Kisah Kyai Pamungkas

Kisah Mistis: ADOPSI TUYUL KETOS TANPA TUMBAL

Kisah Mistis: ADOPSI TUYUL KETOS TANPA TUMBAL

GAMBARAN TENTANG JOROK DAN SERAMNYA TUYUL SEAKAN-AKAN TERBANTAHKAN DENGAN SEMUA FAKTA INI. KONON, TUYUL TAK LEBIH DARI SOSOK BOCAH MANJA YANG GEMAR DENGAN BERBAGAI JENIS MAINAN. BAGI SIAPA YANG SUDI MENGADOPSINYA, MEREKA JUGA TAK PERNAH MINTA TUMBAL, PELAYANAN SERTA SAJIAN YANG MACAM-MACAM…

 

UNTUK mengadopsi tuyul dari tempat ini, syaratnya harus mengambil sepasang. Maksudnya harus laki-laki dan perempuan. Asal segala bentuk mainan anak-anak yang disukai oleh mereka disediakan, maka dalam kurun waktu satu tahun, sepasang tuyul itu (konon) bisa menghasilkan uang minimal 500 juta. Selain itu, tuyul-tuyul tersebut juga tidak meminta tumbal.

 

Setidaknya, begitulah sas-sus yang sempat terendus oleh penulis saat melakukan investigasi di lokasi keramat tersebut. Seperti apakah sebenarnya yang dimaksud Tuyul Ketos itu? Berikut ini sajian lengkapnya…

 

Ada pameo mengatakan, “Cari rezeki yang haram saja susah, apalagi yang halal.” Agaknya, memang banyak orang yang telah terjebak oleh dalil yang salah kaprah ini. Kesalahkaprahan ini juga yang membuat mereka nekad menempuh jalan sesat demi mendapatkan harta berlimpah.

 

Mungkin bagi kalangan birokrat dan politisi, untuk mendapatkan harta secara instan, bisa ditempuh dengan cara melakukan korupsi. Bagi mereka yang berada di luar lingkaran birokrasi salah satunya adalah dengan mencari pesugihan. Seperti juga para koruptor yang mencekik leher rakyat, hal ini tentu saja hanya dilakukan oleh mereka yang telah buta mata hatinya. Apalagi, cara pintas mendapatkan kekayaan lewat pesugihan tak ada hukum positif yang melarang atau mampu menjeratnya.

 

Karena itu, para pelaku cukup mempertanggung jawabkan perbuatannya dihadapan Tuhan jika kelak sudah tiba saatnya. Dan yang lebih ironis lagi, tak sedikit para pelaku pesugihan menjadikan agama, bahkan Tuhan sebagai kedok perbuatannya.

 

Nah, salah satu tempat yang banyak didatangi orang yang telah gelap mata hatinya itu adalah Pesugihan Tuyul Ketos. Kerajaan tuyul ini berada di bawah naungan pohon Ketos, yang secara administratif masuk dalam wilayah Desa Bero, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Tak ada akses angkutan umum yang menuju desa ini.

 

Praktek operasi mengadopsi tuyul di tempat ini memang sangat terselubung. Ibarat oknum dokter yang melakukan praktek aborsi. Lebihlebih, lingkungan di mana kerajaan Tuyul Ketos ini berada, masyarakatnya memang cukup agamis.

 

Menurut juru kunci kerajaan Tuyul Ketos Dahono, 45 tahun, ada syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi bagi mereka yang ingin mengadopsi Tuyul Ketos. Pertama, pelaku harus datang di malam Jum’at. Setelah itu, pelaku juga wajib menyediakan beberapa macam sesaji. Di antaranya, menyediakan nasi gurih, ayam panggang kampung, pisang raja serta nasi golong.

 

Ada lagi jenang merah, jenang putih dan – jajan pasar. Belum lagi kembang setaman, candu, dupa serta sesaji lainnya termasuk minyak wangi khusus. Namun biasanya, para pencari pesugihan di tempat ini menyerahkan sepenuhnya masalah sesaji kepada juru kunci. Jika hal tersebut kemauan dari pelaku, maka pelaku diharuskan menyediakan uang sebanyak Rp. 4 juta. Uang sebanyak itu sudah termasuk mahar serta jasa buat juru kunci.

