Kisah Kyai Pamungkas

Kisah Mistis: SINDEN GAIB PANTAI SELATAN

Kisah Mistis: SINDEN GAIB PANTAI SELATAN

INI ADALAH PETUALANGAN MISTERI DI KAWASAN PANTAI SELATAN. TAK DINYANA, DI MALAM JUM’AT KLIWON ITU MISTERI MENDENGAR SEBAIT KIDUNG DARI DASAR SAMUDERA. KIDUNG YANG BERISI PESAN-PESAN TENTANG BENCANA YANG AKAN TERUS MEREJAM UMAT MANUSIA…

 

GARA-GARA hujan turun deras, rencana memancing ke pantai Sinden hampir saja ditunda. Tapi, bukan semata karena hujan. Kami juga baru sadar kalau rencana memancing itu ternyata di luar . dugaan pas dengan malam Jum’at Kliwon. Padahal, menurut kepercayaan penduduk sekitar pantai Sinden, adalah pantang hukumnya memancing di pantai ini pas malam keramat tersebut. Tentang hal ini Bowo, sahabat penulis punya kisah menarik.

 

“Aku pernah mengalaminya,” Bowo mulai bercerita. “Waktu itu aku memang belum tahu kalau Malam Jum’at kliwon adalah pantangan memancing di pantai Sinden. Aku hanya berangkat dengan Om Olan. Sampai di sana sekitar pukul sembilan malam. Aku dan Om Olan langsung menuju tempat di mana kami biasanya memancing. Dua jam kemudian dari arah laut kami melihat gumpalan badai sehingga terpaksa kami harus mencari kayu untuk membuat api unggun. Tidak seperti biasanya ternyata potongan-potongan kayu banyak berserakan di tempat itu. Kami pun membuat api unggun untuk menghalau dingin. Tidak lama setelah kami menyalakan api unggun terjadi suatu keanehan. Tiba-tiba kami mendengar suara perempuan menyanyi. Lagunya mirip tembang-tembang Jawa. Lama kelamaan suaranya semakin jelas. Aku dan Om Olan hanya bisa saling memandang karena kami pada dasarnya sudah tahu bahwa suara yang menyanyi tersebut tentulah perempuan dari alam lain. Karena di sela-sela nyanyiannya diselingi isak tangis yang memilukan.” Sejenak Bowo menarik nafas panjang.

 

“Kalian tahu, ternyata tempat kami memancing adalah pemakaman bagi orang-orang yang jatuh sewaktu mencari sarang walet di goa-goa karang. Dan kayu-kayu yang kami bakar untuk menghangatkan tubuh adalah nisan orang mati. Itu baru kami tahu setelah fajar menyingsing. Rupanya tanpa sadar kami dipermainkan makhluk halus pantai Sinden. Padahal aku yakin tempat yamg kami tuju tadinya benar-benar tempat yang biasa untuk memancing. Tapi nyatanya kami kesasar.”

 

Mendengar pengalaman Bowo hatiku semakin tidak enak. Tapi apa boleh buat. Rencana sudah keburu disusun.

 

Mobilpun sudah berjalan jauh meninggalkan kota Yogya menembus derasnya hujan. Memasuki Kecamatan Wonosari, hari sudah gelap. Setelah mencari mantel plastik di pertokoan setempat, mobil L 300 yang kami tumpangi merangkak lagi hingga memasuki daerah Tepus, daerah perbukitan yang jauh dari perumahan penduduk. Di kiri dan kanan jalan hanya dipenuhi hutan jati. Celakanya, ketika memasuki daerah hutan lampu mobil padam. Padahal tadi siang barusan kami mengganti aki mobil tersebut dengan yang baru. Ada apa ini?

 

Terpaksa, Mas Taufik menyetir mobil dengan pelan sambil menunggu mobil lain yang kemungkinan melewati jalan tersebut. Beruntung ada mobil kijang plat Semarang yang lewat sehingga kami bisa meminta tolong untuk memandu jalan.

 

Mobil pun kembali bergerak merayap menyusuri jalan hutan. Mobil yang memandu kami ternyata berakhir di perbatasan Tepus sehingga kami terpaksa melanjutkan perjalanan dengan lampu hazard.

 

Hati penulis semakin tidak enak. Penulis merasa bahwa akan terjadi sesuatu yang buruk. Begitu pun dengan Bowo. Dia malah meminta kembali lagi ke Yogya. Ini permintaan gila. Bagaimana mungkin kembali ke Yogya padahal jarak yang sudah ditempuh mencapai 50 Km. lebih. Lagipula, lampu mobil padam.

