Kisah Kyai Pamungkas:
TUYUL GENTAYANGAN DI KISARAN
Sejak dulu, banyak yang mengakui kalau pulau Jawa merupakan pusatnya segala macam hal yang berbau misterius, baik itu soal mistik maupun ilmu-ilmu gaib. Menurut kabar, banyak juga orang yang menggali ilmu kedigjayaan dari bumi Swarna Dwipa, khususnya ilmu kedigjayaan peninggalan raja-raja zaman dahulu, ataupun para wali.
Lebih dari itu, bagi orang yang ingin mendapat kekayaan dengan jalan pintas tanpa harus bekerja keras, berbagai macam tempat pesugihan bertebaran di belahan pulau Jawa. Seperti pesugihan babi, monyet, hingga sampai memelihara tuyul. Asal yang bersangkutan sanggup memberikan konpensasi tumbal sebagai syarat mutlak meraih kemewahan, konon semua jenis pesugihan ini bisa dilakukan dan ada semacam garansi akan berhasil.
Berbicara tentang hal yang berbau supranatural memang sulit untuk dibuktikan dengan mata telanjang. Kecuali bagi mereka yang memiliki kepekaan bathin yang mampu menembus alam gaib. Meskipun begitu, bagi orang-orang yang tidak memiliki indera ke enam, mereka bisa meminta pertolongan lewat jasa paranormal. Apakah untuk menjaga harta kekayaan dari pencuri berbadan kasar ataupun pencuri berbadan halus, atau Iebih dikenal dengan sebutan tuyul, pencuri halus yang selama ini sudah dikenal dan sangat melegenda.
Cerita tuyul di Tanah Jawa sudah menjadi semacam rahasia umum. Namun, bagaimana jika berlangsung di luar “Bumi Mistis” itu?
Kasus pencurian uang secara gaib inilah rupanya yang menimpa sejumlah pedagang dan warga yang berdomisili di sekitar Pasar Kartini, Kota Kisaran belakangan ini. Bukan hanya puluhan, bahkan sampai ratusan ribu uang pedagang digondol tuyul dari laci pedagang dan rumah-rumah penduduk di sekitar pasar itu. Mungkin, karena masalah ini erat kaitannya dengan alam gaib dan tidak bisa diajukan ke pengadilan, hingga warga setempat enggan membuktikannya, kecuali hanya menduga kalau Permadi (bukan nama sebenarnya) adalah majikannya tuyul tersebut. Dugaan ini sangat beralasan. Sebab, dari semua anggota masyarakat yang menjadi korban selalu mendapat jawaban yang sama saat ditanyakan kepada orang pintar kalau yang memelihara tuyul itu adalah bapak beranak tiga yang asli dari Sragen, Jawa Tengah, dan telah berbaur dengan warga setempat sejak lima belas tahun silam.
Menurut cerita warga, kedatangan sekelompok perantau asal pulau Jawa pada tahun 1985 mulanya adalah sebagai pedagang kain keliling. Permadi salah satu di antaranya. Silih berganti perantau yang datang, dan silih berganti pula profesi yang mereka tekuni untuk memenuhi nafkah keluarga. Dari mulai berdagang kain, bisnis telur ayam, penjual bakso, sampai ada yang jadi penulis togel seperti Bagong, pemuda asal kota Solo yang mengaku enak menjalani pekerjaannya menjadi penulis toto pacuan kuda karena untungnya dirasa Iebih menjanjikan.
Tak seperti perantau lainnya yang sering berpindah tempat tinggal karena kondisi ekonomi yang pasang surut, boleh dibilang Permadi adalah perantau yang paling berhasil di antara rekan lainnya dari Tanah Jawa. Soal kekayaan, Permadi kini sudah memiliki sebuah rumah mewah lengkap dengan mobil plus ladang sawit puluhan hektar. Padahal, menurut cerita ketika pertama kali datang, dulunya Permadi hanya memiliki sebuah sepeda yang sehari-hari digunakannya untuk berdagang kain keliling kampung.
Kecurigaan masyarakat bukanlah karena harta kekayaan yag dimiliki Permadi saat ini. Tapi karena adanya sejumlah warga yang sering kehilangan uang pada malam hari yang ditenggarai dilakUr kan oleh tuyul. Bahkan, dari beberapa korban dan masyarakat mengaku pernah melihat penampakkan tuyul yang sedang gentayangan di malam hari. Seperti dituturkan Dodi (24), ketika ia pulang dari gereja pada malam Natal di bulan Desember yang lalu sekitar pukul 12 malam. Ia memergoki tuyul yang sedang berkeliaran di belakang rumahnya. Saat tuyui itu membalikan badan, alumni STM inipun spontan menjerit ketakutan.
