Kisah Kyai Pamungkas

Panggonan Wingit: 7 LOKASI PESUGIHAN KERAMAT

Panggonan Wingit: 7 LOKASI PESUGIHAN KERAMAT

LEWAT SAJIAN JELAJAH EDISI LALU, TELAH DIKETENGAHKAN EMPAT LOKASI YANG DIANGGAP PALING AMPUH UNTUK MELAKUKAN RITUAL PESUGIHAN. MASING-MASING, ADALAH: PESUGIHAN BULUS JIMBUNG, MAKAM RORO MENDUT, PESUGIHAN SEBRAH LONTE GUNUNG KEMUKUS, DAN PESUGIHAN SENDANG KUNING. TENTU SAJA, KEEMPAT PESUGIHAN TERSEBUT MENYIMPAN KEUNIKAN, PELUANG, DAN RISIKO TERSENDIRI. BERIKUT INI TIGA LOKASI PESUGIHAN LAINNYA DARI 7 LOKASI YANG KAMI JELAJAHI. SEPERTI APAKAH KETIGANYA? SELAMAT MENYIMAK…!

 

SAJIAN KALI INI AKAN MENGAJAK ANDA MENGUNJUNGI TIGA LOKASI PESUGIHAN, YAKNI: PESUGIHAN PUNDEN MASIN, PESUGIHAN TUYUL DESA MBERO, DAN PESUGIHAN BULUS EYANG DUDO. SEPERTI APAKAH KEUNIKAN KETIGA WAHANA SESAT TERSEBUT…?

 

PESUGIHAN memang menjadi salah satu kontroversi paling menarik yang sejak lama tumbuh di kalangan masyarakat, khususnya, mereka yang hidup di pedesaan. Sebagian besar masyarakat, memang percaya bahwa ada banyak orang yang telah berhasil dalam melakukan ritual pesugihan, meski lebih banyak lagi yang gagal. Cerita keberhasilan menjadi fakta yang sulit diungkap, dan lebih banyak beredar sebagai isyu isapan jempol. Alasannya, para pelaku pesugihan yang telah menuai keberhasilan memang cenderung menutup diri.

 

Ada 3 tempat pesugihan yang menjadi obyek penjelajahan Tim Jelajah Misteri selanjutnya. Menurut informasi yang berhasil dijaring, ketiga lokasi pesugihan ini juga relatif lebih ramai sejak terjadinya krisis ekonomi. Dan mereka yang jadi pelakunya, tentu saja orang-orang yang mendambakan kesenangan hidup duniawi. Nah, seperti apakah ketiga lokasi pesugihan tersebut? Berikut sajian lengkapnya…:

 

MENGGADAIKAN NYAWA DI PESUGIHAN PUNDEN MASIN

 

Tak bisa dipungkiri bahwa Punden Masin yang berada di Desa Kandang Mas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah telah . menawarkan tantangan tersendiri bagi para pencari pesugihan. Namun menurut informasi yang diperoleh penulis, di punden inilah seorang pelaku pesugihan terkadang harus mengalami peristiwa menakutkan saat tengah menggelar ritual. Bahkan, jika tidak berhati-hati saat menjalani ritual, maka, nyawa pun bisa terancam.

 

Dari sekian banyak kejadian gaib yang sering berlangsung, salah satu di antaranya adalah teraengar suara tangisan menghiba, yang diselingi permintaan agar si pelaku untuk secepatnya kembali ke punden karena secara tak sengaja ada benda yang terbawa pulang olehnya. Jika permintaan ini tidak dipenuhi, maka alamat celaka. Si pelaku mendadak bisa sakit atau bahkan gila, yang ujung-ujungnya berakhir pada kematian.

 

Diyakini, fenomena gaib semacam ini bisa terjadi karena ada keyakinan bahwa di lokasi hutan tempat punden pesugihan itu berada terdapat beberapa pohon yang merupakan jelmaan manusia yang telah dikutuk oleh Sunan Muria karena suatu kesalahan tertentu. Karena itu, jangan heran jika melihat masih begitu terjaganya pohon-pohon di hutan ini hingga bisa mencapai ukuran raksasa. Hal ini terjadi karena tidak ada seorang pun yang berani mengganggunya.

 

Ihwal cerita berlatar gaib ini tak lepas dari kisah cinta Dewi Nawangsih, Putri Sunan Muria dengan Raden Bagus Rinangku, yang tak lain adalah murid Sunan Muria. Suatu ketika, Sunan Muria jengkel karena melihat murid terkasihnya itu ternyata tidak bisa menjalankan amanat yang diembankan padanya. Diceritakan bahwa Raden Bagus Rinangku-justru berkasihan dengan Dewi Nawangsih, saat disuruh menjaga sawah, hingga seluruh padi yang akan dipanen habis dimakan burung-burung manyar.