 

Ternyata firasat penulis benar. Setelah memasuki kedalaman hutan memasuki Wedi Ombo, tiba-tiba mesin mobil mati. Sial! Bagaimana ini terjadi?

 

Penulis tidak bisa membayangkan menginap di pinggir jalan di kawasan hutan jati. Kami semua kalut. Apa benar mistik pantangan memancing di pantai Sinden pada malam Jumat Kliwon sungguh-sungguh henar ada, hingga belum sampai daerah tersebut saja kami mengalami banyak kendala.

 

Waktu itu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Penulis terpaksa naik ke bukit dengan Mas Udhi untuk mencari informasi keberadaan bengkel mobil.

 

“Di sini tidak ada bengkel mobil. Tapi kalau orang yang bisa membetulkan mobil ada, Temui Bapak Amad di atas bukit itu,” kata salah saja penduduk yang kebetulan kami temui.

 

Setelah kami bersusah payah menaiki bukit, untuk menemukan rumah Pak Amad. Kebetulan Pak Amad dapat memperbaiki mesin mobil, mobil pun kembali menyala, sehingga bisa melanjutkan perjalanan ke arah pantai Sinden.

 

Ternyata tidak diguyur hujan sehingga kami dapat melihat bulan purnama yang bertengger indah menyinari bumi. Suara debur ombak membuat malam semakin syandu.

 

Masalah membagi jatah bawaan perbekalan memancing, kami menyusuri jalan setapak. Suasana pantai Sinden yang masih termasuk kawasan pantai selatan begitu menakjubkan. Meskipun jalanan yang kami lewati begitu sulit karena harus menapaki bebatuan tajam dan menaiki bukit-bukit karang tapi hal itu sangat mengasyikkan.

 

Setelah hampir satu jam berjalan menyusuri bukit karang, kami pun sampai di pantai Sinden yang masih perawan. Alamnya sangat indah di bawah cahaya purnama.

 

Kami memilih tempat memancing di bukit karang yang tinggi. Hal tersebut untuk menghindari hantaman ombak pantai selatan yang sudah sangat terkenal ganas. Apalagi, Misteri baru mendengar kabar dari porter (orang yang dibayar untuk membawa perbekalan memancing) bahwa beberapa hari yang lalu ada pemancing yang mati terserang ombak banteng. Apa yang disebut ombak banteng ini memang sangat ditakuti di pantai Sinden. Pasalnya, ombak tersebut tidak dapat diduga. sehingga bagi para pemancing yang tidak siaga akan tewas dihantamnya.

 

Setelah porter mendirikan tenda dan menyiapkan umpan, kami pun asyik memancing. Waktu sudah menunjukkan Setengah dua belas malam ketika kami mulai melempar kail. Mas Taufik salah seorang pengembara dari alas Jepara begitu datang langsung duduk bersila. Dia bermeditasi.

 

Sebenarnya, penulis juga ingin bermeditasi seperti orang tersebut tapi karena kegemaran memancing sangat kuat maka penulis lebih memilih mancing seperti yang lain. Malam itu ikan susah dipancing. Karena memasuki pukul dua dini hari sang Isteri sudah memperoleh tiga kakap merah dan ikan panjo (cucut biru). Saking asiknya memancing, penulis tidak menyadari bahwa Mas Udhi dan teman yang lainnya sudah pada tidur. Saat itu juga penulis tiba tiba merasakan yang lain. Ya, tiba tiba angin seolah berhenti bertiup. Debur pantai selatan pun ikut berhenti. Ini kondisi yang tak lazim.

 

Saat masih dicekam kegamangan, sayup-sayup telinga penulis mendengar lantunan tembang Jawa. Suara wanita pelantunnya begitu syahdu memecah kesunyian. Rasanya sangat tidak mungkin ada perempuan pada dir hari ini di pantai sinden.

 

Penulis pun maklum. Tentu ini yang dimaksud Bowo dalam ceritanya. Bahwa pada malam Jum’at Kliwon penghuni gaib pantai Sinden akan mengganggu para pemancing.

 

Bagi penulis, tembang itu bukan gangguan. Siapa tahu lantunan-lantunan syairnya adalah sebuah pesan yang ingin disampaikan kepada manusia.

