Kisah Kyai Pamungkas

Petualangan Astral: TERRA INFINITA, BUMI TANPA BATAS

Petualangan Astral: TERRA INFINITA, BUMI TANPA BATAS

Kemunculan peta Terra Infinita membuat heboh para pengguna social media. Peta tersebut dimuat dalam sebuah buku yang ditulis oleh Claudio Nocelli, seorang penulis fiksi asal Argentina. Berdasarkan peta ini, planet Bumi ternyata jauh lebih luas dari yang selama ini manusia bayangkan. Itu karena Bumi digambarkan sebagai planet datar yang memiliki 178 dunia di atasnya dan berada di dalam lindungan kubah yang melingkupinya.

 

Terra Infinita sendiri memiliki arti harfiahnya adalah “tanah yang tak terbatas” atau “dunia yang tak hingga”. Namun apakah memang Bumi kita seluas yang digambarkan dalam Terra Infinita, bahkan tanah Yupiter, Uranus, Aldebaran dan yang lainnya merupakan dunia yang berada di luar es antarktika?

 

Dalam kesempatan kali ini, aku ingin lebih mengenal seperti apa planet Bumi yang selama ini kita tempati. Aku ingin mencoba melihat sendiri seperti apa planet ini jika dilihat dari kejauhan. Maka dari itu, aku mengajak Mynthalla melakukan penelusuran bersamaku.

 

Di base camp Salaka Minangka, aku menemui Mynthalla. Kami berbincang sejenak mengenai asal usul penamaan planet yang kita cintai ini sebelum memulai petualangan kami. Meskipun di setiap daerah nama penamaan untuk Bumi berbeda, namun semuanya mengacu pada satu arti, yaitu “tanah”.

 

Dalam kitab suci Al-Quran, planet Bumi diwakili dengan kata “ardh”. Kata tersebut secara pelafalan mirip dengan kata “earth” dalam bahasa Inggris. Kata “earth” sendiri konon berasal dari bahasa Anglo Saxon dari istilah “ertha” yang berarti tanah di mana kita berdiri. Sementara itu, dalam bahasa Ibrani, planet Bumi disebut “eretz”, dan dalam bahasa Suryani atau bahasa Aram disebut “arta”. Semua kata tersebut memiliki makna yang sama, yaitu tanah.

 

Bagaimana dengan penyebutan planet Bumi di beberapa negara di dunia? Mari kita perhatikan! e Di India disebut “Prithvi” e Di China disebut “Digiu” e Di Rusia disebut “Zemlya” e Di Yunani disebut “Ge” atau diwakili dengan nama seorang dewi yaitu “Gaia” e Di Spanyol disebut “Tierra” e Di Portugal disebut “Terra”

 

Semua kata di atas pun memiliki makna yang sama yang berarti tanah. Dan bagaimana dengan di Indonesia? Kita menyebut planet tempat kita tinggal dengan sebutan “Bumi” yang ternyata berasal dari bahasa Sansekerta “Bhumi” yang lagi-lagi berarti tanah.

 

“Jadi persiapan apa yang harus kulakukan sebelum kita berangkat?” tanyaku pada Mynthalla.

 

“Tentu saja gunakan pakaian khusus!” sela Krieva sambil menyodorkan apa yang harus kukenakan.

 

Jika biasanya kami berpindah tempat atau mengunjungi luar angkasa beserta planet-planet lain menggunakan portal, kali ini kami mencoba untuk terbang secara tegak lurus ke atas menjauhi permukaan tanah.

 

Perlahan aku merasakan suhu sekitarku menjadi lebih tinggi setelah semakin tinggi kami terbang. Sepertinya kami telah berhasil melewati troposfer. Aku merasakan gas metana yang kuat saat melintasinya. Astro senseku bisa merasakannya.

