Petualangan Astral: BENUA ANTARTIKA
Antarktika… Kutub selatan Bumi diliputi oleh benua es yang disebut dengan Antarktika. Luas wilayahnya 14 juta kilometer persegi. Hampir menyamai dua kali lipat benua Australia.
Menjadi benua satu-satunya di dunia yang diklaim tidak memiliki penduduk asli. Meski semua datarannya tertutupi es, Antarktika memiliki gunung berapi aktif, di antaranya gunung Erebus dan gunung berapi di Deception Island.
Membutuhkan biaya ratusan juta rupiah untuk bisa berkesempatan untuk langsung menginjakkan kaki di dataran Antarktika. Benua ini tidak dimiliki oleh negara manapun dan termasuk wilayah netral. Para peneliti dari berbagai dunia masih terus mempelajari benua es ini.
Akses Antarktika
Sejak cukup banyaknya Youtuber yang membahas hal-hal misterius dan berbagai teori konspirasi mengenai Antarktika, aku mulai mempertimbangkan memasukkannya ke dalam daftar tempat yang ingin kukunjungi. Awalnya sih aku sama sekali tak punya minat untuk menelusuri Antarktika. Apa yang menarik dari kawasan yang dipenuhi es? Bahkan konon tak ada penduduk asli di sana, saking dinginnya tempat tersebut.
Antarktika merupakan benua yang menyelimuti kutub selatan planet Bumi. Luas wilayahnya bukan main. Kurang lebih tidak kali lebih besar dari luas wilayah Nusantara. Benua ini tidak masuk ke dalam negara manapun. Artinya wilayah ini bersifat netral karena tidak ada yang secara khusus menjadikannya wilayah kekuasaan suatu negara tertentu.
Untuk saat ini, Antarktika dijadikan tempat untuk berbagai penelitian ilmiah. Para ilmuwan sampai sekarang masih sibuk mencari hal-hal baru yang bisa mengungkap rahasia alam semesta, khususnya kehidupan di planet Bumi. Semoga saja mereka mampu menemukan banyak pengetahuan yang bermanfaat bagi umat manusia dan semua yang hidup di planet ini.
Bagaimana caranya untuk bisa jalan-jalan ke sana?
Sayangnya Indonesia tidak memiliki akses untuk bisa melakukan perjalanan langsung ke Antarktika. Di antara negara yang mendapat akses ke sana adalah Australia dan Argentina. Persiapkanlah uang puluhan ribu dollar agar bisa menginjakkan kaki secara langung di sana.
Pemerintah Australia memiliki jadwal penerbangan untuk ke Antarktika. Namun penerbangannya jarang sekali dilakukan. Tersiar kabar bahwa penerbangannya dari Australia hanya ada 6 bulan sekali. Tentu ini bukan pilihan bagus bagi seorang penjelajah yang ingin berkeliling dunia bukan?
Memang pada umumnya, orang-orang yang ingin mengunjungi Antarktika lebih banyak yang berangkat dari Argentina. Di sana terdapat sebuah kota yang bernama Ushuaia. Kota tersebut menjadi kota paling selatan di seluruh dunia. Dari kota kecil inilah para pelancong mengikuti program pelayaran menuju Antarktika dengan menggunakan Cruiser.
Program yang ditawarkan ada dua macam. Pertama, program durasi perjalanan 10-14 hari, sementara yang kedua berdurasi 20-30 hari. Ada yang menawarkan untuk bisa benar-benar mendarat dan menginjakkan kaki di atas es Antartika, ada pula yang hanya menawarkan untuk melihat-lihat saja dari kapal pesiar.
Tentu saja biaya yang dibutuhkan untuk menuju ke Antarktika benar-benar amat sangat mahal. Jika dirupiahkan, bisa sampai mencapai 300 juta. Rasanya dengan anggaran uang sebesar itu, akan lebih baik jika melakukan European Trip, mengunjungi beberapa negara Eropa sekaligus dalam satu waktu. Tapi ya tetap saja, bagi para turis yang sudah sangat penasaran bagaimana keadaan dan suasana Antarktika, biaya berapa pun akan rela mereka keluarkan.
Ada dua hal yang menurutku paling menarik di Antarktika, Blood Falls dan Dry Valleys. Blood Falls menarik karena ia merupakan air terjun dengan warna airnya yang merah seperti darah. Sementara Dry Valleys merupakan wilayah anomali di Antarktika yang tidak ditutupi es. Tempat ini dijuluki sebagai tempat terkering di dunia karena kelembapan yang rendah dan tidak pernah mendapat curah hujan. Menarik bukan?
