Hujan rintik menyambut kedatangan tim kami ketika memasuki Desa Batu Lepoq, Kecamatan Karangan, Kutai Timur. Udara hutan yang lembap membuat napas berat, dan dari kejauhan, lubang gelap Goa Tengkorak tampak seperti mulut raksasa yang menunggu siapa saja berani masuk.

Goa ini sudah lama dikenal sebagai tempat menyimpan tulang-belulang leluhur. Namun cerita masyarakat menyebutkan bahwa tempat ini bukan sekadar makam, melainkan ruang para penjaga arwah menata dunia mereka sendiri.

Susunan Tengkorak yang Tak Boleh Diubah

Begitu masuk, aroma tanah basah bercampur wangi tua seperti kain kuno. Senter kami menyapu dinding batu hingga menemukan deretan tengkorak yang tersusun sangat rapi—seakan ada tangan tak terlihat yang merapikannya setiap malam.

Pak Asang, tokoh adat Batu Lepoq yang menemani kami, berpesan dengan suara rendah:

“Jangan sentuh apa pun. Jangan geser tulang-tulang itu. Di sini bukan tempat manusia saja… ada yang jaga.”
— Pak Asang

Ketika kami menanyakan apa yang terjadi jika susunan itu diubah, ia hanya menghela napas panjang sebelum bercerita:

“Dulu ada anak muda coba pindahkan salah satu tengkorak. Malamnya dia teriak ketakutan. Katanya didatangi sosok tanpa muka. Besoknya dia balikin sendiri tempatnya.”

Suasana goa langsung terasa semakin berat. Detak air dari stalaktit bergema seperti langkah kaki yang jauh.

Fenomena Sunyi yang Terlalu Sunyi

Semakin dalam kami masuk, keanehan bertambah. Biasanya goa besar memantulkan suara, tapi di sini sunyi total. Napas sendiri terdengar memekakkan telinga.

Salah satu anggota tim melihat bayangan hitam melintas cepat di belakang tumpukan tengkorak, namun saat cahaya diarahkan, hanya dingin yang merayap ke tengkuk.

Ibu Ledang, penjaga tradisi setempat, menjelaskan:

“Goa ini punya penghuni lama. Mereka bukan roh jahat… mereka penjaga. Kalau posisi tulang berubah, mereka anggap itu penghinaan.”
— Ibu Ledang

Ia juga menyebut beberapa orang pernah mendengar bisikan samar dalam bahasa yang tidak dimengerti—terasa dekat, tapi tak berasal dari manusia.

Analisa Paranormal — Kyai Pamungkas

Setelah keluar dari goa, kami menghubungi Kyai Pamungkas, paranormal agamis dari Condet, Jakarta Timur.

“Tempat seperti itu biasanya dijaga bangsa jin tua. Mereka berperan seperti kurator makam. Tulang itu titik jangkar energi leluhur.”
— Kyai Pamungkas

Tentang formasi tulang yang tak boleh diganggu, beliau menjelaskan:

“Mereka terikat ratusan tahun dengan susunan itu. Mengubahnya sama saja meretas wilayah mereka. Makanya muncul gangguan—bayangan, mimpi buruk, penampakan.”
— Kyai Pamungkas

Ia juga menegaskan alasan mengapa goa terasa terlalu sunyi:

“Keheningan itu bukan alami. Itu ruang spiritual yang menekan suara. Biasanya terjadi kalau entitas di dalam sedang memperhatikan manusia.”
— Kyai Pamungkas

Kesadaran bahwa kami mungkin sedang diawasi saat berada di dalam goa membuat bulu kuduk kami meremang.

Goa yang Tetap Dijaga Alamnya

Hingga kini, masyarakat Batu Lepoq tidak pernah merenovasi atau mengubah goa. Tidak ada lampu wisata, tidak ada tangga buatan—semuanya tetap murni, alami, dan penuh aura kuno.

Melihat sendiri susunan tengkorak yang rapi, keheningan yang tak wajar, dan cerita warga yang konsisten, kami memahami alasannya.

Goa Tengkorak bukan hanya situs budaya—ia adalah ruang penjaga arwah, tempat dunia gaib berdiri berdampingan dengan dunia manusia.

Laporan: Tim Jelajah Mistis & Spiritual Nusantara — PARANORMAL-INDONESIA.COM
Wawancara: Pak Asang, Ibu Ledang
Konsultasi: Kyai Pamungkas (Condet)