Ngaji Bareng Kyai Pamungkas

Ngaji: MISTERI KAROMAH PARA WALI

Ngaji: MISTERI KAROMAH PARA WALI

PERISTIWA PARANORMAL ATAU HAWARIOUL ADAT YANG TERJADI ATAS DIRI PARA WALI SANGAT SULIT DIDETEKSI. LANTAS, BAGAIMANA DENGAN OTENTISITAS KISAH-KISAH YANG TELAH BERKEMBANG DI MASYARAKAT LUAS? APAKAH ITU KEBOHONGAN SEMATA…?

 

TAK dapat disangkal, sejak dahulu hingga sekarang sudah terdapat peristiwa-peristiwa yang tak dapat diterangkan oleh ilmu-ilmu pengetahuan yang ada. Peristiwa-peristiwa tersebut terutama berkaitan dengan kemampuan manusia yang untuk sementara waktu dianggap aneh atau sama sekali tidak lazim. Namun, seiring dengan maraknya pemunculan orang-orang yang memiliki kemampuan di luar nalar, maka para sarjana modern kemudian berhasil menelorkan satu cabang keilmuan baru yang dikenal sebagai Parapsychology. Sementara kajian yang bertautan dengan cabang keilmuan ini disebut sebagai Paranormal. Para berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “di seberang” atau “beyond” dalam Bahasa Inggris. Dengan demikian Paranormal berarti “di sebrang hal-hal yang normal.”

 

Menurut sebuah data, istilah Paranormal sendiri sesungguhnya telah dipakai oleh kaum spiritualis di Inggris sejak tahun 1830. Istilah ini kemudian tersebar luas ke berbagai penjuru dunia, termasuk ke Indonesia. Bahkan, di Indonesia istilah ini mengalami penyempitan maksud dan pengertian, sebab cenderung bukan digunakan untuk menggambarkan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang, namun lebih kepada penyebutan orang dengan kemampuan yang unik. Akhirnya, muncullah berbagai sebutan seperti: Paranormal Ki Joko Bodo, Paranormal Ki Gendheng Pamungkas, Paranormal Mbah Roso, dan lain sebagainya.

 

Dalam Bahasa Arab ada istilah yang hampir sama, yakni yang mengandung pengertian kemampuan’di seberang hal-hal yang normal” Istilah tersebut adalah Hawarigul Adat. Dalam Jingkup tasawuf peristiwa Paranormal atau Hawarigul Adat ini terbagi ke dalam beberapa tingkatan, yakni:

 

1. Mujizat, yang berarti sebagai peristiwa atau gejala paranormal yang dimiliki oleh para Nabi dan Rasul.

 

2. Irhash, berarti sebagai gejala paranormal yang dimiliki oleh calon Nabi dan Rasul, jadi berlangsung sebelum mereka diangkat sebagai Nabi atau Rasul.

 

3. Karomat atau Karomah, yakni kemampuan paranormal yang dimiliki oleh para Wali.

 

4, Ma’unat, yaitu kemampuan atau peristiwa paranormal yang dialami oleh orang biasa yang bukan Nabi atau Wali.

 

5. Istidraj, berarti peristiwa paranormal yang diperuntukkan bagi orang munafik, atau setidak-tidaknya orang yang memiliki dosa sangat besar.

 

6. Sihir, yakni peristiwa paranormal yang dialami atau dilakukan oleh orang-orang kafir, ataupun oleh orang yang sangat jahat.

 

Tulisan ini secara khusus akan menyoroti mengenai Karomat atau Karomah yang dimiliki, atau pun dipertunjukkan oleh para Wali. Hal ini memang sengaja Misteri lakukan, mengingat selama ini telah terjadi pro dan konra yang cukup tajam dalam masalah ini. Sebagai contoh adalah pro dan kontra mengenai Managib: apakah dokumen dalam Managib itu dapat dipercaya atau tidak?

