Kisah Kyai Pamungkas

Kisah Mistis: ARWAH KORBAN TABRAK LARI

Kisah Mistis: ARWAH KORBAN TABRAK LARI

ARWAH KORBAN TABRAK LARI ITU MERASUK KE TUBUH SESEORANG. DAN KEMUDIAN DIA MEMANDUNYA UNTUK MENDATANGI SI PELAKU TABRAK LARI. ANEHNYA, SI PELAKU LANGSUNG KETAKUTAN SETENGAH MATI…

 

FENOMENA kesurupan atau kerasukan makhluk gaib sering kita jumpai di tengah masyarakat kit. Yang lebih unik lagi, kesurupan sering terjadi pada kaum Hawa. Di balik kejadian kesurup memang tersembunyi sebuah misteri, kejadian yang dialaminya. Dari beberapa kasus kesurupan ada yang membuat si korban merasa kesakitan dan tersiksa. Tapi ada pula kesurupan yang korbannya nanya sebagai media atau perantara untuk memberi petunjuk tertentu, seperti yang dialami oleh Jeni (bukan nama sebenarnya). Suatu ketika, dia dirasuki arwah perempuan yang meninggal karena tabrak lari.

 

Bagaimana kejadian sebenarnya? Ikuti kisah Jeni berikut ini seperti yang dituturkan kepada penulis…

 

Malam itu, Jeni pulang dari kantor dengan kondisi lelah bukan main. Hampir sehariah dia mengikuti rapat dengan jajaran manajer di perusahaannya. Seluruh energi dan pikirannya seperti terkuras habis. Ketika meeting berakhir, Jeni bergegas pulang. Rekan-rekannya sempat mengajaknya makan malam, tapi Jeni menolak. Dia ingin segera tiba di rumah untuk tidur dan beristirahat.

 

Jeni membawa mobilnya sendirian membelah gelapnya malam. Untunglah : keadaan jalan raya saat itu lengang, sehingga Jeni bisa sedikit ngebut. Ketika melintas sebuah kawasan sepi, tiba-tiba ada seorang pejalan kaki melintas’di tengah jalan. Jeni sangat kaget dan tak sempat menginjak rem. Tabrakan pun tak bisa dihindari.

 

Jeni sempat merasakan goncangan pada mobilnya saat menabrak orang itu. Terdengar jeritan seorang perempuan, tapi hanya beberapa saat. Jeni lalu menghentikan mobilnya. Wajahnya jadi pucat pasi. Jantungnya berdebar-debar diliputi rasa takut dan was-was.

 

Ya, Tuhan! Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan? Matikah orang yang kutabrak tadi? Batinnya resah.

 

Jeni tak berani turun dari mobilnya, karena takut kalau nanti ada yang melihat kejadian tadi. “Bisa-bisa aku diamuk massa,” batinnya lagi. Tak ingin mengambil risiko Jeni segera melajukan mobilnya dengan kencang dan meninggalkan korban yang ditabraknya tadi di tengah jalan. Ditepiskannya rasa bersalah yang berkecamuk dalam hatinya.

 

Sesampainya di rumah, Jeni segera memasukkan mobilnya ke dalam garasi dan memeriksa bempernya. Aneh, tidak ada yang rusak dan penyok pada bodi depan. Lampu mobil juga tidak pecah. Padahal tadi tabrakan itu cukup keras. Dia yakin, paling tidak ada percikan darah korban yang menempel pada bodi mobil. Tapi sungguh, semuanya masih mulus dan tidak ada goresan sedikitpun.

 

Untuk beberapa saat, Jeni dibuat bingung. Perasaan gugup dan tegang masih menyelimuti hatinya. Tapi Jeni tak ingin dibuat pusing. Dia segera masuk ke dalam kamar, membersihkan tubuh dan kemudian meringkuk di atas tempat tidur.

 

Ajakan makan malam dari kedua orangtuanya bahkan dia ditolak dengan halus, Dia beralasan sudah makan, padahal belum. Dalam keadaan seperti ini, Jeni tidak berselera makan.

 

Memang, Jeni tidak berniat menceritakan peristiwa yang dialami tadi pada kedua orang tuanya. Bisa-bisa mereka shock dan khawatir. Jeni akan menunggu perkembangannya.