 

Mengetahui gurunya marah Raden Bagus Rinangku segera meminta maaf. Selanjutnya dia segera menangkap salah satu burung itu dan kemudian menyembelihnya untuk mengeluarkan seluruh biji padi yang baru Saja dimakannya. Dalam sekejap biji-biji padi itu kembali seperti semula. Dan dengan kesaktiannya pula Raden Bagus Rinangku mengambil sebatang lidi dan digunakan untuk menyambung leher burung tersebut sehingga bisa hidup lagi.

 

“Melihat hal itu, Sunan Muria semakin murka. Karena dia menganggap muridnya tersebut tidak bersungguh-sungguh meminta maaf atas kesalahannya. Dengan tindakannya tersebut, sang murid justru dianggap bermaksud pamer kesaktian padanya, ungkap Subandriyo, sang juru kunci punden kepada Misteri.

 

Karena tak mampu menahan amarah garagara kelakuan sang murid, Sunan Muria segera menarik panah milik Raden Bagus Rinangku yang kemudian diarahkan ke tubuh pemuda itu. Melihat hal ini Dewi Nawangsih mencoba mencegah ayahnya. Namun sayangnya upaya Dewi Nawangsih justru berbuah petaka. Senggolan tubuhnya membuat anak panah yang dipegang Sunan Muria terlepas dan langsung menghujam ke tubuh Raden Bagus Rinangku.

 

Mengetahui hal ini Dewi Nawangsih yang sudah terlanjur cinta langsung menubruk anak panah yang mencuat dari tubuh Raden Bagus Rinangku hingga menancap ke dadanya dan menewaskannya seketika itu juga. Kedua muda-mudi ini menjemput maut dalam keadaan berpelukan.

 

Kejadian itu membuat warga di sekitar tempat itu bersedih. Mereka segera merawat jenazah kedua pasangan tersebut. Sambil mengarak jasad keduanya, para warga ini tak henti-hentinya menangis. Bahkan mereka masit tetap menangis meski jasad Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku sudah dimakamkan Kenyataan inilah yang kemudian membuat Sunan Muria kesal dan menautuk mereka menjadi pohon jati.

 

Dengan latar cerita seperti itu, maka, hingga kini tidak ada seorang pun warga di sekitar makam itu ada yang berani mengambil kayukayu di hutan tersebut. Jangankan mengambil kayu, memetik daunnya untuk dibawa pulang saja tidak ada yang berani. Konon, bila pantangan ini dilanggar, maka, si pelaku pasti akan mendengar suara tangisan gaib disertai permintaan agar apa yang diambil segera dibawa kembali ke hutan itu.

 

Namun demikian, cerita tersebut tidak menyurutkan niat para pengalab berkah untuk datang berziarah ke makam tokoh yang satu ini. Tiap hari, makam yang biasa disebut Punden Masin ini tidak pernah sepi dari peziarah. Hal ini, konon, karena permintaan apapun yang disampaikan di makam Dewi Nawangsih dan kekasihnya Raden Bagus Rinangku, pasti akan dikabulkan. Karenanya banyak orang yang mengatakan kalau Punden Masin mirip dengan Gunung Kawi, di Malang, Jawa Timur.

 

“Satu hal yang perlu diingat, tiap kali memohon berkah di tempat ini adalah janji untuk memberikan imbalan bila harapannya terkabul. Janji ini harus diucapkan saat sedang ritual di makam. Dan namanya janji, maka, harus ditepati. Sebab bila tidak, dengan sekejap harta yang didapat akan ludes. Tak hanya itu, si pencuri pesugihan pun akan diterpa musibah yang tak jarang mengancam nyawanya,” papar juru kunci.

 

Menurut data yang diperoleh penulis, bagi mereka yang menjadi pelaku pesugihan dan kemudian merantau jauh, maka momen liburan atau cuti kerja adalah saat yang tepat untuk menepati janji yang telah diucapkan. Karena dengan begitu, maka, dia akan bisa terus mendapatkan harta berlimpah berkat bantuan gaib sang Penguasa Punden Masin. Dan biasanya benda yang dibawa sebagai tebusan janji itu adalah seekor kambing kendit, yang kemudian dipotong dan dijadikan selamatan bersama para peziarah lainnya.