 

Penulis tidak sempat untuk membangunkan yang lain, sebab sangat penasaran untuk mendengar tembang-tembang itu. Meski penulis tidak begitu pandai dalam berbahasa Jawa halus, tapi sebagian syair yang dilantunkan oleh sinden gaib tersebut begitu lekat dalam ingatanku,

 

“Duh Gusti ingkang kuasa…

Dalem sungkem ing arsani pun panjenengan,

Nyuwun tulung di dohke musibah Ian pagebluging raja tahun …

Sebab ingsun mboten kuat nyonggo loro,

Soko picising dosa gesang,

Nogo tahun, mongso tahun,

Kanti manungsa lali jiwane,

Nggih puniko tahun sapuniko.”

 

Maknanya kurang lebih: “Aduh Gusti yang Maha Kuasa. Minta bantuan dijauhkan dari musibah dan wabah rajanya tahun. Sebab saya tidak kuat menanggung sakit. Dari kutukan dosa makhluk hidup. Naga tahun, memakan tahun. Sampai manusia melupakan jiwanya. Yang demikian itu tahun sekarang.

 

Jika kita mau menyimak maknanya, maka kita akan dibuat bergidik. Bagaimana tidak? Syair itu menggambarkan bahwa tahun yang sedang berjalan ini penuh dengan wabah penyakit, musibah dan gelapnya hati manusia. Ini berarti sedang berpijak pada tahun musibah. Oleh karena itu tahun ini kita harus berhati-hati dan sabar. Semua manusia atau makhluk hidup lainnya sedang digelapkan jiwanya sehingga lahirlah beberapa tragedi. Penipuan, pembunuhan, pemerkosaan merajalela di mana-mana. Karena manusia sedang gelap jiwanya. Orang baik, penjahat ataupun pejabat sedang kesusahan. Baik secara perekonomian maupun secara batiniah. Akibat dari kutukan dosa-dosa yang di buat makhluk hidup lahirlah beberapa bencana yang siap meluluhlantakkan manusia dan makhluk hidup lainnya. Intinya setiap makhluk hidup sedang dalam penderitaan.

 

Nyanyian sinden gaib tersebut diakhiri isak tangis yang memilukan. Hati penulis begitu tergetar mendengar rintihannya.

 

“Siapakah engkau yang melantunkan tembang lara ini?” Tanyaku separuh bergumam.

 

“Aku Raras Ayu, salah satu pesinden Ibunda!” Jawab suara lembut tersebut.

 

Penulis kaget. Ternyata gumaman tadi didengar oleh sang gaib. Tentu yang dimaksud “Ibunda” adalah Ibu Kanjeng Ratu Laut Kidul.

 

Ketika penulis memintanya untuk menampakkan wujudnya, pesinden itu menolak. Dia khawatir jika dia menampakkan diri aku tidak akan dapat kembali bercampur dengan manusia alias terbawa ke jagad lelembut pantai selatan.

 

Dia hanya meminta penulis merenungkan syair-syairnya. Dari situ akan ditemukan jawabannya.

 

Semua orang yang masih punya nyawa berpeluang terkena musibah di tahun ini. Oleh karena itu tahun ini kita dituntut untuk mempertebal iman dan memperbesar kesabaran dalam menghadapi hidup. Barangkali karena sengkolo tahun ini yang cukup besar sehingga para orang Jawa dulu sangat berhatihati dalam menghadapi tahun ini.

 

Aura tahun Naga Dowo memang berkekuatan negatif. Diperkirakan puncak dari sengkolo yang di timbulkan tahun Naga Dowo adalah dimulai tahun 2004 sampai 2007 bulan april. Tahun-tahun tersebut tersebut hendaknya kita sebagai manusia meningkatkan kehati-hatian dalam bertindak dan harap selalu waspada dengan lingkungan. Dimungkinkan tahun-tahun tersebut terjadi musibah besar-besaran baik secara individual maupun sosial. Manusia akan semakin susah menanggung hidup. Terlalu banyak masalah, rumit dan masuk dalam lingkaran setan. Penipuan semakin meningkat. Kecelakaan yang merenggut puluhan nyawa, kebakaran, banjir bandang dan bencana alam lainnya. Ini bukan hanya sekedar ramalan. Ini sudah menyadi perilak tahun Naga Dowo. Kita semua tentu saja telah melihat buktinya, bukan? Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Kisah Mistis: MENIKAHI SILUMAN BUAYA SUNGAI CITARUM

Kyai Pamungkas

Panggonan Wingit: MUNJUNG DI KERAMAT CILUTUNG

Kyai Pamungkas

Kisah Mistis: Mengadopsi Anak Gaib

paranormal
error: Content is protected !!