 

Aku melihat satelit yang entah apa nama dan fungsinya di ketinggian tertentu. Kuyakin, kami sudah lumayan jauh dari permukaan tanah. Kemudian kami pun berhasil melewati bagian terluar atmosfer Bumi. Di sini aku cukup kaget melihat keadaan sekitar. Ada banyak sekali kapal luar angkasa yang ikut mengorbit Bumi.

 

“Oh, jadi ini maksudnya!” seruku.

 

“Apa?” tanya Mynthalla.

 

“Aku seringkali mendengar bahwa ada banyak entitas ekstra terrestrial yang sedang mengamati planet Bumi. Ternyata mereka benar-benar mengamati kita selama ini!”

 

“Tapi bukannya kamu sudah pernah masuk ke dalam Toleka yang berasal dari Taygeta? Bukannya kapal luar angkasa itu pun berada di sekitaran orbit Bumi?”

 

“Ya, aku pernah beberapa kali masuk ke dalamnya. Tapi aku tak menyangka jika ada kapal luar angkasa sebanyak ini!” Aku masih saja heboh sendiri. Namun aku harus menahan diri, karena harus menyelesaikan apa yang telah kumulai.

 

Dari pengamatanku melihat Bumi dari kejauhan, bentuknya tidak persis bulat sempurna seperti bulatnya Bulan saat kulihat dari Bumi. Bumi memiliki bentuk yang terlihat justru melebar ke kanan dan kirinya.

 

“Bagaimana? Sudah melihat sendiri bagaimana bentuk planet kita sekarang?” Mynthalla sepertinya berniat untuk menggodaku.

 

“Jika bentuknya memang seperti ini, artinya bentuknya tidak sama dengan gambaran akan Bumi yang manusia ketahui saat ini.”

 

“Memang bangsa kalian masih kesulitan untuk memberikan gambaran akurat tentang planet kalian sendiri. Bukan hanya bentuk planetnya, namun juga dengan peta dan globe yang kalian buat.”

 

“Di mana letak ketidakakuratannya?” tanyaku penasaran.

 

“Kebanyakan kesalahan terdapat pada perbandingan skala ukuran antar benua. Aku sangat memahami hal itu, karena memang untuk memberikan perhitungan perbandingan ukuran yang tepat, itu membutuhkan waktu yang tak sebentar.”

 

“Ya, kukira untuk saat ini, hal tersebut bukan masalah yang terlalu berarti bagi kami. Meski tidak terlalu akurat, akan tetapi setidaknya kami memiliki gambaran seperti apa planet Bumi ini. Lumayan, kan? Daripada tidak ada sama sekali.”

 

Mynthala hanya tersenyum sebagai respon dari opini pribadiku tersebut. Selanjutnya kami bergerak ke arah kutub selatan untuk melihatnya dari kejauhan. Dari apa yang kulihat, Antarktika tak memiliki wilayah yang digambarkan dalam peta Terra Infinita. Dengan kata lain, planet Bumi adalah tanah yang terbatas. Terra Limitada.

 

Sebenarnya hanya dengan penelusuran singkat ini saja, aku sudah merasa puas. Namun aku tiba-tiba teringat pada sebuah dunia yang terdapat di peta Terra Infinita yang disebut dengan Custodians.

 

“Mynthalla, aku selama ini belum pernah mendengar atau tahu tentang Custodians. Apakah tempat itu memang ada?”

 

“Ada, tapi tidak di planet ini.”

 

“Hmm, bagaimana kalau kita coba ke sana saja?”

 

“Tentu. Tapi kita kembali dulu ke base camp.”

 

Kami berdua kembali ke base camp Salaka Minangka untuk mengakses portal menuju lokasi yang ingin kami telusuri selanjutnya. Kuajak pula Sramvita untuk ikut bergabung menguak Custodians. Krieva mengatur portal ke koordinat yang Mynthalla telah tentukan.

 

“Kita berangkat!” ajak Mynthalla.