 

Ketika berada di punden keramat yang letaknya relatif terpencil ini, Misteri memang sangat merasakan getaran gaib dari bangsa makhluk halus beraliran hitam. Mereka adalah jin-jin kafir yang bertugas memperdaya manusia agar terjerat di dalam lingkaran pesugihan ini.

 

MENGADOPSI TUYUL DI DUKUH MBERO

 

Bagi masyakarakat Dukuh Mbero, Desa Palar, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, keberadaan pohon Ketos raksasa di tengah desanya telah memberi warna yang tersendiri dalam kehidupan masyarakat di desa itu. Karena keberadaan pohon inilah, maka, desa tersebut menjadi begitu terkenal.

 

Seperti yang sering kali diungkap, di sinilah Pohon Ketos raksasa, konon dl tempat Irulah Kerajaan tuyul konon tempat kerajaan tuyul berada, bahkan diperkirakan sebagai komunitas tuyul terbesar di seantero Nusantara. Jadi tak heran jika tempat ini menjadi tujuan utama bagi para pencari pesugihan tuyul. Mereka datang dari berbagai wilayah di Indonesia, bahkan kabarnya ada dari beberapa negara jiran.

 

Pohon Ketos itu sendiri diperkirakan sudah berusia sekitar 500 tahun. Meski pohon tersebut dikelilingi tembok bergapura, namun tidak ada larangan tertulis bagi siapa pun untuk mencari pesugihan tuyul di situ. Syaratnya sederhana saja, orang yang akan memasuki kompleks tersebut harus waras (tidak boleh stres) dan bisa berlaku sopan.

 

Dengan terus terang Wahono, sang juru kunci mengatakan bahwa orang yang datang ke situ memang kebanyakan dengan tujuan ingin nyenyuwun (melakukan permohonan-Red) dengan perantara pohon Ketos tersebut.

 

“Namun tidak sedikit yang langsung mengungkapkan keinginannya untuk menjadi orangtua asuh tuyul-tuyul yang akan diambil dari tempat itu,” terangnya pula. Jika sudah begitu, Wahono mengaku akan berusaha membantu dengan segala kemampuannya. Berhasil tidaknya semua tergantung pada keseriusan dan tingkat kesungguhan dari si pencari pesugihan tuyul tersebut.

 

Sebelum membantu seseorang yang akan mengambil anak-anak kecil yang dipercayai sebagai putra wayah Eyang Bondho, Wahono biasanya terlebih dulu menjelaskan berbagai persyaratannya.

 

“Kalau peminat sudah benar-benar mantap tekadnya dan sanggup memenuhi semua persyaratannya, barulah ritual bisa dimulai,” ungkap Wahono.

 

Persyaratan untuk bisa membawa pulang tuyul-tuyul itu sebenarnya cukup rumit bagi yang baru pertama kali melakukannya. Karena itulah, kebanyakan para pelaku maunya terima jadi saja. Semua urusan tetek bengek yang berkaitan dengan kelengkapan ritual yang rumit itu bisa diserahkan kepada sang juru kunci. Oleh Wahono, ubo rampenya itu akan dicarikan. Dan untuk itu si pelaku harus menyerahkan sejumlah uang sebagai ganti rugi membeli segala macam persyaratan dimaksud.

 

“Pelaku pesugihan cukup menyerahkan uang sekitar lima jutaan, itu sudah termasuk uang jasa buat juru kunci, ya saya ini,” ujar Wahono pada tim penulis.

 

Namun, menurut sumber yang mengantar penulis ke lokasi pesugihan ini, uang sebesar itu masih bisa ditawar lagi jika memang kemampuan si pelaku di bawah itu. “Bahkan Rp. 3 juta saja bisa lancar. Yang penting kan tekad dan niat si pelaku,” terang si pengantar penulis, seraya menambahkan pula bahwa sejak krisis ekonomi peminat tuyul di tempat itu jadi semakin membludak. “Kabarnya, mereka sudah banyak yang berhasil jadi kaya raya, tandasnya pula.

 

Uang sebesar Rp, 5 juta tersebut akan digunakan Wahono untuk membeli ubo rampe, juga sesajen untuk selamatan selama 7 kali, yakni setiap hari atau malam Jumat.

 

Untuk mewujudkan keinginan membawa tuyul dari tempat ini, sebagaimana diungkapkan Wahono, ada beberapa pantangan yang harus dipatuhi. Antara lain tak boleh berlaku kasar dan emosional selama 7 Jum’at.