 

Jika semua perlengkapan untuk ritual mengadopsi tuyul sudah tersedia, pelaku dapat langsung melakukan ritual di bawah pohon Ketos di mana ribuan tuyul bersemayam.

 

Setelah prosesi ritual usai, pelaku dapat langsung pulang ke rumah dengan membawa dua bantal guling kecil, plus satu bantal kecil yang sebelumnya juga sudah diberi mantra oleh juru kunci. Bantai guling inilah, yang nantinya digunakan tidur oleh dua tuyul yang telah diadopsi oleh si pelaku. Biasanya, bantal guling tersebut diaunakan istirahat tuyul seusai menjalankan aksinya.

 

“Syarat berikutnya pelaku harus melakukan ritual sebanyak tujuh malam Jum’at di rumah pelaku sendiri. Jika ritual tujuh malam Jum’at sudah dilakukan, masih ada syarat lain yang masih harus dipenuhi oleh pelaku. Salah satunya, pelaku tidak boleh marah-marah kepada siapa pun selama 40 hari.

 

Sebagai syarat khusus terakhir, pelaku harus menyediakan kamar khusus buat tuyul peliharaannya, termasuk sebuah lemari. Lemari inilah yang digunakan oleh tuyul meletakkan uang hasil operasinya.

 

Asal permintaan tuyul berupa mainan seperti layaknya mainan anak-anak selalu dipenuhi oleh sang majikan, maka dalam kurun waktu satu tahun, paling tidak dua tuyul yang diadopsi oleh pelaku mampu menghasilkan uang tunai sekitar Rp. 500 juta.

 

“Jadi syaratnya cuma itu. Bohong kalau harus menyusui seperti yang kita lihat di sinetron. Tidak benar itu. Mana ada tuyul mau minum susu manusia. Dia kan dari bangsa gaib, jadi tidak perlu makan seperti kita. Kalau mainan memang dia memerlukannya,” jelas Dahono kepada penulis.

 

Lalu, bagaimana jika pelaku sudah merasa cukup kaya dan ingin bertabat serta bermaksud memulangkan tuyul peliharaan yang telah mereka adopsi?

 

Masih menurut Dahono, jika pelaku bermaksud memulangkan tuyul yang telah diadopsinya, maka harus mengadakan apa yang disebut sebagai Ritual Pulang di pohon Ketos keramat itu.

 

“Banyak yang seperti itu. Biasanya pelaku yang merasa sudah kaya dan ingin bertobat, memulangkan tuyul peliharaannya ke sini. Ya, mereka harus melakukan ritual pemulangan,” imbuh juru kunci yang menggantikan ibunya, Kadikem, yang meninggal satu tahun lalu.

 

Jika prosesi ritual pemulangan sudah dilakukan, maka secara otomatis, hubungan pelaku dengan Kerajaan Tuyul Ketos, telah terputus. Dengan begitu, pelaku tak akan lagi mendapatkan uang dari hasil operasi tuyul yang dipeliharanya. Sedangkan harta yang pernah didapat, tetap menjadi milik pelaku.

 

Pertanyaan yang menarik, siapa sebenarnya penguasa gaib kerajaan Tuyul Ketos yang berada di pohon ketos yang membawahi ribuan tuyul ini?

 

Menurut kuncen, untuk mengetahui siapa sebenarnya penguasa gaib kerajaan Tuyul Ketos, maka harus membedah sejarah kerajaan Kahuripan yang berlanjut ke kerajaan Kediri di Jawa Timur di abad XI yang lampau.

 

Setelah raja Kahuripan, Airlangga, mengundurkan diri untuk menjadi Brahmana, kerajaan Kahuripan kemudian dibagi dua untuk kedua orang puteranya. Yang sebelah timur diberi nama kerajaan Jenggala, sedangkan yang sebelah barat diberi nama kerajaan Daha, atau yang kemudian lebih dikenal dengan nama Kediri.

 

Namun rupanya, gaung kerajaan Jenggala kalah tenar jika dibandingkan Kediri, terutama ketika pecah perang saudara karena perebutan perluasan wilayah. Perang ini terjadi antara tahun 1042-1222.