 

Muncul visual dalam pikiranku, sebuah planet yang semuanya putih ketika aku melewati portal dimensi ruang dan waktu. Selanjutnya kami tiba di sebuah hutan yang penuh dengan kabut putih. Intuisiku mengatakan bahwa kabut ini merupakan kabut yang selalu menutupi planet ini sepanjang waktu.

 

Terlihat pula sebuah bangunan gedung warna putih berbentuk kotak, hanya saja memiliki desain yang cukup futuristik. Anehnya bangunan itu hanya ada satu di hutan berkabut tersebut. Aku belum tahu, bangunan apa itu sebenarnya.

 

Kami mendarat di sebuah tempat yang dipenuhi pepohonan. Warna daunnya hijau tua dan gelap. Bahkan hampir mendekati warna hitam. Pandangan mataku sangat terbatas karena kabut yang menyelimuti area sekeliling kami. Tak jauh dari kami berdiri, kulihat ada sesosok entitas yang belum kukenal. Ia tampak ketakutan saat melihat ke arah kami.

 

“Jangan takut, kami tidak akan menyakitimu,” ucapku pelan padanya.

 

Makhluk itu berbentuk humanoid. Ukuran tubuhnya seperti alien, hanya saja bentuk kepalanya benar-benar berbeda. Bentuk kepalanya benar-benar bulat dan tak memiliki rambut. Kulitnya didominasi warna putih. Ia memiliki dua tangan dan dua kaki. Aku bisa melihat cukup jelas kakinya yang mirip seperti kaki T-Rex. Dia pun memiliki ekor. Sayangnya makhluk itu melarikan diri jauh meninggalkan kami.

 

“Sramvita, apa kamu belum mengatur kedatangan kita ke sini?” tanyaku pada Sramvita yang ada di dekatku.

 

“Vantrala, bagaimana mungkin aku melakukan hal itu, sementara perjalanan kita kali ini kamu baru putuskan tadi.” Sramvita sepertinya agak kesal dengan pertanyaanku ini.

 

“Astaga, maafkan aku, Sramvita. Aku lupa. Kukira lebih baik kita kembali dulu saja dan biarkan Sramvita memberitahukan kepada penghuni planet ini akan kedatangan kita berikutnya.”

 

“Aku setuju,” ungkap Mynthalla.

 

Terpaksa perjalanan kami untuk menelusuri Custodians tertunda untuk sementara waktu hingga Sramvita berhasil mendapatkan izin agar kami bisa berkunjung dan menggali banyak informasi di planet berkabut tersebut.

 

Dua hari kemudian, kami melanjutkan penelusuran kami ke planet yang belum kami ketahui namanya. Aku masih ditemani Mynthalla dan Sramvita. Mendarat di tempat yang sama seperti pertama kali mengunjunginya.

 

“Aku penasaran dengan bangunan putih itu. Kita ke sana dulu ya!” ajakku pada yang lainnya.

 

Kukira pintu masuknya berada di bagian paling bawah bangunan. Namun ternyata aku keliru. Justru pintu masuknya ada di lantai yang paling atas. Kami masuk ke bangunan tersebut dan mendapati ruanganruangan kosong yang seperti lama sekali tak terurus.

 

Tiba-tiba saja beberapa makhluk yang sama seperti yang kulihat sebelumnya melakukan serangan mendadak kepada kami. Dengan sigap, aku menciptakan sebuah gelembung proteksi untuk kami bertiga. Mereka menyerang layaknya hewan buas. Setelah kuamati, mereka memiliki cakar yang sangat panjang yang kurasa menjadi senjata alami yang mereka miliki.

 

“Hey, tenanglah! Mengapa kalian menyerang kami seperti ini?” Aku mencoba membuka dialog dengan mereka yang tampak begitu marah. Kata-kataku tak digubris oleh mereka. Mereka tetap melanjutkan serangan brutal, serta bertubi-tubi.