 

Dia berharap tidak ada yang melihatnya ketika menabrak pejalan kaki tadi. Jeni sangat takut bila sampai kejadian ini diselidiki oleh polisi dan dia sebagai penabrak harus: mempertanggungjawabkan perbuatannya. Bisa-bisa dia nanti masuk penjara.

 

Oh, tidak! Jeni diliputi ketakutan amat sangat. Dia tidak tahu, apakah orang yang ditabrak tadi masih hidup atau sudah mati? Jeni hanya bisa menduga-duga. Perasaan bersalah menghujam batinnya.

 

Malam itu, Jeni tidak bisa tidur nyenyak. Bayangan perempuan yang telah ditabraknya menghantuinya. Jeni takut bukan main.

 

Esok paginya, Jeni menelpon Herman. Dia meminta kekasihnya itu untuk menjemput dan mengantarnya ke kantor. Karena dia beralasan kalau mobilnya ngadat, maka, Herman pun datang menjemputnya.

 

Ketika mereka melewati jalan di mana terjadi tabrakan semalam, Jeni meminta Herman melambatkan mobilnya. Biasanya jika ada kecelakaan lalu lintas, situasi di tempat kejadian akan ramai oleh orang, tapi suasana di tempat itu sepi.

 

“Mungkin semalam korban sudah dipindahkan dan bekas kejadian dibersihkan?” Batin Jeni menduga. Dia menarik nafas dalam. Hatinya sedikit lega, karena semalam dirinya tidak dicari polisi.

 

Sesampai di kantor, Jeni mencoba memperlihatkan sikap biasa. Dia menyibukkan dirinya dengan pekerjaan dan melupakan kejadian semalam.

 

Namun siangnya, ketika Jeni di dalam ruangan kerjanya sedang memeriksa berkasberkas, tiba-tiba dia dikejutkan oleh suara benda terjatuh. Jeni segera menoleh. Ternyata vas bunga di atas meja sudut terjatuh. Dia mengerutkan alisnya. Bagaimana mungkin vas itu bisa jatuh, padahal tidak ada angin atau sesuatu yang menyenggolnya?

 

Saat Jeni dibuat bingung oleh kejadian itu, tiba-tiba lemari tempat menaruh arsip bergoyang-goyang seperti ada gempa. Tapi di tempat duduknya Jeni tidak merasa bergoyang-goyang.

 

Wajah Jeni pucat pasi. Sesosok bayangan perempuan memakai gaun putih, wajah pucat, dan rambut terurai panjang, dengan aneh tiba-tiba muncul dari balik dinding. Tubuh perempuan itu melayang-layang di udara. Jeni sangat shock dan ketakutan. Dia ingin menjerit, tapi lidahnya seperti kaku.

 

Karena ketakutan yang teramat sangat, akhirnya dia jatuh pingsan. Ketika sadar, di sekitarnyasudah banyak orang. “Ada apa, Jeni? Apa yang terjadi?” Tanya salah seorang rekannya.

 

“Tuti menemukanmu pingsan di atas kursi,” jelas yang lain.

 

Jeni tidak menjawab pertanyaan temantemannya. Dia tidak yakin, teman-temannya akan percaya dengan apa yang dilihatnya tadi. Mereka bisa menganggapnya paranoid atau takhayul.

 

Akhirnya, Jeni memilih pulang dan istirahat Dia lalu menelpon Herman dan memintanya menjemput di kantor.

 

Kepada kekasihnya itu, Jeni baru mau menceritakan apa yang dilihatnya. Herman sempat tak percaya dan menganggapnya takhayul. Tapi Jeni meyakinkan bahwa dirinya didatangi makhluk halus. Dia yakin, semua ini pasti ada hubungannya dengan perempuan yang semalam ditabraknya. Mungkin perempuan itu mati dan arwahnya menghantuinya.

 

“Kalau begitu, kamu harus mendatangi keluarganya dan meminta maaf. Mungkin karena diliputi rasa bersalah itulah yang membuat kamu dikejar-kejar bayangan perempuan itu?” Cetus Hermas memberi saran.

 

“Tapi, Her? Nanti urusannya jadi panjang. Bisa-bisa aku dilaporkan ke polisi?” Ujar Jeni, khawatir.