“Wajahnya cukup menyeramkan. Dan kupingnya itu Iho…. seperti makhluk dari planet. Hiii! Amit-amit kalau ketemu Iagi mungkin saya bisa pingsan,” cerita Dodi kepada Kyai Pamungkas dan tim dengan wajah penuh tegang.
Yang melihat kemunculan tuyul itu rupanya bukan hanya Dodi. Keluarga Kamaluddin juga mengalami hal yang sama. Uang modal jualan yang dipegang isterinya sering raib secara mendadak. Maklum, seIain bekerja sebagai seorang karyawan Perumka Kisaran, sejak lima belas tahun belakangan ini Kamaluddin juga membuka kios sembako sebagai penghasilan tambahan. Susi, putri kedua Kamaluddin, mengisahkan kalau ayahnya pernah melihat penams pakkan tuyul pada malam bulan ramadhan yang lalu, persis di sebelah televisi dalam ruang keluarga. Semula ketika seluruh keIuarga sedang asyik menyantap hidangan berbuka puasa ibunya mendengar suara anak kecil tertawa sambil menghidupkan kipas angin. Karena mereka semua berada di ruang makan, sang ibu pun merasa curiga siapa gerangan orang yang ada di ruang tamu. Namun, betapa kagetnya si ibu ketika dilihat ternyata yang mengutak-atik kipas angin itu adalah makhluk bertubuh kecil berdiameter 50 cm seperti anak bayi dengan wajah rata tanpa dilengkapi mata dan hidung. Saat dikejar tuyul tersebut masih sempat nyengir mengejek Kamaluddin. Makhluk itu kemudian raib secara mendadak dari pandangan mata.
“Uang hasil berjualan yang disimpan ibu dalam lemari sering hilang. Padahal dihitung sebelumnya jumlahnya sudah pas,” ungkap Susi meyakinkan.
Selain keluarga Kamaluddin, Sumar (40), pedagang miso yang setiap hari mangkal di Pasar Kartini juga tak luput jadi korban pencurian si tuyul. Menurut pengakuan Sumar, awalnya ia sering heran karena setiap kali ia menghitung uang hasil jualan jumlahnya selalu berkurang, bahkan kekurangannya sampai berjumlah puluhan ribu.
Satu dua kali ia merasa heran. Pikirnya, mungkin ia salah menghitung atau lupa. Maklum, karena usia Sumar pun sudah semakin menua. Namun, karena seringnya ia kehilangan uang lama kelamaan pun ia menjadi curiga. Dan, saat peristiwa kehilangan ini ia tanyakan kepada salah seorang paranormal kenalannya, betapa terkejutnya Sumar karena yang menjahili Iaci dagangannya adalah tuyul yang selama ini juga sering menyatroni rumah-rumah penduduk.
Kasus pencurian uang secara gaib yang dilakukan oleh tuyul ini memang tidak mudah untuk dibuktikan. Apalagi, kebanyakan dari warga di sekitar Pasar Kartini mengaku enggan untuk memperbesar masalah ini. Alasannya, karena khawatir nanti mereka bisa jadi salah tuduh. Namun dari sejumlah paranormal yang ditemui korban, didapat jawaban kalau tuyul yang kerap bikin resah warga itu diambil dari pulau Jawa. Juga diperoleh sinyalemen, pemilik tuyul adalah orang yang tinggalnya masih bersebelahan dinding dengan warga setempat.
Meski petunjuknya seperti itu, namun masyarakat sulit untuk membuktikannya, kecuali hanya bisa menduga kalau Permadi adalah pemilik tuyul yang tengah gentayangan itu. Apalagi, sas-sus yang beredar di kalangan warga menyebutkan kalau setiap tahunnya Permadi pulang ke Jawa, dengan alasan ingin menjenguk keluarganya. Padahal, kuat dugaan kepergian Permadi itu adalah untuk melakukan ritual dan pesugihan.
Benar dan tidaknya dugaan ini memang sangat sulit dibuktikan. Yang pasti, peristiwa kehilangan uang yang misterius ini jelas menimbulkan spekulasi bahwa memang ada makhluk bernama tuyul yang tengah gentayangan. Benarkah? Tentu saja harus ditelusuri lagi fakta-faktanya. ®️KyaiPamungkas
KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)