 

Kucoba untuk tetap bersikap tenang. Kali ini aku mencoba berkomunikasi pada mereka melalui telepati. Akhirnya aku bisa memahami mengapa mereka marah. Ternyata bangunan tersebut adalah tempat tinggal mereka. Wajar saja jika mereka marah ketika ada orang-orang tak dikenal masuk begitu saja ke dalamnya. Setelah mengerti sepenuhnya kondisi yang terjadi, kami keluar dari bangunan tersebut.

 

“Sebelum menemui sosok yang akan kita temui, bagaimana kalau kita coba eksplorasi hutan ini sebentar,” usulku.

 

“Vantrala, berhentilah berbuat sesukanya. Ingat, tempat ini bukanlah tempat kita.” Mynthalla menegurku dengan cukup keras. Ya, dia benar. Aku terlalu terbawa perasaan hati sehingga ceroboh dalam bertindak.

 

“Maafkan aku, teman-teman. Baiklah, kita datangi yang perlu kita temui sekarang.”

 

Sramvita memimpin perjalanan dan bertugas menunjukkan jalan. Hingga kami pun tiba di sebuah area yang di sana terdapat sebuah bangunan seperti Colloseum, yang tingginya tidak sama rata, karena di dua bagian sisinya malah mirip seperti bentuk tanduk. Bangunan itu berwarna coklat tua tanah liat.

 

Di dalam bangunan tersebut, duduk satu sosok yang berlagak layaknya seorang pemimpin. Ada belasan atau puluhan makhluk sepertinya siap menyerang kami. Kurasa mereka adalah pasukan tentara dari entitas yang duduk di kursi itu.

 

“Perkenalkan namaku Vantrala. Sebelah kananku adalah Mynthalla. Dan yang sebelah kiri adalah Sramvita.”

 

Jujur saja, aku muak dengan ekspresi wajahnya yang menunjukkan keangkuhan. Senyumannya mengguratkan kesombongan yang begitu luar biasa.

 

“Kami datang ke sini untuk mencari tahu apa sebenarnya Custodians,” sambungku.

 

“Tenang saja, seandainya kalian mau berbuat macam-macam di sini, aku bisa menghabisi kalian dengan mudah.” Sosok itu mulai mengeluarkan ancaman dan mengintimidasi kami. Penelusuranku kali ini ternyata punya risiko yang tak main-main.

 

“Sebelum membahas hal utama yang ingin kami tanyakan, bisakah kamu memberitahu kami nama dari planet kalian ini?”

 

“Leckhvattryad.” Sebuah nama yang tentunya akan sulit diingat oleh banyak orang.

 

“Lalu siapa namamu?”

 

“Aku enggan untuk mengatakan namaku yang sebenarnya. Namun kamu bisa memanggilku dengan sebutan Laxy.”

 

“Kami ingin tahu apa makna Custodians sebenarnya. Kami hanya memiliki satu petunjuk kata tersebut saja. Selebihnya kami tahu apa-apa.”

 

“Custodians? Bukankah istilah itu yang bangsa kalian buat sendiri?”

 

“Apakah kata tersebut menunjukkan suatu entitas atau tempat tertentu?”

 

“Mungkin kalian akan berpikiran seperti itu. Namun sebenarnya tidak. Kata tersebut tidak menunjukkan secara spesifik sebuah tempat atau ras tertentu. Kalian dulu menyebutkan kata itu pada kami yang melakukan penelitian di Bumi.”

 

“Penelitian untuk mengetahui seperti apa planet kalian dan makhluk terunggul yang ada di dalamnya.”

 

“Apakah penelitian yang kamu maksud adalah dengan melakukan penculikan terhadap manusia Bumi secara diam-diam tanpa izin?”

 

“Izin? Kami tidak memiliki norma seperti itu di sini. Untuk apa kami meminta izin kepada kalian yang lebih rendah daripada kami? Bukankah kalian melakukan hal yang sama ketika meneliti makhluk yang derajatnya lebih rendah dari kalian?” Laxy memberikan sebuah visual penelitian manusia terhadap hewan. Aku pun mengerti apa yang Laxy ingin sampaikan.