 

Memang, peristiwa paranormal atau Hawarigul Adat yang terjadi atas diri para Wali ini sangat sulit dideteksi. Alasan pertama adalah karena mereka sendiri, yang sesuai dengan anjuran agama, selau menyembunyikai kemampuannya karena takut uzub dan riya. Yang kedua adalah karena pada umumnya yan: mengabarkan adanya kemampuan paranormal atas diri para Wali itu adalah murid-muridnya sendiri, dan umumnya hal ini terjadi setelah sang Wali dimaksud telah wafat. Nah, tulisan para murid inilah yang kerap memunculkan kontroversi. Di satu pihak ada orang yang tidal menyetujuinya dan menganggap sebagai hal yang tidak masuk akal, namun di pihak lain banyak juga orang yang mempercayai Karom sang Wali, sekaligus memuja-mujanya. Lihat saja contohnya Manaqib para syech terkemuk seperti: Syech Abdul Qodir Al Jailani, Syech Naqsyabandi, Syech Sahrowardy, dan lain sebagainya.

 

Tak bisa kita salahkan jika masih banyak pihak yang beranggapan bahwa cerita-cerita yang disajikan dalam Manaqib, utamanya yang bersentuhan dengan kisah kemampuan paranormal para Wali tertentu, hanyalah sebagai sesuatu yang dilebih-lebihkan saja, dar sama sekali tidak masuk akal sehat. Contohnya saja: bagaimana mungkin Hasan Al Basri, seorang sufi besar yang lahir di Madinah pada tahun 21 Hijriyah (642 M) itu bisa tiap bakda sholat Asar melakukan diskusi di Mekkah, dan setelah itu dia kembali ke Basrah untuk melakukan sholat Magrib berjamaah, padahal jarak antara Mekkah dan Basrah adalah ribuan kilometer jauhnya? Bagaimana Hasan Al Basri bisa menempuh jarak sejauh itu dalam waktu yang sangat singkat?

 

Mungkin, Pembaca juga ingat dengan kisah Al Hallaj yang telah membebaskan 300 orang tahanan hanya dengan menunjuk dinding penjara sehingga membuatnya jebol? Atau, Pembaca mungkin pernah mendengar kisah tentang Abu Yazid Al Bistomi yang disebutkan bisa terbang dan berjalan di atas air? Sungguh tidak masuk akal, bukan?

 

Apa yang kita anggap tidak masuk akal itu sesungguhnya juga akan menjadi jelas bila kita mau mendalami kajian ilmu Parapsychology. Di dalam lapangan ilmu ini telah dikenal berbagai istilah untuk menggambarkan berbagai fenomena yang terjadi di luar jangkauan akal sehat manusia. Beberapa istilah dimaksud, adalah: Clairvoyence, Telepathy/Transfer of Thought, Precegnation, Psychokinesis, Teleportasi/Bilocation dan lain sebagainya.

 

Di dunia Islam, salah satu sumber riwayat yang mengisahkan tentang berbagai kemampuan atau gejala paranormal yang dipertunjukkan oleh para Wali adalah kitab terkemuka berjudul Tadkhirotul Auliya, karangan Fariduddin Attar, yang dalam Bahasa Inggris ditulis Tadhkirat Al Auliya’ By Fard Al Din Attar. Fariduddin Attar sendiri mengambil sumber kepenulisannya dari kitab-kitab lainnya, yakni:

 

1. Hikayat Al Mashayikh oleh Abu Muhammad Ja’far bin Muhammad Al Khuldi (Tahun 384 H/959 M).

 

2. Kitab Al Luma’ oleh Abu Nasr ‘Abdullah Ibnu ‘Ali As-Sarraj (Tahun 378 H/988 M).

 

3. Tabagot As-Sufiyah oleh Abu’Abdul Rahman Muhammad Ibnu Ai Husain AsSularni (Tahun 412 H/1021 M).

 