 

“Jangan takut, Jen. Nanti aku yang menjelaskannya. Kamu menabrak perempuan itu kan tidak sengaja. Nanti kita upayakan jalan damai dengan memberi santunan kepada keluarganya. Karena bagaimanapun itu musibah!”

 

Ucapan Herman benar. Dia tak bisa terus sembunyi dari kesalahan. Akhirnya Jeni bersedia memenuhi saran kekasihnya.

 

Ditemani oleh Herman, Jeni kembali mendatangi tempat di mana perempuan itu tertabrak. Mungkin dari orang-orang yang berada tak jauh dari tempat kejadian, mereka bisa tahu siapa perempuan malang itu dan di mana tempat tinggalnya.

 

Kebetulan tak jauh dari tempat kejadian, ada warung kecil. Herman segera bertanya pada pemilik warung.

 

“O… perempuan yang kemarin mengalami tabrak lari, to? Namanya Rini. Rumahnya tak jauh dari sini. Kasihan sekali dia, Mas. Hidupnya berakhir dengan cara tragis. Benarbenar tak bertanggungjawab pengendara mobil itu. Dia menghilang setelah menabrak Rini!” Ujar pemilik warung ketika ditanya oleh Herman.

 

“Maaf, Bu. Tadi Ibu bilang kemarin, bukankah kejadiannya semalam?” Cetus Jeni agak bingung.

 

“Bukan semalam kejadiannya, Mbak. Tapi sudah tujuh hari yang lalu!”

 

Herman dan Jeni saling pandang. Mereka tampak bingung. Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi? Bukankah Jeni telah menabrak perempuan itu tadi malam?

 

Untuk meyakinkan kebenaran informasi yang diberikan si pemilik warung, Jeni dan Herman berupaya mencari rumah orang tua wanita malang itu. Tanpa kesukaran yang berarti, mereka dapat menemukan rumah dimaksud.

 

Sementara itu, kedua orang tua Rini kaget ketika didatangi dua orang asing yang tiba-tiba menanyakan soal kematian puterinya. Apalagi Jeni mengaku, semalam menabrak Rini dan didatangi oleh arwahnya. Ibu Rini sempat menangis mendengar kisah ini.

 

“Ya, Allah. Kenapa anakku jadi arwah gentayangan. Kenapa kematiannya tidak tenang,” ucapnya, pilu.

 

“Sabar, Bu. Ini semua cobaan dari Allah SWT. Mungkin ada sesuatu di balik kejadian ini. Selama pengendara mobil yang tidak bertanggungjawab itu tidak mau mengakui kesalahannya, arwah Rini tidak akan tenang. Mudah-mudahan polisi segera menangkap pelaku tabrak lari itu!” Ujar suami si Ibu, menenangkan isterinya.

 

“Maaf, Pak, Bu. Kalau cerita saya tadi mengingatkan Bapak dan Ibu pada kejadian pahit itu. Tapi saya sendiri tak mengerti, kenapa saya didatangi arwah Rini. Jangan-jangan memang ada sesuatu di balik ini!” Ucap Jeni, lirih.

 

Setelah berkata demikian, tiba-tiba Jeni merasa ada angin berhembus dari belakang punggungnya. Jeni merasakan kepalanya pusing dan tiba-tiba saja semuanya berubah gelap. Tapi hanya sesaat dia tak sadarkan diri. Tiba-uba dia menegakkan kepalanya kembali dan memandang dengan sorot mata tajam.

 

“Bapak dan ibu tidak usah khawatir. Saya akan menemukan pelaku tabrak lari itu dan membawanya ke hadapan Bapak dan Ibu!”

 

Kata jeni dengan suara berubah, seperti bukan suaranya sendiri.

 

Herman kaget mendengar ucapan Jeni. Dia menoleh kepada kekasihnya. “Kamu….?” Belum selesai Herman bicara, Jeni sudah menukasnya.

 

“Ayo, Mas. Kita cari orangnya!”

