Kisah Kyai Pamungkas

Petualangan Astral: BROLDA

Petualangan Astral: BROLDA

Ketika melihat ke arah langit, aku seringkali merasa bahwa diriku bukan berasal dari Bumi. Hatiku merindukan sebuah tempat yang jauh di luar angkasa sana. Padahal jelas-jelas aku lahir di sini. Di planet ini. Tapi kenapa ada perasaan aneh seperti itu ya?

 

Aku mencoba menelusuri memori DNA yang ada dalam tubuhku. Barangkali saja ada memori seseorang yang memang bukan berasal dari Bumi. Setelah kuniatkan mencari secara spesifik memori dari luar Bumi, akhirnya aku melihat seorang wanita bergaun ungu dan merah muda tengah bersama seorang pemuda di depannya.

 

Pemuda itu bersimpuh seolah memberikan penghormatan kepada wanita tersebut. Kukira hubungan antara keduanya adalah ibu dan anak. Aku mencoba untuk mengetahui siapa nama sang pemuda, hingga akhirnya kudapatkan namanya. KXLA (baca: Shila), itulah namanya.

 

Dari gugusan bintang Pleiades, entah mengapa aku merasa memiliki ikatan dengan bintang Alcyone. Padahal aku lebih banyak mengetahui tentang Taygeta dibanding Alcyone. Setelah melakukan penelusuran mengenai Kxla, rupanya ia memang berasal dari Alcyone. Mengapa aku merasa sangat mengenal Alcyone? Karena memori Kxla tersimpan dalam DNA milikku.

 

Aku sangat penasaran dengan planet asal Kxla. Seperti apa keadaannya di sana, bagaimana kehidupan di dalamnya dan masih banyak lagi hal yang ingin kuketahui tentangnya.

 

Seperti biasa, perjalanan astralku selalu ditemani oleh tim Salaka Minangka. Awalnya kami berada di dekat Alcyone. Ia merupakan bintang induk berwarna biru-putih dari sebuah tata suryanya sendiri. Kami mencari koordinat planet asal Kxla dan berhasil menemukannya.

 

Jarak Bumi ke Alcyone adalah 443,6 tahun cahaya. Planet yang kami tuju berwarna hijau. Aku tak bisa menerangkan warnanya secara pasti, hanya saja kira-kira di antara warna limegreen dan hijau pastel. Aku terkesima melihat pemandangan permukaan planet ini yang penuh dengan pepohonan. Rasanya seperti tengah berada di hutan hujan amazon.

 

Ada perasaan aneh saat pertama kali menginjakkan kaki di planet ini. Tiba-tiba saja mataku mengeluarkan air mata. Muncul perasaan like being home. Meski ini kali pertama bagiku mengunjungi planet hijau ini, aku merasa sedang pulang ke rumah setelah lama sekali pergi.

 

Kami berjalan menuju sebuah rumah yang dominan berwarna putih. Di beberapa sisi jalan kulihat tanaman mirip brokoli yang tumbuh dengan suburnya. Teriknya Alcyone sangat bisa kurasakan di suasana siang hari di sana. Langitnya kehijauan. Mungkin pantulan dari pepohonan yang memenuhi daratan di planet ini.

 

Rumah yang kami datangi kebetulan pintunya terbuka. Rumah ini memiliki banyak jendela berukuran besar. Terlihat sangat nyaman untuk ditempati. Dan mirip sekali dengan rumah yang kulihat di Bumi dengan model minimalis modern.

 

Seorang wanita berambut hitam lurus panjang datang dari dalam menyambut kami. Tak ada rasa terkejut atau takut dari wajahnya. Seolah ia memang sudah tahu kami akan datang menemuinya.

 

“Salam kenal. Maaf atas kelancangan kami datang ke sini. Kami mengetahui keberadaan ini dari memori Kxla yang ada di dalam DNA tubuh saya.”

 

Wanita itu tak bisa kulihat jelas ekspresinya. Sepertinya dia berekspresi datar saja.

 

“Kxla adalah adikku. Sudah lama sekali aku tak bertemu dengannya. Dan jika memorinya berada padamu, itu berarti dia sudah tak ada,” katanya menyimpulkan.

 

Aku hanya mengangguk. Kurasa dugaannya itu memang benar demikian.

 

“Ibu kami sudah meninggal. Hanya tersisa ayah kami. Sayangnya ia tidak tinggal di sini,” sambungnya.