4. Hilyat Al Auliya’ oleh Abu Nu’aim Ahmad Ibnu Abdullah Al Isfahani (Tahun 430 H/1038 M).

 

5. Kusyful Mahjub oleh Abul Hasan Al Hujwiri (Tahun 467 H/1075 M).

 

Sebuah kelemahan dalam kitab Tadkhirotul Auliya adalah ketiadaan footnotes atau endnotes, sehingga banyak pihak yang meragukan kesahihan buku ini. Namun ketiadaan unsur penting dalam aturan kepenulisan iimiah itu kiranya dapat dimaklun sebab pada zaman Fariduddin Attar menulis buku hal tersebut memang belum menjadi suatu kebiasaan atau keharusan. Sekarang, tinggal bagaimana kita ingin mempercayai atau tidak sama sekali!

 

Berikut ini adalah beberapa kisah yang kami nukilkan dari kitab Tadkhirotul Auliya, yang berhubungan dengan sejumlah gejala paranormal…

 

BILOCATION/TELEPORTASI

 

Gejala berupa Bilocation atau Teleportasi ini dipertunjukkan oleh Hasan Al Basri, seorang sufi besar pada awal sejarah Islam yang lahir di Madinah, lewat sebuah kisah yang sangat mashur.

 

Adalah seorang yang ahli membaca Al Qur’an bernama Abu Amr. Suatu ketika di saat sedang mengajar Al Qur’an, tiba-tiba masuklah seorang anak laki-laki ke ruang tempatnya mengajar. Abu Amr memandangi anak laki-laki yang asing baginya. Anehnya, sejak kedatangan anak laki-laki itu dia menjadi lupa pada seluruh bacaan Al Qur’an yang dulu telah dia hapal di luar kepala.

 

Karena kejadian yang aneh ini Abu Amr pergi mendatangi Hasan Al Basri untuk menceritakan apa yang dialaminya.

 

“Tuan, demikianlah keadaan saya. Saya telah lupa dengan seluruh isi Al Qur’an karena bocah lelaki asing itu, tutur Abu Amr dengan berurai air mata.

 

Hasan Al Basri merasa bersedih dengan cerita Abu Amr. “Sekarang adalah musim naik haji, Pergilah ke Mekkah. Kalau Anda telah mengerjakan haji, pergilah ke Masjid Khaif. Di sana Anda akan melihat seorang tua duduk di tikar sembahyang. Jangan mengganggunya, biarkan dia hingga selesai, Kemudian mintalah kepadanya untuk mendoakan Anda,” katanya, memberi nasehat.

 

Singkat cerita, Abu Amr berbuat sesuai dengan saran Hasan Al Basri. Setelah menunaikan haji dia pergi ke Masjid Khaif. Sambil duduk di salah satu sudut, dia memperhatikan orang tua yang tengah dikerumuni banyak orang. Beberapa saat kemudian seorang lelaki berjubah putih tiba di antara kerumunan itu. Orang-orang yang mengerumini si orang tua segera memberi jalan. Mereka kemudian sholat berjamaah dengan imam lelaki berjubah putih yang baru saja tiba. Setelah sholat, lelaki berjubah putih dan orang-orang lainnya pergi meninggalkan masjid, sehingga tinggallah orang tua tadi.

 

Abu Amr segera mendatangi lelaki tua itu. “Dengan nama Allah, tolonglah saya!” Katanya sambil menangis.

 

“Siapa yang menyarankan engkau datang kepadaku?” Tanya orang tua itu.

 

“Hasan Al Basri,” jawab Abu Amr.

 

Orang tua itu menengadahkan wajahnya dan berkata, “Siapapun yang mempunyai imam seperti Hasan, maka dia tidak akan memerlukan orang lain. Ketahuilah, orang yang memakai jubah putih tadi, mengimami kami sholat, dan pergi sebelum orang lain pergi adalah Hasan sendiri. Setiap hari dia sholat ‘Asar di sini bersama kami, lalu ngobrol sebentar, dan kemudian kembali pergi ke Basra untuk menunaikan sholat Magrib. Siapapun yang mempunyai imam seperti Hasan, mengapa dia minta aku untuk mendoakannya?”