 

“Kalau hal ini dilanggar, maka, akan sangat fatal akibatnya. Saya jamin tidak akan ada tuyul yang mau diadopsi oleh si pelaku, sebab pada dasarnya tuyul itu tidak senang mengabdi | pada manusia yang punya tabiat kasar dan pemberang. Tuyul itu kan seperti anak kecil yang maunya disayang dan dimanja,” terang Wahono lebih jauh.

 

Dikatakan olehnya, setiap peziarah diperkenankan masuk kompleks pohon Ketos, tapi tak boleh memetik sembarang daun pohon tersebut. “Kalau berani sembarang memetik, maka akibatnya harus ditanggung sendiri,” tandas Wahono, mengingatkan.

 

Begitu keramatnya pohon tersebut, hingga warga setempat pun tak ada yang berani memetik daunnya secara sembarangan. Bahkan, warga setempat juga sangat menghormati pohon ini. Buktinya, tiap 1 Sura, selalu digelar pertunjukan wayang kulit semalam suntuk dengan maksud mendapatkan keselamatan dan rezeki yang melimpah.

 

Dijelaskan, setelah ritiial permulaan dimulai, kepada si pelaku biasanya Wahono akan memberikan sepasang kantong kain berwarna putih yang berisi benda-benda yang diambil dari lokasi pohon Ketos. Dua buah kantong tersebut menurutnya melambangkan bahwa yang dibawa pulang itu adalah dua sosok tuyul.

 

Namun, yang namanya berurusan dengan mahkluk gaib, jangan berharap bahwa apa yang dibawa pulang itu akan terlihat jelas di mata orang awam. Ibaratnya seperti membeli kucing dalam karung. Karena itu menurut Wahono diperlukan keyakinan yang sungguh-sungguh jika ingin mendapatkan hasil yang memuaskan.

 

“Jika memang sudah berjodoh, tidak berarti si orangtua asuh tuyul sama sekali tidak bisa melihat mahkluk gaib yang menyerupai anak-anak kecil yang suka telanjang itu. Putra wayah Eyang Bondho itu akan menampakkan dirinya pada waktu-waktu tertentu. Namun, hanya sekelebat saja, sebagai pertanda bahwa dia ada dan hadir di situ. Karena itu perlu disediakan tempat khusus di rumah orangtua asuhnya dan tidak boleh sembarang orang bisa memasukinya,” papar Wahono, yang sudah menjadi juru kunci sejak 1988.

 

Misteri coba melakukan kontemplasi di tempat ini. Mulanya hanya ke-gulita-an yang ada di hadapan penulis. Namun tak lama berselang, nampaklah sebuah bangunan klasik mirip istana raja-raja tempo dulu. Anehnya, dari dalam istana itu bermunculan makhlukmakhluk kecil dengan beraneka rupa wujud. Ada yang hitam legam dengan kepala plontos, ada juga yang putih bak batu pualam namun dengan mata merah menyala, bahkan ada juga yang bertaring dan bertelinga mirip kelelawar.

 

Ketika penampakkan tersebut penulis tanyakan kepada Wahono, sang juru kunci menjelaskan, bahwa memang ada beberapa jenis tuyul yang menempati kerajaan tuyul pohon Ketos tersebut. Penampakan tersebut sesuai dengan karakter masing-masing tuyul. “Untuk mengadopsi mereka, pelaku tidak bisa pilih-pilih. Semuanya tergantung tuyultuyul yang ada di sini,” tandasnya.

 

MENGHARAP BERKAH PADA BULUS EYANG DUDO

 

Agaknya ritual pesugihan yang satu ini adalah ritual yang paling tepat dilakukan oleh mereka yang sedang libur lebaran. Kenapa demikian? Sebab, ada kepercayaan kalau hari terbaik untuk melakukan ritual di tempat ini memang jatuh pada bulan Syawal, tepatnya pada tujuh hari setelah lebaran. Prosesinya pun sangat mudah dan relatif tidak terlalu berisiko, yaitu memberi makan pengikut Eyang Dudo, yakni bulus yang konon jelmaan murid Sunan Muria.

 

Menurut cerita, kutukan itu sendiri sebenarnya terucap secara tidak sengaja saat itu Sunan Muria berjalan bersama Eyang Dudo di dekat sawah di kawasan Dukuh Sumber, yang sekarang ini masuk wilayah Desa Hadipolo, Kecamatan Jeluko, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Kebetulan saat itu hari sudah beranjak se malam. Dan saat lewat di dekat sawah tersebut be Sunan Muria mendengar suara gaduh di mi tengah areal persawahan, yang kemudian be mendorongnya untuk bertanya pada Eyang di Dudo, “Suara apa itu, kok grubyak-grubyuk ini seperti suara bulus?” Maka, seperti halilintar menyambar di udara, tai seketika itu para pengikut Eyang Dudo pun lar langsung berubah menjadi bulus. Mengetahui hal ini hati Eyang Dudo menjadi sangat sedih. ke Berkali-kali dia meratap pada Sunan Muria mengenai nasib muridnya. Namun nasi sudah menjadi bubur. Sunan Muria telah terlanjur mengucapkan kata-katanya yang ternyata tidak bisa ditarik lagi.