 

Tidak kurang dari dua belas raja yang pernah memerintah di kerajaan Kediri. Termasuk Kameswara | yang memerintah di Kediri mulai tahun 1115-1130. Saat pemerintahan Kameswara ini, seorang Mpu bernama Dharmaja berhasil menyelesaikan karangan kitabnya yang bernama, Smaradahana. Buku ini menceritakan kisah cinta antara Kameswara dengan isterinya yang berasal dari Jenggala. Kisah cinta inilah yang oleh masyarakat Jawa Timur lebih dikenal dengan nama Ande-Ande Lumut.

 

Seterusnya, setelah mangkat, Kameswara digantikan oleh Jayabaya (1130-1160). Raja Kediri yang paling kesohor ini terkenal akan ramalannya atau yang lebih dikenal dengan Jangka Jayabaya.

 

Zaman Jayabaya merupakan zaman keemasan kerajaan Kediri. Selain mampu memerintah dengan bijak, pada zamannya juga terlahir dua buah buku sastra yang cukup terkenal, yakni Bharata Yudha yang ditulis oleh Mpu Sedah yang kemudian diteruskan Mpu Panuluh, serta sebuah buku lagi yang berjudul Gatotkaca Sraya yang ditulis oleh Mpu Panuluh.

 

Setelah Jayabaya mangkat, tak diketahui secara pasti kelanjutan sejarah kerajaan Kediri. Sedangkan raja Kediri yang terakhir memerintah adalah Kertajaya, yang memerinta hingga tahun 1222.

 

Pada saat pemerintahan Kertajaya inilah, di orang cucu dari Jayabaya yang juga keponakannya.

 

Semasa hidupnya, pasangan suami isteri ini dikenal sebagai spiritual ulung yang mewarisi ilmu dari kakeknya, Prabu Jayabaya. Bersamaan dengan mengabdinya dua cucu Jayabaya ini, tiba-tiba Kediri diserang oleh Ken Arok dari kadipaten Tumapel.

 

Setelah berhasil mengalahkan Kediri, kemudian Ken Arok menjadi raja baru di Tumapel. Nama Tumapel kemudian diubahnya menjadi Singosari, sekarang Malang, Jawa Timur. Ken Arok sendiri, setelah naik tahta di Singosari, kemudian bergelar Sri Rajasa.

 

Karena Kediri telah luluh lantak inilah maka kemudian Ki Bondo dan Nyi Bondo memilih menyingkir ke arah barat. Mula-mula, dalam pelariannya, kedua cucu Jayabaya ini memilih tinggal di Gunung Lawu yang kini menjadi perbatasan antara Jawa Timur darr Jawa Tengah.

 

Kemudian, mereka turun gunung untuk melanjutkan perjalanannya ke arah barat. Hingga pada akhirnya, kedua orang tersebut sampailah di bukit Sigedang, Klaten, Jawa Tengah.

 

Lagi-lagi, setelah menetap di Gunung Sigedang tak berapa lama, pasutri ini kembali turun gunung untuk melanjutkan perjalanannya ke arah selatan. Dan akhirnya sampailah mereka di sebuah hutan belantara yang kala itu penuh dengan rimbunan pohon Ketos. Karena merasa cocok dengan tempat barunya, kemudian kedua cucu Prabu Jayabaya ini memilih untuk menetap di sana dan menjadi pertapa.

 

Selain menjadi pertapa, dua orang cucu Jayabaya ini juga menjadi penguasa makhluk halus yang tinggal di hutan Ketos. Terutama, konon dari bangsa tuyul. Maklum, seperti yang diterangkan di atas, kedua orang ini merupakan spiritualis ulung yang mewarisi ilmu kakeknya. Jadi tak mengherankan, jika mereka mampu menaklukkan demit yang tinggal di nutan Ketos. Apalagi dari bangsa tuyul yang terkenal sebagai makhluk yang paling jinak.

 

Saat menjelang hari tuanya, mereka kemudian melakukan tapa brata mencari kesempurnaan. Hingga pada akhirnya, raga keduanya mukswa. Bersamaan dengan hilangnya raga kedua orang tersebut, di lokasi tempat mereka mereka mukswa itu kemudian tiba-tiba tumbuh pohon ketos baru. Dan pohon ketos jelmaan dari Ki Bondo dan Nyi Bondo ini, hingga sekarang masih hidup dan tetap menjadi kerajaan Tuyul.

 

Konon, walau mereka mukswa, namun roh keduanya masih tetap menjadi penguasa gaib tempat itu. Termasuk ribuan tuyul bawahannya yang hingga kini juga masih menetap di sana.