 

Cerita tersebut mengingatkan kita pada Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang begitu singkatnya dengan menempuh jarak yang sangat jauh. Jarak antara Mekkah dan Basrah ribuan kilometer jauhnya. Tentu saja pada saat itu belum ada pesawat terbang. Tapi toh Hasan Al Basri sholat Asar di Mekkah dan kembali ke Basrah untuk sholat Magrib. Dalam literature modern peristiwa ini disebut Bilocation atau Teleportasi, kemampuan berada di beberapa tempat dalam waktu bersamaan.

 

Fenomena paranormal semacam ini pernah pula diceritakan terjadi atas diri seorang yang dikenal dengan sebutan sebagai Wali Musa, yang tinggal di Desa Kedung Dalem, Kec. Mauk, Kab. Tangerang, Banten. Awalnya, ada seorang jemaah haji Indonesia asal Bandung yang mengaku telah mendapat pertolongan dari Bapak Musa saat mereka sama-sama wukuf di Arafah. Bahkan, dalam kesempatan tersebut Bapak Musa sempat memberikan alamat tempat tinggalnya. Anehnya, pada saat bersamaan keluarga dan tetangganya menyaksikan Bapak Musa tetap berada di dalam kamar tempatnya berkhalwat, bahkan tak pernah pergi kemanapun.

 

Setelah peristiwa ini, banyak fenomena Bilocation yang ditunjukkan oleh insan takwa bernama Musa ini, sehingga kemudian orang-orang menjulukinya dengan sebutan Wali Musa.

 

PSYCHOKINESIS

 

Gejala paranormal yang disebut sebagai Psychokinesis berulang kali dipertunjukkan oleh sufi wanita Rabi’ah Al Adawiyah, yang hidup sezaman dengan Hasan Basri.

 

Ceritanya, suatu ketika Hasan melihat Rabi’ah yang sedang duduk menyendiri di tepi danau. Sambil melemparkan sajadahnya ke air, Hasan berteriak, ”Rabiah, marilah. Mari kita sholat dua rakaat di sini!”

 

“Ya, Hasan! Kalau Anda ingin menunjukkan kemampuan spiritual di dunia ini, maka perlihatkanlah apa saja yang orang lain tidak mampu mengerjakannya,” jawab Rabi’ah sam melemparkan sajadahnya ke udara, dan dia terbang dengan sajadahnya itu. Lalu, dari uda dia berkata lagi, “Marilah ke sini, Hasan, tiap orang pasti akan dapat melihat kita!”

 

Hasan Al Basri yang belum mencapai tingkat itu hanya terdiam. Rabi’ah lalu menghiburnya, “Hasan, apa yang Anda kerjakan ikan pun dapat mengerjakannya. Dan apa yang aku kerjakan lalat pun mampi Kemampuan yang sesungguhnya adalah ap yang di luar tadi.”

 

Kisah ini adalah contoh Psychokinesis,

 

Garut, Jawa Barat, sekitar tahun 80-an juga seorang tokoh sufi yang bisa menunjukkai kemampuan semacam ini, yakni yang dikenal dengan nama Aang Noh. Menurut cerita seorang teman, seringkali Aang Noh menunjukkan kemampuan Psychokinesis dengan cara sembahyang di atas danau ya ada di depan pekarangan rumahnya. Cerita sekaitan dengan gejala Psychokir ini pun sudah sering kali kita dengar pada Wali Songo. Salah satunya kisah Sunan Bon. yang bisa mengupas buah enau selagi masi pohonnya sehingga menjadi emas.

