Cerita Featured Kisah Kyai Pamungkas Uncategorised Uncategorized

Panggonan Wingit: SEJARAH TANJUNG PRIOK

Panggonan Wingit:

SEJARAH TANJUNG PRIOK

 

Mengapa dinamakan Tanjung Priok? Nama ini berawal dari sebuah tragedi. Tapi, hingga kini konon masih sering muncul priuk raksasa di pantainya…

 

Nama Tanjung Priok pasti sudah tak asing di telinga. Letaknya yang berada di bibir pantai membuat daerah ini dikenal sebagai kawasan “panas” Jakarta. Padahal, bila menilik sejarah kelahirannya, Tanjung Priok dibangun oleh seorang ulama besar pada jamannya.

 

Adalah seorang pemuda bernama Al-Arifi Billah Habib Hasan (selanjutnya disebut Habib Hasan) pada usia 29 tahun (sekitar tahun 1899 M) pergi ke pulau Jawa bersama Habib Ali Al-Haddad dan tiga azami dari Palembang. Mereka menggunakan perahu. Maksud keberangkatan mereka ke Tanah Jawa adalah untuk melakukan ziarah ke Luar Batang dan makam Wali Sanga, mulai dari Cirebon hingga ke Surabaya (Sunan Ampel).

 

Setelah memakan waktu perjalanan sekitar dua bulan lebih, tibalah rombongan Habib Hasan di Laut Jawa. Ketika berada di perairan ini, habib dan rombongan dihantam badai yang disertai hujan deras. Akibatnya, perbekalan yang mereka bawa terlempar semuanya ke laut. Yang tersisa hanya beberapa liter beras serta sebuah periuk sebagai alat menanak nasi. Dalam keadaan seperti itu, untuk sekedar menanak nasi saja mau tidak mau harus menggunakan kayu bakar dari petak-petak perahu. Saking daruratnya, dayung perahupun digunakan pula sebagai kayu bakar.

 

Karena tiap hari dimasak, persediaan beras yang semula hanya beberapa liter itupun habis dan rombongan tidak memiliki lagi bekal makanan. Di tengah suasana sulit seperti ini, bencana datang bertubi-tubi. Hujan dan guntur serta ombak yang lebih besar datang memporak-porandakan perahu hingga terbalik dan hanyut. Kejadian ini mengakibatkan meninggalnya tiga orang azami anggota rombongan itu.

 

Sementara itu, Al-Habib Hasan dan Habib Ali dengan susah payah berenang untuk mencapai perahu. Dalam kondisi yang sudah lemah, mereka berdua akhirnya berhasil mencapai perahu yang dalam keadaan terbalik. Di atas perahu terbalik itu, mereka berdua berkali-kali melakukan sembahyang dan berdoa. Berhari-hari lamanya mereka berada di atas puing-puing perahu, terombang-ambing dipermainkan gelombang.

 

Dalam keadaan tubuh yang lemas karena hampir sepuluh hari tidak makan, akhirnya mautpun menjemput Al-Habib Hasan. Habib Ali yang masih duduk di atas perahu dalam keadaan lemah bersama jenazah Al-Habib Hasan, perlahan-lahan menepi ke pantai semenanjung bersama-sama periuk (alat masak) dan sebuah dayung.

 

Akhirnya, dengan pertolongan penduduk yang ada di pantai (diantaranya beberapa orang pekerja atau kuli dari Banten), jenazah Al-Arif Billah Al-Habib Hasan bin Muhammad Al-Hadad dikebumikan di situ. Sebagai batu nisan ditancapkan dayung-dayung yang sudah pendek dan di bagian kakinya ditancapkan sebatang kayu kecil yang kemudian tumbuh menjadi pohon Tanjung. Sedangkan periuk nasi ditaruh di sisi makam itu yang lama-lama (konon) periuk tersebut bergeser dan akhirnya ke laut.

 

Banyak orang yang bercerita bahwa tiga atau empat tahun sekali periuk itu suka timbul di laut. Menurut sejumah kesaksian yang dihimpun

penulis, besarnya priuk gaib itu bila muncul lebih dari rumah. Sersan Mayor Ismail, seorang perwira Angkatan Laut, adalah seorang yang pernah menyaksikan kemunculan priuk aneh itu. Menurutnya, ketika dia tengah bertugas di wilayah itu, pada tengah malam ia melihat periuk tersebut muncul dengan perlahan dari dalam laut.

 

Karena sejarah tersebut, maka hingga kini daerah tempat di makamkannya Al-Arif Billah Al-Habib Hasan bin Muhammad Al-Hadad disebut Tanjung Priuk.

 

Kembali ke sejarah lampau: Seperti dituturkaan di atas, satu-satunya orang yang selamat dalam perjalanan dari Palembang ke Tanah Jawa itu adalah Habib Ali. Maka setelah beberapa bulan lamanya di tempat itu, ia pun melanjutkan perjalanannya hingga akhirnya menetap di Sumbawa.

