oleh para tentara dan segenap rakyat pejuang yang terlibat dalam peristiwa kepahlawanan BLA itu, sempat singgah dan mengungsi. Karena, kawasan yang jaraknya sekitar 20 Kilometeran dari pusat Kota Bandung ini dahulunya merupakan kawasan pegunungan yang cukup lebat.
Sehingga sangat aman sekali untuk disinggahi dan dijadikan sebagai tempat mengungsi, Dari lokasi inilah segenap petinggi TRI dan pejabat pemerintahan Kota Bandung, sempat melakukan pengawasan dan sekaligus pengaturan strateginya. Sedangkan, di titik lokasi dimana tokoh pejuang Moch. Toha itu dahulunya gugur, selain dibangun sebuah tugu monumen, juga di sana pun sekarang masih nampak pula ada sebuah lobang ataupun kolam yang sangat dalam dan luas, terbentuk akibat dari meledaknya gudang amunisi dan persenjataan saat itu.
Sementara itu, dari penelusuran yang dilakukan oleh reporter Majalah Misteri yang bertugas di Bandung, ternyata di balik kebesaran nama tokoh pejuang Moch. Toha inipun, tersiar pula akan adanya beritaberita mistik yang menarik. Dimana salah satunya ada yang menyebutkan, bahwa di titik lokasi yang kini telah dibangun menjadi tugu monumen tersebut, sesungguhnya terpendam pula benda-benda pusaka dan bahkan juga harta karun.
Adalah Kusmayadi (42), seorang penduduk asal Perkampungan Dayeuhkolot yang untuk pertama kalinya sempat mengabarkan tentang adanya timbunan dan aktifitas perburuan benda-benda pusaka di lokasi bekas pengungsian dan gugurnya Moch. Toha tersebut. Dan ia mendapatkan berita nyelenehnya itu, diberitahu secara langsung oleh seorang ahli supranatural kenalannya.
“Memang benar Kang, di kawasan bekas pengungsian dan gugurnya pejuang Moch. Toha itu, tersiar kabar adanya timbunan dan sekaligus aktifitas perburuan bendabenda pusaka. Karena konon di sana itu, kini terpendam sejumlah barang yang berbentuk pusaka dan bahkan juga harta karun. Di mana yang dahulunya, adalah merupakan milik dari sang tokoh pejuang itu!” Tuturnya, dengan mimik muka yang serius.
Diceritakan lebih lanjut, bahwa bendabenda mistik yang kini terpendam dan tengah menjadi bahan perburuan itu, ada yang berupa keris, kujang, pakaian dan kain selendang. Dimana keberadaan bendabenda tersebut, adalah diyakini terpendam di dua titik tempat yang ikhwal cerita sejarahnya sangat berkait erat dengan jejak kepahlawanan dari sang tokoh pejuang Moch. Toha itu. Yaitu, di kawasan Monumen Tugu Perjuangan ’45 yang ada di Bale Endah dan di Monumen Kepahlawanan Moch. Toha yang ada di Dayeuhkolot.
Abah Toyib (54) seorang ahli supranatural asal Garut, saat diminta untuk bisa menjelaskan secara lebih jauh mengenai kebenaran berita tentang adanya timbunan dan sekaligus perburuan benda-benda pusaka di kawasan kedua monumen tersebut, dengan sangat antusias sempat pula meresponnya. Bahkan untuk bisa lebih meyakinkan Misteri pun ditawari untuk bisa melihat gambaran dalam sebuah ritual yang khusus digelar untuk melakukan pembuktian.
Misteri dan beberapa orang lainnya sempat diberi kesempatan untuk bisa melihat wujud benda-benda mistik tersebut. Yaitu di dalam sebuah wadah besar yang berisi air, dengan sangat jelasnya kami bisa melihat adanya penampakan sejumlah benda yang tengah menjadi fokus pembicaraan itu. Ada sebuah pusaka yang berbentuk kujang, baju tanpa lengan (rompi) dan lipatan kain yang berwarna hijau.
Konon kesemua benda tersebut dahulunya merupakan benda-benda bertuah yang sempat dipakai ataupun dibawa oleh Moch. Toha itu. Sehingga, karena tuahnya itu, konon beliau sempat beberapa kali luput dari maut. Salah satunya yaitu pada saat melakukan aksi nekad “bunuh dirinya . Karena, konon Moch. Toha itu sesungguhnya tidaklah mati (gugur) pada Saat melakukan aksi meledakkan gudang peluru yang ada d Dayeuhkolot tersebut.
Masih menurut keterangan Abah bahwa setidaknya sehingga sekarang masih ada empat atau lima orang pelaku yang pada sepanjang harinya masih terus berupaya untuk bisa mengangkat dan mendapatkan benda-benda pusaka milik Moch. Toha itu. Mereka itu ada yang dari Banten dan Cirebon. Karena konon benda-benda pusaka milik Moch. Toha itu, tidak hanya akan bisa didapatkan oleh orang-orang yang asalnya dari Bandung saja, bisa didapatkan oleh siapa pun. Asalkan, yang memiliki kemampuan untuk mendapatkannya.
Masih menurut penuturan laki-laki ini, bahwa sebelumnya ia pun sebenarnya merasa tidak tahu sama sekali, kalau di kawasan monumen bekas pengungsian dan perjuangan Moch. Toha itu ada aktifitasaktifitas mistik perburuan barang-barang pusaka. Karena secara tiba-tiba saja naluri dan kemampuan supra gaibnya itu sempat menangkap adanya aktifitas-aktifitas mistik yang super heboh tersebut, hingga dirinya tertarik untuk menelisiknya.