 

Herman hendak memprotes, tapi cekalan | tangan Jeni yang kuat membuatnya tak berkutik. Jeni mengajaknya segera menuju mobil. Ketika sudah berada di dalam mobil, Herman kembali mengungkapkan keheranannya. Ya, jenapa Jeni tiba-tiba menawarkan diri hendak mencari pelaku tabrak lari itu. Padahal Jeni tidak tahu dengan jelas saat peristiwa itu terjadi. Herman juga heran, kenapa Jeni jadi berubah aneh.

 

Semua pertanyaan Herman itu dijawab dengan lugas oleh Jeni.

 

“Kamu tidak usah cerewet. Pokoknya, ikuti saja apa kataku. Kamu harus mengikuti arah yang kutunjukkan!” Ujar Jeni tegas.

 

Herman menelan ludahnya. Saat dia memandang Jeni, wajah kekasihnya itu nampak asing. Herman merasa sesuatu terjadi pada Jeni. Jangan-jangan Jeni kerasukan? Ya! Herman melihat tanda-tanda itu.

 

Tidak biasanya Jeni main perintah dan bersikap kaku. Tapi Herman hanya bisa menyimpan dugaannya, Dia mencoba menuruti apa kata Jeni, meski dalam hatinya ada rasa way, was dan risau.

 

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih setengah jam, akhirnya sampailah mereka di sebuah kompleks perumahan mewah, Jeni meminta Herman menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah.

 

“Rumah siapa ini?” Tanya Herman.

 

“Ini rumah orang yang menabrakku!” Jawab Jeni dengan suara berat.

 

Herman tertegun. Jeni menyebut dirinya seolah korban tabrak lari. Tak salah lagi, dia sedang kesurupan atau kerasukan. Dan apa yang diduga Herman pada akhirnya memang terbukti.

 

Saat mereka masuk ke dalam rumah dan menemui pemilik rumah, salah seorang anak pemilik rumah menjerit-jerit ketakutan melihat kedatangan Jeni. Pemuda itu menuding ke arah Jeni sambil memohon ampun.

 

“Tolong, jangan ganggu aku! Aku bertobat. Aku mengaku salah. Memang aku yang telah menabrakmu. Tapi tolong, jangan temui aku lagi. Aku akan menyerahkan diriku! Hu… hu… hu…” Ujarnya sambil menangis dan bersujud di hadapan Jeni.

 

Keluarga anak muda itu menjadi heran dan bingung. Agar tidak terjadi kesalahpahaman, Herman lalu menceritakan apa yang telah terjadi. Herman yakin, pemuda inilah yang telah menabrak Rini hingga mati. Mungkin dia melihat sosok Rini dalam diri Jeni sehingga menjadi sangat ketakutan.

 

Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, Herman lalu mengajak pemuda itu dan keluarganya menemui keluarga Rini. Herman menjamin bahwa masalah ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Mereka akhirnya bersedia memenuhi permintaan Herman.

 

Sesampai di rumah keluarga Rini, sang pemuda yang pernah menabrak Rini bersujud di hadapan orangtua Rini dan memohon maaf. Dengan jiwa besar keluarga Rini bisa memaafkan pemuda itu. Mereka sudah mengikhlaskan kepergian anaknya dan menganggap semua ini sebagai musibah.

 

Keluarga sang pemuda.kemudian memberikan kompesasi berupa sejumlah uang untuk membantu meringankan beban keluarga Rini.

 

Begitulah peristiwa yang pernah dialami Jeni. Jika mengingatnya, Jeni mengaku serin tak habis mengerti. Bagaimana mungkin dia bisa menunjukkan pelaku tabrak lari, padahal dia tidak pernah melihat kejadian sebenarnya?

 

Jeni sendiri tidak merasa memiliki kemampuan supranatural dalam dirinya, mungkin inilah tanda dari kebesaran Allah SWT. Tidak ada yang mustahil bagi Nya menunjukkan sebuah kebenaran, melalui jalan yang tidak masuk akal manusia sekalipun. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Kisah Kyai Pamungkas: PAGAR MISTIK ANTI KEJAHATAN

Kyai Pamungkas

Kisah Mistis: NYARIS JADI TUMBAL PESUGIHAN GUNUNG SLAMET

Kyai Pamungkas

Kisah Kyai Pamungkas: PESUGIHAN KUNTILANAK

Kyai Pamungkas
error: Content is protected !!