 

Wanita ini bertubuh kurus untuk orang sepertinya. Terlihat dari kedua lengannya yang tampak bagian tulangnya. Pakaiannya berwarna putih dengan bahan yang tipis.

 

“Kami biasa menggunakan pakaian warna putih di siang hari. Dan menggunakan warna selainnya pada malam hari. Pakaian putih membantu kami agar tidak merasakan panas saat siang.” Si wanita menjelaskan mengenai pakaiannya. Sepertinya ia mampu membaca pikiranku.

 

Aku berjalan melihat-lihat ruangan sekitar. Ada sebuah keran air di ruangan yang mungkin saja itu sebuah dapur. Aku putar keran hingga mengeluarkan air layaknya matcha dengan warna yang tidak pekat. Malah cenderung seperti keruh, hanya saja berwarna hijau. Kucoba untuk menyicipinya sedikit.

 

“Kenapa kamu meminumnya?!” Sramvita setengah berteriak kepadaku.

 

“Uhuk!” Aku merasa airnya sangat tidak enak. Tapi sudah terlanjut melewati kerongkonganku.

 

“Kamu harus mengeluarkannya nanti. Air di sini tidak cocok untuk tubuhmu dan bisa membahayakanmu!” Sramvita memasang wajah serius. Dia sepertinya benar-benar marah karena aku tak berpikir dulu sebelum bertindak. Karena satu kecerobohan bisa saja mengantarkanku pada kematian.

 

Terasa seperti ada getaran halus yang kurasakan. Rupanya rumah ini meninggi hingga beberapa meter. Kami ruangan paling atas di mana anak-anak dari sang pemilik rumah tengah bermain. Ruangan itu ditutupi oleh sejenis tirai, sehingga membuatnya sedikit gelap.

 

Anak-anak itu berhenti bermain saat kami melihat ke arah mereka. Satu anak laki-laki dan satunya lagi perempuan. Kurasa usia mereka tak jauh berbeda. Mungkin setara usia anak-anak 6 tahun di Bumi. Pakaian mereka memiliki model yang sama seperti yang digunakan orangtuanya.

 

“Kalau boleh tahu, apa nama planet ini?” tanyaku pada si wanita.

 

“Brolda. Aktivitas penduduk di sini umumnya dilakukan di bawah tanah. Hal itu bertujuan agar pepohonan yang berada di permukaan tetap bisa lestari, tanpa harus ada yang ditebang. Mulai dari tempat bekerja, sekolah, hingga alat transportasi semuanya tersedia di sana.”

 

Sebenarnya aku masih ingin sekali mendengarkan banyak penjelasan darinya. Hanya saja lidahku merasa sangat tidak enak. Air yang kuminum tadi seolah ditolak oleh tubuhku.

 

“Kita harus kembali!” ajak Sramvita melihat kondisiku yang mungkin saja membahayakan.

 

Aku terpaksa berpamitan lebih cepat dari rencana awal. Kami segera pulang menuju ke Kendan. Sramvita membantuku untuk mengeluarkan air yang kuminum di planet Brolda. Beruntung, air itu berhasil kumuntahkan. “Padahal hanya sedikit saja aku meminumnya, tapi efeknya bisa sampai seperti ini…” pikirku dalam hati.

 

Setelah itu, aku mencoba untuk memulihkan diri dengan energi recovery dan mensterilkan tubuhku dari hal-hal yang bisa membahayakan.

 

Selang beberapa hari, aku ingin melanjutkan ekspedisiku di planet Brolda. Kuajak Krieva dan Guntrasaka untuk pergi bersamaku. Awalnya kami sempat salah lokasi, hingga akhirnya kami tiba di rumah kakak dari Kxla.

 

Kulihat ada satu sosok yang sangat berbeda dengan penduduk asli Brolda. Dia terlihat seperti Arcturian dengan tubuhnya yang terlihat transparan. Setelah melihat kehadiran kami, dia berpamitan dan meninggalkan kami bersama si wanita pemilik rumah.

 

“Kurasa akan lebih tepat jika kalian kuajak menemui ratu kami,” ujar si wanita.

 

Hanya selang beberapa detik muncul sebuah kendaraan pipih layaknya mobil mendekat ke arah kami dalam keadaan melayang di udara. Kendaraan itu transparan, sehingga bagian dalamnya bisa terlihat dari luar. Anehnya sama sekali tidak terlihat mesin di kendaraan tersebut. Di mana mereka menyembunyikan mesinnya ya? Aku bertanya-tanya dalam pikiranku sendiri.