Satu hal lagi yang membuat Antarktika jadi bahan pembicaraan banyak orang terkait ditemukannya “piramida” yang ada di sana. Tepatnya di koordinat 79058 39.25″S 81”5732.21″W. Aku sendiri berpendapat itu bukanlah piramida, namun gunung batu yang terbentuk alami dan menyerupai piramida.
Memulai Penelusuran
Aku memilih Guntrasaka dan Sramvita untuk menelusuri Antarktika. Sebelum berangkat, Guntrasaka mengingatkan kepadaku untuk menggunakan pakaian khusus. Terlihat seperti baju untuk menyelam dengan warna hitam. Katanya, pakaian ini akan membuat badanku tetap hangat selama di sana.
Kami bertiga meminta perlindungan kepada Sang Mahakuasa, agar terhindar dari segala marabahaya yang bisa jadi mencelakakan kami di Antarktika. Guntrasaka membukakan portal untuk menuju tempat tujuan kami. Dengan cepat, kami pun sudah berpindah tempat.
Kulihat area sekitar yang hanya berupa dataran es. Guntrasaka menghantamkan kakinya beberapa kali ke dataran es yang ia injak. Memastikan ketebalan esnya cukup tebal untuk dia pijaki. Setahuku ketebalan es di Antarktika rata-rata 4 kilometer. Jadi sebenarnya dia tak perlu khawatir.
“Di perairan sini kan banyak ikan. Kok gak pada beku ya?” tanyaku pada Sramvita.
“Tentu saja ikan-ikan di sini berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan, sehingga dalam kurun waktu tertentu, mereka berevolusi dan memiliki kemampuan untuk tidak beku di suhu serendah ini,” ungkapnya.
“Hmm, begitu ya?”
“Tuhan sudah mendesain setiap ciptaan-Nya dengan sebaik-baik bentuk yang tentu saja disesuaikan dengan kondisi habitatnya,” sambung Sramvita.
Aku mengangguk setuju. Mengingatkanku pada pelajaran kehidupan saat aku mengunjungi beberapa planet luar Bumi. Manusia kita pada umumnya berpikir bahwa di beberapa planet tertentu sama sekali tidak menopang adanya kehidupan. Namun setelah aku telusuri sendiri, kehidupan itu selalu ada. Entitas yang tinggal di planet-planet tersebut bisa hidup tanpa kesulitan, padahal bagi kita kondisi planetnya sangatlah ekstrim.
Setiap entitas memang didesain agar bisa bertahan hidup di tempat di mana mereka tinggal. Contohnya kita sebagai manusia Bumi. Tentu saja tempat yang paling cocok bagi kita adalah planet Bumi. Sebanyak apa pun planet yang dikatakan para ilmuwan mirip kondisinya dengan Bumi, belum tentu kita akan bisa bertahan di sana.
Ikan-ikan di Antarktika bisa bertahan hidup tanpa membeku di suhu titik beku air karena di dalam tubuh mereka terdapat protein antibeku. Sehingga ikan-ikan bisa dengan tenangnya berenang di tempat terdingin di planet Bumi ini. Selain itu, ikan termasuk hewan berdarah dingin yang artinya suhu tubuhnya bisa disesuaikan dengan kondisi alam sekitarnya.
“Tak ada yang seru di sini!” Protesku pada Sramvita dan Guntrasaka. Bosan sekali hanya melihat dataran es sejauh mata memandang.
“Jadi kamu mau ke mana?” tanya Guntrasaka.
“Bagaimana kalau kita ke piramida yang ada di sini?” Aku memberi usulan. Ingin rasanya aku memeriksa sendiri apakah itu betul-betul piramida atau hanya sebuah gunung yang bentuknya seperti piramida.
Guntrasaka membawa kami langsung ke koordinat yang aku maksud. Kami melayang di atas sesuatu yang mirip dengan piramida tersebut. Beberapa detik kemudian terdengar suara laki-laki tanpa kuketahui siapa dia sebenarnya.
“Pergi dari sini!” usirnya dengan suara lantang.
Kami masih tak bergeming. Masa iya baru saja sampai sudah disuruh pergi.
Kulihat beberapa seperti moncong meriam diarahkan kepada kami. Tembakan-tembakan energi dilepaskan dan menggempur kami. Guntrasaka membuat sebuah gelembung pelindung transparan untuk menangkal semua tembakan tersebut.
Ini mulai terasa janggal. Bisa dibilang ini merupakan kali pertama kami diserang saat mengunjungi sebuah tempat. Mengapa mereka menyerang? Apakah kami dianggap sebuah ancaman?