 

TELEPATHY/TRANSFER OF THOUGHT

 

Seorang Wali besar dari Persis bernama Khafif Bin Esfakshad dilahirkan di Shiraz pad. tahun 270 H dia pergi ke Baghdad, dan di sana bertemu dengan Al Hallaj dan sufi lainnya.

 

Sesudah menulis sebuah buku Abu Khafil Bin Esfakshad meninggal di kota kelahiranny pada tahun 371 H/982 M. Dari berbagai cerita sekaitan gejala Hawarigul Adat, berikut ini kami nukilkan salah satu cerita yang bersumber dari Abu Khafif sendiri:

 

Pada permulaan karir aku ingin sekali naik haji. Ketika sampai di Baghdad hatiku penuh sekali dengan kecongkakan, sehingga aku tida jadi menemui Al Junaid. Sampai suatu ketika saat aku bepergian melewati sebuah gurun, aku merasa sangat kehausan. Sambil membawa tali dan gayung aku mencari sumber air. Dari jauh aku melihat mata air itu, dan seekor kijang sedang minum di sana. Namun setelah aku sampai di pinggir mata air, airnya surut ke dalam.

 

Ya, Tuhanku…!” Aku berteriak. Lalu, tiba-tiba aku mendengar suara, “Kijang itu tidak membawa gayung dan tali. Dia sepenuhnya mempercayakan di kepadaKu!”

 

Dengan perasaan gembira, aku membuang tali dan gayung itu, lalu segera melanjutkan perjalananku. “Ya, Abu Khafif…” Aku mendengar suara lagi, “Kami mengujimu. Karena kamu telah memperlihatkan kesal kembalilah dan minumlah!”

 

Aku kembali dan menemukan airnya mencapai pinggir atas sumber mata air itu, aku wudhu dan minum. Selanjutnya aku meneruskan perjalanan yang jauh hingga Mekkah, tanpa perlu air lagi.

 

Ketika aku kembali ke Baghdad, dan suatu hari Jum’at aku pergi ke masjid, di Junaid melihat aku dan tiba-tiba berkata Anda benar-benar sabar, dari pikiran Ibnu Khafif sendiri. Inilah yang dalam Parapsychology dikenal dengan istilah Telepathy atau Transfer of Tought.

 

Di antara Desa Cakung Kawung dan Cibarerang, dahulu ada seorang alim yang dikenal dengan sapaan Ajengan Baros memiliki kemampuan Telephaty yang sangat mengagumkan. Misalnya, kalau ada orang ya akan bertamu maka dia sudah mengetahui siapa yang datang, baik nama, asal, maupun tujuan kedatangannya.

 

Banyak kesaksian yang menyebutkan kala Jum’at sore Ajengan Baros selalu tidur di bilik bersamaan banyak yang menyebutkan Aje Baros tengah sholat di Mekkah.

 

CERITA mengenai Hawarigul Adat atau gejala paranormal yang dialami oleh para Wali tentu saja tidak hanya terbatas pada a yang kami ceritakan dalam tulisan singkat. Tentu saja masih banyak cerita lain yang dapat diklasifikasikan ke dalam istilah-istila Parapsychology seperti yang telah diciptak oleh para sarjana di negara belahan Barat. Misalnya saja, kemampuan menghidupkan Syech Abdul Qodir Al Jailani, pecah ragi dalam cerita Sunan Kalijaga, dan lain-lai Secara keilmuan, kisah-kisah ini belum bisa dipertanggungjawabkan penuh. Namun, kita patut mempercaya mengingat kisah-kisah tersebut berasal dari kalangan Wali sendiri, yang tentunya adalah orang-orang yang mensucikan diri, berakhlak mulia, karenanya roh atau jiwanya sudah berkembang jauh.

 

SUNAN AMPEL MAMPU MENGHIDUPKAN ORANG MATI

 

RADEN RAHMAT atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan Ampel, adalah termasuk salah seorang tokoh sufi dan Wali Allah yang sangat terkenal.