 

“Kanjeng Sunan Muria sebenarnya juga sedih dan menyesal. Karena itu kemudian beliau mengajak Eyang Dudo dan para muridnya yang telah berubah menjadi bulus berjalan ke arah Selatan sampai akhirnya tiba di daerah ini (Dusun Sumber-Pen). Di tempat ini selanjutnya beliau mengambil sebatang pohon Adem Ati dan menancapkannya ke tanah. Seketika dari tanah itu keluar air dan langsung membentuk sebuah sendang,” ungkap Zarkasih, juru kunci Sendang Bulusan kepada penulis.

 

Di sendang inilah Sunan Muria memerintahkan para murid Eyang Dudo untuk tinggal, sambil mengatakan bahwa pada tiap bulan Syawal akan banyak orang yang datang untuk memberikan mereka makan. Selain itu, karena pada dasarnya para bulus itu adalah jelmaan manusia-manusia sakti, maka, Sunan Muria juga memerintahkannya untuk ikut menjaga wilayah tersebut serta membantu penduduk di sana dengan kesaktian yang dimiliki.

 

Namun, selain pada seminggu setelah ledul Fitri, pada saat-saat tertentu banyak juga orang yang mencoba berharap berkah di tempat itu. Hal ini terutama bila menjelang musim tanam. Karena umumnya orang yang datang itu adalah para petani yang menginginkan pekerjaannya berhasil. Lalu pedagang yang berharap agar dagangannya bisa selalu laris. Dan tak jarang pula ada yang berharap lebih, yaitu ingin kaya raya.

 

Ritual yang dilakukan di tempat ini cukup sederhana. Cukup memberi makan bulus-bulus berwarna belang yang ada di sendang, setelah sebelumnya berziarah di makam Eyang Dudo. Maka segala harapan dan permintaan pasti akan dikabulkan.

 

“Dan biasanya untuk semakin memantapkan hati, para pengalab berkah ini akan pulang sambil membawa air dari sendang tersebut untuk disiramkan ke tanaman di sekitarnya,” tambah juru kunci.

 

Sementara itu, bagi para pengunjung yang memiliki tujuan mencari pesugihan, Zarkasih mengungkapkan akan ada risiko tersendiri yang harus ditanggung. Dia sendiri mengaku, meski sudah lama menjadi juru kunci dirinya belum pernah mendapati orang yang ingin mencari pesugihan. Namun, dari cerita juru kunci terdahulu menyebutkan bahwa barang siapa yang berniat mencari pesugihan, maka, risiko yang harus ditanggung adalah menjadi bulus seperti para pengikut Eyang Dudo.

 

“Hal ini kelak terjadi saat si pelaku meninggal!” Tandasnya.

 

Karena itulah, Zarksih menyarankan agar tidak ada orang yang berniat menempuh lelaku itu. Menurutnya, cukup dengan menjalankan ritual memberi makan bulus tiap bulan Syawal saja, berkah yang didapat sudah berlimpah.

 

“Kepercayaan semacam ini sudah lama tumbuh, dan sulit sekali untuk dihilangkan. Percaya atau tidak, buktinya memang sudah nyata!” Katanya pula.

 

Berkaitan dengan keberadaan bulus-bulus yang diyakini sebagai jelmaan para pengikut Eyang Dudo tersebut, menurut pantauan gaib penulis, memang bukanlah hewan sembarangan. Artinya, ada kekuatan gaib yang menunggu bulus-bulus tersebut. Hal ini wajar sebab hewan-hewan tersebut sudah berusia sangat tua. Apalagi jumlah mereka juga tidak pernah bertambah dari waktu ke waktu. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

QUARK, MATERI PENYUSUN ALAM ASTRAL

Kyai Pamungkas

Kisah Mistis: PESUGIHAN DI SUNGAI MESUJI

Kyai Pamungkas

Kisah Kyai Pamungkas: GOLEK KENCONO, BIKIN NAFSU TAK TERKENDALI

Kyai Pamungkas
error: Content is protected !!