Apa yang mereka takutkan jika kami mendatangi tempat ini?
Sepertinya aku harus merevisi spekulasiku tentang piramida Antarktika yang “hanya” sebuah gunung batu. Jika tidak ada sesuatu yang dianggap berharga, rasanya tidak mungkin mereka menyerang begitu saja tanpa memberi kesempatan pada kami untuk bicara.
“Tempat apa ini sebenarnya?!” tanyaku dengan suara cukup keras.
“Bukan urusanmu!” jawab suara itu.
“Hentikan serangan kalian! Kami hanya ingin mengetahui apa yang ada di sini.”
“Kalian adalah musuh kami!” Jawabannya benar-benar tak bersahabat.
“Musuh? Sejak kapan? Sungguh, kami ini netral. Tak ada niatan kami untuk menjadikan kalian musuh. Kalian tak akan mampu melukai kami, karena kalian tak punya hak untuk mencelakakan kami!”
Gempuran tembakan energi terus saja dilepaskan kepada kami. Tak ingin kedatangan ke Antarktika siasia, aku memutuskan untuk mengaktifkan pandangan sinar X-Ray untuk mengetahui apa yang ada di balik piramida Antarktika.
Aku melihat banyak sekali entitas aneh di dalamnya. Kurasa mereka memiliki bentuk fisik, bukan astral. Di antaranya ada yang terlihat seperti karakter Davy Jones di film Pirates of The Carribean. Kulihat juga terdapat sebuah markas yang lebih mirip seperti laboratorium. Di situ makhluk-makhluk aneh seperti sedang diteliti untuk tujuan tertentu.
“Apa maksudnya kalian membuat semua ini?!” teriakku.
“Huru-hara!”
Aku bisa mendengar dengan jelas jawabannya. Aku memperjelas maksud dari kata-katanya. Rupanya yang ia maksud adalah tujuan untuk membuat huruhara atau kekacauan di tengah-tengah masyarakat dunia. Tercium pula kaitan mereka dengan elit global.
Rasa-rasanya ini jadi sesuatu yang berbahaya untuk kami ungkap.
“Jika kalian benar-benar ingin tahu apa sebenarnya tempat ini, bergabunglah bersama kami!” ajaknya, memberikan sebuah tawaran konyol.
“Untuk sementara kita lebih baik mundur, Guntrasaka, Sramvita,” ujarku.
Guntrasaka segera memulangkan kami ke base camp Salaka Minangka. Perjalananku yang pertama ke Antarktika masih menyisakan banyak tanda tanya. Penelusuran kami kali ini sepertinya tidak akan mudah.
Selang beberapa hari, aku membuat jadwal untuk kembali ke Antarktika bersama Guntrasaka dan Sramvita. Kedua kalinya kami sudah berada di piramida Antarktika. Baru saja kami datang, terdengar suara alarm peringatan. Kami tidak bisa mendekat. Sistem keamanan di sini sepertinya terus dijalankan secara ketat.
Kali ini kami diserang dengan rantai-rantai penjerat. Sepertinya mereka berniat untuk menangkap kami. Kukeluarkan senjata yang sudah lama Krieva buat. Slime yang bisa kubentuk jadi apa saja dan ukurannya bisa diatur sesuka hati. Aku mengubahnya menjadi sabit dan memotong rantairantai yang mendekat untuk menjerat.
Sekali lagi aku memindai apa yang ada di balik piramida tersebut. Tampak sebuah portal yang kurasa merupakan portal untuk menuju dimensi bawah. Selain itu terdapat pula sebuah lubang, entah itu alami atau buatan, yang digunakan mereka untuk mendapatkan hewan-hewan asli Antarktika. Kemudian hewan-hewan tersebut dijadikan sebagai bahan percobaan.
Kami bisa saja untuk memaksa menerobos masuk. Namun jika itu dilakukan, kami menjadi pihak yang salah karena memasuki wilayah orang lain tanpa izin. Tentu kita pun akan marah jika ada orang yang masuk ke rumah kita tanpa izin bukan? Maka dari itu, kami harus mencari cara lain untuk menyelidiki piramida Antarktika tersebut.
“Kita tak bisa menggali informasi langsung di lokasi. Sebaiknya kita mencari informasi di tempat lain yang tidak jauh dari sini.” Aku memberi saran.
Setelah melakukan riset lanjutan mengenai tempat-tempat yang ada di Antarktika, kami pun memutuskan untuk menuju Gunung Erebus. Sebuah gunung berapi paling aktif di sana yang tertutupi es. Rupanya terdapat gua es di gunung tersebut.