 

Masih menurut juru kunci, dengan begitu, setiap kali ada orang yang berniat mengadopsi Tuyul Ketos, maka prosesi ritual minta izin ditujukan kepada Ki Bondo dan Nyi Bondo yang kini telah berubah menjadi sosok gaib.

 

Pada saat ritual permintaan izin ini berlangsung, sebenarnya ritual tuyul yang menjadi anak buah Ki Bondo dan Nyi Bondo, saling berebut ingin mengabdi kepada manusia. Alasannya, hidup menjadi abdi manusia, lebih terjamin daripada hidup di kerajaan sendiri. Namun walau mereka saling berebut untuk ikut manusia yang bakal mengadopsinya, sebagai penentu akhir tetap ada pada Ki Bondo dan Nyi Bondo. Kedua sosok inilah yang memilih dua tuyul agar ikut calon majikan barunya. Hal itu dilakukan, karena tak sedikit Tuyul Ketos yang nakal dengan cara malas “bekerja” Karena itu, agar calon pengadopsi tidak kecewa, mereka berusaha memilihkan tuyul yang setia.

 

“Mereka kan sudah mengeluarkan uang banyak untuk beli peralatan ritual. Lha, kalau nanti dapatnya tuyul yang malas, kasihan. Walau sebenarnya kalau dikalkulasi ya…tetap untung. Dengan modal segitu, yang punya sudah nggak perlu kerja. Yang bekerja cari uang tuyul. Semalasmalasnya tuyul, tetap mau mencuri. Karena pekerjaan itu memang sudah menjadi hobi mereka, Papar juru kunci.

 

Walau begitu, menurut juru kunci lagi, para tuyul tersebut tak mau mencuri uang jika belum diadopsi oleh manusia. Karena itu, walau tinggal di dekat kerajaan para tuyul, masyarakat setempat tak pernah ada yang mengeluh atau mengaku kehilangan uang.

 

Ketika dikonfirmasi lebih lanjut tentang adanya tuyul yang tertangkap yang bisa berimbas kepada sang pemilik, menurut juru kunci, dalam sejarah kerajaan Tuyul Ketos yang diadopsi oleh para pelaku pencari pesugihan, tak satupun tuyul dari Ketos yang pernah tertangkap.

 

Karena menurutnya lagi, sebenarnya bangsa makhluk halus, termasuk tuyul, tak bisa ditangkap. Namun bisa dihalau serta diperintah Karena itu, lika rumah calon mangsa diberi pagar gaib, maka tuyul yang akan mencuri mundur dengan sendirinya.

 

“Tuyul yang bisa tertangkap itu, hanya ada di sinetron televisi. Begitu juga yang katanya dimasukkan dalam botol setelah ditangkap. Setahu saya, tuyul itu besarnya hampir sama dengan anak kecil. Sekarang logika saja, bagimana tuyul bisa membawa uang jutaan, apalagi pecahan 100 ribu dalam jumlah banyak jika tuyul itu besarnya cuma sebesar jempol kaki orang dewasa. Masuk akal tidak kira-kira,” terangnya dengan nada tanya.

 

Karena tingkah laku serta besarnya yang hampir menyamai anak kecil inilah, maka para pengadopsi harus menyediakan mainan untuk mereka. Dan tuyul-tuyul yang telah diadopsi itu, hanya mau berkomunikasi dengan majikannya. Itupun dengan bahasa isyarat.

 

Terkadang sang majikan sendiri kesulitan – untuk memilihkan mainan yang diinginkan tuyul piaraannya. Jika jenis mainan tidak seperti yang diharapkan, biasanya para tuyul dari Ketos ini akan malas dalam bekerja. Namun bukan berarti sama sekali tidak mau beraksi. Mereka tetap beraksi, tapi volumenya yang berkurang.

 

Lalu, bagaimana para Tuyul Ketos yang telah diadopsi ini dalam melakukan aksinya? Ternyata ada beberapa macam cara mereka mencuri uang korbannya.

 

Pertama, ada yang masuk rumah saat pintu rumah korbannya terbuka. Setelah berada di dalam, biasanya para tuyul ini menunggu tuan rumah saat membuka lemari tempat penyimpanan uang atau perhiasan. Saat lemari dibuka oleh pemiliknya inilah mereka beraksi. Namun tuan rumah tidak sadar jika didekatnya ada tuyul.