Kawasan Mistik
Sedangkan dari penelusuran langsung yang dilakukan oleh Misteri ke titik-titik lokasi, nyatanya semua hal yang sempat disampaikan oleh para narasumber yang di awal itu, bisa dikatakan nyaris benar adanya. Sebab, ketika Misteri pada suatu sore mencoba mendatangi lokasi Monumen Tugu Perjuangan ’45 yang ada di Bale Endah, di balik semak belukar yang ada di bagian belakang monumen yang berdiri di kawasan kaki gunung itu, sempat dipergoki adanya seseorang yang tengah duduk bersila. Dan ia nampak tengah khusuk berwirid (berdoa). Sementara di bagian depan lakilaki 40 tahunan itu, ada sehelai kain putih yang terhampar di tanah dengan sejumlah bunga dan sesajian. Entahlah apa yang dilakukannya?! Ketika orang itu sempat mengetahui kedatangan penulis, maka dengan sangat cepatnya Ia berdiri serta kemudian memandang tajam seraya berucap,
“Hei, siapa kalian? Dan mau apa kesini? Sana!!!”
Demi mendapati ucapan kemarahan yang sedemikian itu, maka Misteri secepatnya berlalu dari sana. Kami tidak ingin melayani kemarahan orang itu, karena tidak mau adanya kesalahpahaman.
Kemungkinan dia adalah salah seorang pelaku perburuan benda-benda pusaka milik Moch. Toha.
Dijelaskan lebih lanjut, bahwa konon setelahnya kawasan tersebut dibangun menjadi monumen, sesungguhnya sempat banyak pula orang-orang luar yang sengaja datang dan memanfaatkannya. Yaitu, sebagai lokasi pembuangan barang dan benda-benda pusaka yang sudah tidak dibutuhkannya lagi. Atau bahkan juga, para makhluk gaib peliharaannya itu. Oleh karenanya di kawasan ini, sekarang banyak sekali bendabenda ataupun makhluk-makhluk gaib tidak bertuan, yang dahulunya merupakan khodam-khodam dari benda pusaka yang telah dibuang itu.
“Bahkan, di lokasi inipun kini sempat pula bercokol sesosok makhluk astral jenis siluman yang berwujud seekor kera berkulit putih. Dimana konon, dialah makhluk gaib yang kini dianggap paling berkuasa di sini!” Imbuhnya, seraya menunjuk sebuah batu yang disinyalir sebagai tempat bercokolnya makhluk gaib tersebut.
Kang Yoyo mengatakan, bahwa barang-barang pusaka yang Kini tengah ramai diperbincangkan itu, tidak lain sesungguhnya adalah merupakan pakaian atribut (pelengkap) yang dahulunya sempat dipergunakan oleh Moch. Toha pada saat perang (berjuang).
Seperti, yang dimaksudkan dengan rompi atau baju tanpa lengan, yang tidak lain menurutnya adalah hanya merupakan sebuah kaos dalam (t-shirt) yang biasa dipakai Moch. Toha di balik baju tentaranya. Konon, kaos tanpa lengan yang warnanya kecoklat-coklat itu merupakan baju warisan yang dahulunya sempat didapatkan dari keluarga ibunya yang berasal dari Bogor. Sedangkan yang dimaksud dengan kain selendang, tidak lain adalah merupakan sejenis kain shal (Sunda: lasduk) yang dipakai Moch. Toha dibagian lehernya. Konon tuah dari kain selendang yang warnanya hijau itu, sebagai pelindung ataupun ajimat untuk berperang.
“Kain selendang inilah yang kini tengah diperebutkan. Pada malam-malam tertentu, terkadang keberadaan kam pusaka ini bisa nampak terbang melayang-layang antara dua lokasi monumen yang jaraknya berjauhan itu. Yaitu, antara Monumen Tugu Perjuangan yang ada di Bale Endah dan Monumen Mochammad Toha ini!” Jelasnya.
Sedangkan mengenai berita keberadaan harta karun yang tertimbun di bekas lokasi perjuangan Moch, Toha itu, Kang Yoyo yang sedari siang hingga malam hari itu sempat menelaah kebenarannya, dengan sangat yakin mengatakan bahwa konon timbunan harta gaib itu bukanlah merupakan bagian peninggalan dari Moch, Toha. Melainkan harta itu merupakan pendamanan dari masamasa yang sebelumnya. Sebagaimana hasil pengumpulan informasi dan juga penelaahan batinnya itu, bahwa konon dahulunya kawasan itu adalah juga merupakan lokasi pusat mistik yang sangat terkenal. Yaitu, pada saat-saat masih dijadikannya kawasan itu sebagai pusat Ibukota Kabupaten.
Karena, sebelum berpindah ke kawasannya yang sekarang, konon Ibukota Kabupaten Bandung itu, pada awalnya adalah berpusat di Dayeuhkolot. Yakni, dari sekitaran tahun 1641 hingga 1794. Bahkan, dari sebuah informasi yang didapat, bahwa konon dahulunya sebelum kawasan itu dimanfaatkan oleh pihak Sekutu (penjajah) sebagai lokasi gudang amunisi dan persenjataan, tempat itu juga merupakan kawasan pusat mistik yang sangat keramat. Karena di sana, dahulunya ada sebuah makam petilasan keramat dari seorang tokoh leluhur yang sangat terkenal di Tanah Sunda, yakni Eyang Dipati Ukur. Dan konon makam petilasan itu dahulunya sempat ada, lokasi persisnya tidak lain adalah berada tepat di titik lokasi dimana bangunan patung dan monumen Moch. Toha itu sekarang berdiri. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)