Awalnya tak ada siapapun yang ada di sana. Kami mencoba masuk ke dalam berharap ada yang bisa memberikan informasi kepada kami lebih lanjut mengenai piramida Antarktika.
“Permisi, kami ingin bertemu dengan raja yang menguasai gunung Erebus ini!” Menjaga sopan santun menjadi aturan dasar bagi kami sebagai petualang.
Muncul sebuah suara, “Tak ada raja di sini. Kami hanya memiliki tetua.”
Suara itu terdengar seperti suara wanita. Hanya saja aku tak melihat dari mana asal suara tersebut.
“Baiklah. Jika berkenan, kami ingin bertemu dengan tetua kalian.”
Tak lama kemudian, muncul dari dalam gua sesosok entitas berbulu putih kusam yang mirip dengan binatang bison gemuk. Hanya saja kedua tanduknya kecil sekali dibandingkan dengan ukuran badannya secara keseluruhan. Ia berjalan di atas kedua kakinya.
“Namaku Tr”t.”
“Salam kenal, tetua. Kami ke mari ingin bertanya beberapa hal terkait dengan sesuatu yang ada di sana.” Aku menunjuk ke arah piramida Antarktika.
“Tempat itu sudah lama digunakan oleh mereka untuk membuat banyak proyek rahasia. Berhatihatilah, target mereka adalah kalian,” ungkap sang tetua memberikan penjelasan sekaligus memperingatkan.
“Proyek rahasia seperti apa yang Anda ketahui?” tanyaku.
“Kalian pernah mendengar kloning, kan?”
Mataku tiba-tiba terbelalak. Tak menyangka bahwa Antaktika menjadi tempat rahasia untuk melakukan proyek tersebut. Proyek kloning sudah menjadi rahasia umum dan termasuk ke dalam deret teori konspirasi. Di mana para tokoh besar dunia, baik pemimpin atau artis-artis besar dibuat kloningannya.
Setelah yang asli dianggap tak berguna, maka kloningannya yang akan tampil di depan publik dunia.
“Saya masih belum mengerti sepenuhnya tentang kloning. Bagaimana mungkin mereka bisa memiliki kloning yang memiliki usia yang sama persis dengan yang aslinya?” Keningku sepertinya berkerut karena memikirkannya.
“Jangan kamu anggap kloningnya seperti yang kamu pikirkan. Tak ada gunanya jika mereka melakukan kloning yang semacam itu. Kloning yang mereka lakukan adalah membuat orang lain menjadi seperti seseorang yang sudah sangat dikenal orangorang dengan menggunakan teknologi yang mereka punya. Hanya tampak luarnya saja yang seperti sama. Namun sebenarnya orang yang berbeda.”
“Kurasa ini merupakan informasi yang penting. Apakah keselamatanmu tidak terancam jika kamu menyampaikan hal ini pada kami?”
“Sebuah kehormatan bagiku jika informasi itu penting untuk kalian bangsa manusia. Tak ada alasan bagiku untuk takut kepada mereka. Bagaimanapun, planet ini telah Tuhan hadiahkan untuk kalian. Kalian telah terpilih menjadi entitas teragung di muka Bumi ini. Sementara makhluk-makhluk seperti kami hanya sebatas menumpang saja.”
Aku tertegun sejenak. Meresapi kata-kata dari sang tetua. Merasa cukup berdialog dengannya, kami pun memutuskan untuk pulang. Sebelum kembali, aku mendapatkan bocoran mengenai mengapa kutub selatan disimbolkan kutub negatif dalam ilmu sains. Dari abstrak yang kuterima, kutub selatan disebut kutub negatif karena memang dominasi energi yang ada di kutub ini adalah negatif.
Bisa jadi maksud dari abstrak itu adalah kutub negatif dikuasai oleh para pihak yang menginginkan kerusakan. Di mana salah satu pihaknya adalah para elit dunia yang begitu seriusnya untuk mengontrol dan memperbudak manusia lainnya.
Sementara kutub utara disebut kutub positif karena dikuasai dan didominasi kekuatan positif. Aku mendapatkan kata “Shambhala” saat memindai kekuatan positif yang ada di sana. Jujur saja, informasi ini benar-benar baru buatku dan sama sekali tak kuduga sebelumnya.
Polaritas atau dualitas memang tak bisa dipisahkan dari kehidupan kita sebagai manusia. Baik-buruk, siang-malam, dingin-panas, semuanya berpasang-pasangan dan saling melengkapi satu sama lain. Jika benar di Antarktika didominasi kekuatan negatif, maka Arktik kutub utara harus menjadi penyeimbang dengan kekuatan positifnya.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)