 

Cara masuk kedua, jika pintu rumah calon mangsanya tertutup, tuyul akan masuk melalui saluran pembuangan air.

 

Cara ketiga, tuyul dapat masuk ke dalam rumah yang tertutup melalui cahaya apa saja yang keluar dari dalam rumah.

 

Tapi saat beraksi, biasanya menunggu tuan rumah saat membuka dompet atau lemari. Termasuk tuyul yang akan beraksi di pusat perbelanjaan. Dan biasanya lagi, para tuyul tak mau beraksi di kantor-kantor Bank. Mengapa?

 

Karena mayoritas, kantor-kantor yang bergerak di bidang keuangan pasti punya penangkal agar tidak dimasuki oleh tuyul. Karena itulah, mengapa kantorkantor yang bergerak di jasa keuangan, tak pernah kehilangan uang yang tidak masuk logika. Kecuali ditilep oleh nasabah atau karyawannya sendiri.

 

Dari mana saja asal para pengadopsi tuyul dari kerajaan Ketos ini? Sebagaimana pengakuan juru kunci kepada penulis, yang berminat mengadopsi Tuyul Ketos, justru didominasi warga dari luar Jawa Tengah. Mereka yang datang ke tempat ini, rata-rata orang dari Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur serta luar Jawa. Bahkan dalam kurun waktu satu tahun terakhir, peminat tuyul Ketos didominasi dari luar Jawa. Khususnya Sumatera dan Kalimantan.

 

Sedangkan yang melakukan ritual pengembalian, justru didominasi dari Jawa. Karena biasanya, jika sudah kaya, para pengadopsi ini banting setir dengan jalan membuka usaha agar tidak terus-menerus dicurigai oleh para tetangganya.

 

Tapi biasanya, para pengadopsi pasti punya usaha sampingan untuk menutupi kedoknya. Artinya, mereka tidak hanya ongkang-ongkang kaki menunggu hasil kerja tuyul-tuyul piaraan mereka. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

 

JANGAN TERBUJUK RAYUAN MAHLUK GAIB

 

Kendati nampak penuh dengan kemudahan, tetapi ritual mengadopsi Tuyul Ketos sebenarnya tidak mudah. Tuyul Ketos ini sesungguhnya mengandung risiko yang sangat besar. berdosa besar kepada Tuhan, hal itu suk jelas. Tapi yang penting juga diingat, rit pesugihan semacam ini sesungguhnya dikatakan sebagai merampok rezeki sat tujuh turunan.

 

“Artinya, patut diyakini bahwa anak keturunan si pelaku pesugihan akan hidup sengsara di kelak kemudian hari, sebab mereka sudah diambil seluruhnya oleh pelaku!” Tandas Kyai Pamungkas, paranormal yang banyak mengamati tradisi dan budaya Jawa.

 

Menurutnya lagi, tradisi dan kepercayaan menyangkut keberadaan tuyul bisa saja karena faktor ekonomi, mengingat saat ini masyarakat banyak yang tertekan secara ekonomi.

 

“Yang penting diingat dan harus dipertimbangan, melakukan pesugihan itu sesat yang tidak hanya melanggar agama, tapi juga sesungguhnya mencelakakan keluarga dan diri si pelaku sendiri, bagaimana pun, kekayaan yang didapat secara tidak halal, apalagi lewat perhanjian dengan mahluk sesat, pada akhirnya pasti akan mendata malapeta. Karena itu, jangan mudah terjerat rayuan gaib,” papar sosok yang berpraktek pengobatan alternatif di Condet, Jakarta Timur itu menandaskan.

 

Apa yang dikatakan Kyai Pamungkas jelas terbukti. Dalam banyak kasus, kerap dipemberitaanbmaupun lewat cerita tutur, kalau pelaku pesugihan memang selalu hidup tersiksa menjelang akhir hayatnya. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Kisah Kyai Pamungkas: RITUAL PAMER PAYUDARA DI UMBUL MANDING

Kyai Pamungkas

Kisah Kyai Pamungkas: TUMBAL PEMBUATAN JALAN CADASPANGERAN

Kyai Pamungkas

Panggonan Wingit: CANDI RATU BOKO, SLEMAN

Kyai Pamungkas
error: Content is protected !!