 

Pada tahun 1922 M, setelah 23 tahun Al-Arif Al-Habib Hasan dimakamkan, pemerintah Belanda bermaksud membenahi daerah itu untuk digunakan sebagai pelabuhaan. Anehnya, dalam mengerjakan pekerjaan itu, banyak sekali kuli-kuli yang meninggal. Hal ini tentu saja membuat penguasa Belanda menjadi bingung.

 

Akibat keanehan itu, pada suatu ketika penguasa Belanda melakukan penginderaan jarak jauh dengan teleskop. Alangkah terkejutnya penguasa Belanda waktu itu karena di atas makam Al-Habib hasan itu duduk seseorang yang berjubah putih sedang memegang tasbih. Karena merasa penasaran, maka penguasa Belanda itu kemudian memanggil para mandor kuli untuk membicarakan masalah tersebut. Hasil dari pertemuan itu akhirnya dicapai kata sepakat untuk mencari seseorang yang berilmu agar dapat berkomunikasi dengan orang yang berjubah putih. Akhirnya ditemukanlah seorang kyai yang sanggup melakukan pekerjaan itu.

 

Berdasarkan penerawangan dengan mata batin, kyai yang diserahi tugas untuk berkomunikasi dengan orang yang berjubah putih itu menjelaskan dua pesan yang disampaikan orang gaib berjubah putih. Si orang gaib itu mengajukan dua hal, yakni:

 

“Pertama, bila tanah itu akan digunakan oleh tuan-tuan Belanda, sebelumnya pindahkanlah saya (makam) dari tempat ini.”

 

“Kedua, untuk memindahkan saya, hendaknya hubungi dulu adik saya yang bernama Habib Zen bin Muhammad Al-Haddad yang berada di Palembang daerah Ulu.”

 

Setelah jelas dengan pesan itu, pemerintah Belanda (penguasa pelabuhan) kemudian mengirim utusan, termasuk kyai itu serta hadian yang sangat banyak untuk mencari Habib Zen melalui kapal laut. Setelah dijelaskan duduk perkaranya, akhirnya Habib Zen pun berkenan ikut ke Tanah Jawa untuk membuktikan kebenaran hal tersebut.

 

Selama kurang lebih lima belas hari lamanya Habib Zen tinggal di pulau Jawa. Setelah yakin dengan kebenaran cerita yang dibawa utusan Belanda itu, ia pun kemudian merencanakan untuk memindahkan makam Al-Arif Billah Al-Habib Hasan bin Muhammad Al-Haddad ke Jl. Dobo yang waktu itu masih berupa lahan luas.

 

Setelah itu, Habib Zen kemudian meminta pemerintah Belanda agar tanah kuburan Al-Habib dipagar dengan kawat yang rapi dan baik sebelum pemindahan jenazah dilakukan. Habib Zen juga meminta agar beberapa orang pekerja ditempatkan untuk mengurus tanah kuburan tadi. Kedua permintaan tersebut dikabulkan pemerintah Belanda.

 

Sesudah dua permintaan itu dikabulkan, Habib Zen minta waktu dua bulan lamanya untuk memberi tahu dan mengajak keluarganya yang ada di Palembang untuk prosesi pemindahan jenazah. Ketika Habib Zen kembali ke Palembang, pemerintah Belanda pun memberikan fasilitas untuk kelancaran perjalananya.

 

Dalam wkatu yang dijanjikan Habib Zen kembali ke pulau Jawa dengan membawa keluarganya. Karena semua keluarga sudah hadir, maka pemindahaan jenazah pun dilakukan. Ikut menyaksikaan pemindahan jenazah pada waktu itu antara lain KH. Ibrohim dari Gang Sebelas (11), Habib Muhammad bin Abdullah Al Habsyi, Habib Ahmaad Dinang Al-Qur’an dan bapak Hasan (waktu itu masih muda usia) yang kemudian menjadi pegawai di kuburan anak kesayangannya yakni Habib Hasan Al Haddad.

 

Mereka yang menyaksikan prosesi pemindahan jenazah itu menuturkan bahwa jenazah Habib Hasan masih utuh dan kain kafannya masih mulus dan baik. Selain itu baunya wangi sekali. Di pemakaman itulah dikebumikannya kembali Habib Hasan Al Haddad. menurut putra Habib Zen yakni Habib Ahmad Al-Haddad, sejak dipindahkan ke pemakaman baru, makam Habib Hasan banyak dikunjungi para peziarah yang datang dengan berbagai keperluan. Hingga kini pun peziarah itu tak pernah sepi. Wallahu a’lam bissawab ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Ngaji Psikologi Bersama Kyai Pamungkas: Percayai Intuisi Anda

Kyai Pamungkas

Panggonan Wingit: PENGHUNI RUMAH TUA

Kyai Pamungkas

Pendidikan Seks Kyai Pamungkas: BAGAIMANA SEX DENGAN ISTRI DI AKHIRAT KELAK?

Kyai Pamungkas
error: Content is protected !!