 

“Tapi manusia memiliki kesadaran, sama seperti kalian. Tidak sepantasnya kalian melakukan penelitian terhadap manusia tanpa izin dari yang bersangkutan!” Emosiku mulai tersulut.

 

“Jangan hanya karena alasan kita sama-sama memiliki kesadaran, maka kalian menganggap bahwa kita setara. Tentu saja tidak. Kalian makhluk yang rendah! Kalian sama sekali tidak berguna bagi kami. Ada atau tidak adanya kalian sama sekali di alam semesta ini tak ada bedanya bagi kami.”

 

Laxy benar-benar keterlaluan. Dia sudah merendahkan manusia Bumi.

 

“Itulah mengapa, kami meninggalkan planet kalian karena kami merasa kalian tak punya sesuatu yang berharga untuk kami manfaatkan. Sementara bagi ras bangsa lainnya, mereka menilai kalian bisa diperbudak untuk memenuhi dan mencapai tujuan mereka. Sehingga mereka memutuskan untuk tinggal di Bumi.”

 

“Apa kamu pernah melihat peta ini?” Aku menunjukkan peta The Land of Custodians pada Laxy secara batin.

 

“Tak ada peta seperti itu di sini. Entahlah jika ada di tempat lain.”

 

Dari informasi yang kudapatkan dari Laxy, aku bisa menyimpulkan bahwa kata “Custodians” tidak spesifik menunjuk pada ras alien tertentu. Akan tetapi pada gabungan ras alien yang pada saat itu melakukan penelitian besar-besaran di Bumi. Salah satunya adalah dengan melakukan penculikan pada manusia, bereksperimen dengannya kemudian dikembalikan ke Bumi untuk diamati perkembangannya.

 

Kata tersebut pun tidak merujuk pada suatu nama tempat, planet, benua atau wilayah tertentu. Itu murni merupakan sebutan atau istilah bagi manusia Bumi untuk menyebut para makhluk ekstraterrestrial yang sempat melakukan penelitian di Bumi secara terang-terangan.

 

Lantas mengapa kata “Custodians” secara frekuensi malah merujuk pada planet Leckhvatryad? Itu karena bangsa planet inilah yang paling dominan melakukan penelitian besar-besaran dan terangterangan pada masa itu. Inilah alasannya portal yang Krieva persiapkan membawa kami tiba di planet ini.

 

“Hey, Laxy! Kamu tahu siapa ini?” Aku mencoba mengaktifkan energi keilahian dengan mengingat nama Yang Mahakuasa dan mengirimkan energi tersebut pada Laxy.

 

Seketika Laxy berubah ekspresi wajahnya. Ia pun mengubah posisi duduknya yang sebelumnya terlihat gestur sombong (menyangga kepala dengan tangan kirinya) seketika menjadi lebih sopan. Tampak sekali ja merasakan ketakutan di dalam dirinya saat ini.

 

“Asal kamu tahu saja, kami bisa sampai ke sini atas izin dari-Nya. Karena kami berada di pihak-Nya. Semoga ke depannya kamu bisa lebih menghargai makhluk ciptaan-Nya yang lain.”

 

Kami bertiga pun memutuskan untuk pulang dan kembali ke base camp. Meski perjalanan kali ini bertemu dengan sosok yang sangat menyebalkan, namun aku bersyukur masih mendapatkan pengalaman dan pelajaran yang berharga dari perjalanan singkat ini. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Kisah Kyai Pamungkas: ARWAH KORBAN KECELAKAAN

Kyai Pamungkas

Panggonan Wingit: MISTIS DI BUNDARAN BURUNG PALANGKARAYA

Kyai Pamungkas

Kisah Kyai Pamungkas: ILMU KLENIK TAHANAN NARKOBA

Kyai Pamungkas
error: Content is protected !!