 

Aku menaiki kendaraan terbang itu. Tapi, sepertinya Guntrasaka tak bisa menaikinya. Ukuran badan Guntrasaka yang besar tak mampu ditampung kendaraan tersebut.

 

“Tak apa, aku bisa terbang mengikuti di belakang kalian,” kata Guntrasaka mengambil ancang-ancang.

 

Tempat duduk di kendaraan terbang yang kami naiki mirip seperti Iazy chair yang biasa digunakan saat berada di pantai. Karena badan kendaraan ini transparan, kami bisa melihat dengan jelas setiap pemandangan yang kami lalui.

 

Jarak rumah antar penduduk di planet ini sangat berjauhan. Setiap rumah memiliki hutan yang penuh dengan pepohonan di sekelilingnya. Kurasa ini bertujuan untuk mengurangi paparan cahaya Alcyone yang ukurannya sekitar 8 kali lebih besar dari matahari yang kita miliki di Bumi.

 

Kami tiba di sebuah kawasan khusus pemerintahan. Hanya aktivitas pemerintahan yang diizinkan dilakukan di atas permukaan tanah Brolda. Kulihat ada banyak bangunan dalam kawasan khusus ini, dengan satu gedung mirip menara tinggi yang sangat mencolok. Gedung itu satu-satunya yang memiliki tinggi luar biasa di sana. Sementara bangunan lainnya hanya terdiri dari satu atau dua lantai saja.

 

Kami diantarkan untuk menemui seorang ratu yang bertugas memimpin planet Brolda. Uniknya sang ratu bukanlah penduduk asli dari planet ini. Sang ratu bernama Etera. Ia merupakan entitas dimensi 9 yang sebenarnya tidak memiliki tubuh fisik. Aku meminta izin kepadanya untuk mendapatkan visual tubuhnya dalam bentuk dimensi 3.

 

Tubuhnya sangat tinggi. Kira-kira tingginya 50 meter. Posturnya sangat mirip peri pohon dengan kepalanya membentuk ranting kayu tanpa daun sehelai pun.

 

“Siapa kalian?” tanya Etera pada kami.

 

“Hmm, kami dari planet Bumi, wahai ratu.” Aku memberanikan diri untuk menjawab pertanyaannya.

 

“Ada kepentingan apa kalian datang ke sini?”

 

“Sebetulnya tidak ada sesuatu yang penting. Kami hanya ingin mengenal kehidupan di planet ini.”

 

Etera pun mulai menjelaskan posisi planet Brolda di tata surya Alcyone. Brolda merupakan planet kelima yang mengelilingi Alcyone sebagai bintang induk. Ukuran planet ini lumayan besar, yaitu sepertiga dari ukuran Alcyone.

 

“Sejauh ini kami tidak pernah mengadakan kontak dengan makhluk Bumi. Maka dari itu, kalian mungkin akan merasa asing dengan kami,” ungkap Etera.

 

Aku hanya mengangguk-angguk kecil. Pantas saja aku tak pernah mendengar nama planet ini sebelumnya. Karena memang bisa dibilang belum pernah ada dari Bumi yang datang ke tempat ini sebelumnya. Mungkin di perjalanan berikutnya, aku akan lebih banyak melihat aktivitas penduduk Brolda di bawah tanah.

 

Mengunjungi beberapa planet saja membuatku sadar bahwa Tuhan menciptakan setiap planet dengan kondisi yang bisa dihuni oleh penduduknya masing-masing. Kukira, daripada sibuk mencari tempat yang lebih baik dari Bumi, bukankah lebih baik jika kita membuat Bumi ini tetap lestari dan layak untuk kita huni?

 

Tentu ada banyak sekali yang mirip dengan Bumi di alam semesta yang begitu luas ini. Namun tetap saja, perlu waktu yang sangat lama untuk bisa beradaptasi dengan planet baru. Bagiku tak ada planet yang paling tepat untuk manusia seperti kita, kecuali bumi kita sendiri.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Panggonan Wingit: SILUMAN ULAR CIBALONG

Kyai Pamungkas

Kisah Kyai Pamungkas: ANEKA KEJADIAN MISTIS MELANDA LAMONGAN

Kyai Pamungkas

Kisah Kyai Pamungkas: Diculik Gendruwo

Kyai Pamungkas
error: Content is protected !!