 

Dia lahir di negeri Cempa pada tahun 1401 M. Ayahnya bernama Ibrahim Al-Ghazi, seorang ulama besar dari Samargandhi, sedangkan ibunya bernama Dewi Candrawulan, puteri Raja Cempa.

 

Dia datang dari Cempa ke Pulau Jawa pada mulanya karena hendak berkunjung ke tempat bibinya, Dharawati, yang diperisteri oleh Prabu Brawijaya dari Majapahit. Namun akhirnya dia menikah dengan puteri dari Aryotejo dari Tuban yang bernama Condrowati, dikaruniai lima orang anak. Sunan Bonang dan Sunan Drajat, adalah dua di antara puteranya.

 

Mengenai gejala paranormal Sunan Ampel, salah satunya adalah sebagai berikut:

 

Sunan Ampel memiliki seorang murid merangkap tukang sapu masjid, bernama Mbah Shalih (ada juga yang menyebutnya Mbah Sholeh-Red). Hasil kerjanya memang sangat memuaskan bagi sang

 

Wali dan semua orang. Betapa tidak, apabila menyapu lantai masjid benarbenar bersih sekali, sehingga sujud tanpa sejadah pun tak akan membuat wajah menyadi kotor.

 

Setelah wafat dan dimakamkan di muka masjid, sangat terasa oleh Sunan Ampel dan banyak orang, bahwa tak ada seorang pun yang mampu menyapu lantai sebersih hasil sapuan Mbah Shalih.

 

Melihat hal yang demikian, maka terucaplah dari lisan Sunan Ampel perkataan, “Seandainya Mbah Shalih masih hidup, tentulah masjid ini menjadi bersih.”

 

Sungguh menakjubkan! Tiba-tiba saja di pengimaman nampak Mbah Shalih sedang menyapu lantai. Semua orang yang menyaksikan Mbah Shalih hidup kembali dan bekerja seperti biasanya, tentu saja merasa sangat keheranan.

 

Setelah beberapa bulan kemudian Mbah Shalih wafat lagi dan dimakamkan di sebelah timur masjid, berdampingan dengan makamnya yang pertama.

 

Sepeninggalan Mbah Shalih, keadaan masjid menjadi kotor. Namun atas karamah Sunan Ampel yang mengucapkan kata-kata sebagaimana dahulu, maka dengan izin Allah, Mbah Shalih hidup lagi dan bekerja seperti biasanya yaitu menyapu lantai masjid.

 

Demikianlah peristiwa Mbah Shalih wafat dan hidup lagi secara berulang-ulang. Setelah kuburannya genap berjumlah delapan buah,

 

Sunan Ampel pun wafat. Mbah Shalih pun kemudian wafat, sehingga kuburannya kini berjumlah 9. Letak kuburan yang akhir berada di ujung paling timur masud.

 

SUNAN DRAJAT DAN IKAN TALANG

 

RADEN Qasim atau Sunan Drajat adalah saudara Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), keduanya putera dari Raden Rahmat (Sunan Ampel). Dia termasuk anggota Wali Sanga yang ikut serta mendirikan masjid dan kerajaan Demak Bintara.

 

Dikisahkan, pada suatu ketika Sunan Ampel menugaskan Sunan Drajat untuk berdakwah di wilayah yang terletak di antara Gresik dan Tuban, karena di sana belum ada seorang ulama pun.

 

Karena demikian perintah dari orang tuanya, maka Sunan Drajat segera berangkat melalui jalan laut dengan menggunakan sebuah perahu sebagai kendaraannya.

 

Dalam perjalanan tersebut, beliau mendapat ujian dari Allah SWT. Perahu yang diturmpanginya tiba-nba diserang oleh ombak yang sangat besar kemudian membentur batu karang. Akibatnya, perahu menjadi pecah berkeping-keping. Sunan menyadari, dia pun menyerahkan nasibnya kepada Allah, di samping tetap berusaha dengan berenang sambil mencari-cari barangkali ada sesuatu yang dapat menyelamatkan dirinya. Karena tawakalnya yang sungguh-sungguh kepada Allah SWT, maka tak lama kemudian datanglah pertolongan secara tidak disangka-sangka. Dalam keadaan yang sangat kritis itu, Allah menggerakkan seekor ikan talang yang sangat besar, mendatangi tempat sang wali yang sedang berenang.

 

Sunan Drajat buru-buru naik ke atas punggung ikan talang. Lalu ikan itu membawanya sampai ke tepi pantai wilayah Desa Jeleg (sekarang termasuk wilayah Desa Banjarwati, Pacitan).

 

Begitu tiba di darat dengan selamat, Sunan langsung sujud syukur sebagai tanda terima kasih kepada Allah, yang telah melindungi dirinya dari marabahaya.

 

Menurut beberapa sumber, karena telah diselamatkan oleh ikan talang, konon Sunan Drajat kemudian melarang keturunannya untuk memakan daging ikan ini.

 

SUNAN KUDUS MEMERINTAH ANGIN

 

SUNAN KUDUS nama aslinya adalah Raden Ja’far Shodig, putera dari Raden Usman Haji yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan Ngudung dari Jipang Panolan.

 

Menurut keterangan dari berbagai sumber, tokoh sufi dan Wali Allah yang termasuk anggota Wali Sanga ini terkenal ketinggian ilmu serta kesaktiannya. Maka tak heran kalau dia disegani dan dihormati oleh segala lapisan masyarakat.

 

Meskipun demikian, tentu ada saja manusia yang tidak mau mengakui kehebatan Sunan Kudus yang sudah kondang keliwat-liwat itu. Di antaranya Ki Ageng Kedu, seorang pendekar sakti manderaguna berasal dari daerah Kedu. Dia penasaran, ingin mencoba adu kesaktian dengan sang Wali. Untuk melaksanakan niatnya itu, pada suatu hari Ki Ageng Kedu terbang ke Kudus dengan menggunakan sebuah tampah.

 

Orang-orang yang sempat menyaksikan, mereka sangat terkagum-kagum dengan kesaktian si pendekar tersebut. Setibanya di daerah tujuan, dia mengelilingi kota Kudus sambil tertawa terbahak-bahak, diselingi dengan teriakan-teriakan yang isinya menantang Sunan Kudus.

 

Namun Sunan Kudus yang saat itu sedang melaksanakan sholat di masjid, tenang-tenang saja. Dan dia baru melangkah ke luar setelah melakukan wiridan.

 

Begitu tiba di luar dan menyaksikan Ki Ageng Kedu sedang terbang di atas tampah, Sunan Kudus lalu menudingkan telunjuk jarinya ke arah orang yang menantangnya itu, sambil berkata agar angin menjatuhkan Ki Ageng Kedu dan tampahnya.

 

Apa yang terjadi? Seketika itu juga tampah yang ditunggangi Ki Ageng Kedu tiba-tiba meluncur ke bawah dan tak dapat dikendalikan lagi. Dan akhirnya, jagoan tersebut beserta “pesawat” anehnya jatuh ke tengah comberan yang kotor dan bau.

 

Sejak kejadian itu, seluruh kesaktian yang dimiliki Ki Ageng Kedu sirna. Dia kini kembali sebagaimana asalnya, tak memiliki kesaktian apaapa. Itulah buah dari kesombongannya sendiri.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Ngaji Psikologi: AIR TUBA DIBALAS AIR SUSU

Kyai Pamungkas

Ngaji Psikologi Bersama Kyai Pamungkas: TANGGA REZEKI

Kyai Pamungkas

Ngaji Psikologi: BAHAGIA SAAT BEKERJA

Kyai Pamungkas
error: Content is protected !!