Kisah Kyai Pamungkas

Panggonan Wingit: MAKAM KERAMAT LUAR BATANG (HABIB HUSAIN BIN ABUBAKAR ALAYDRUS)

Panggonan Wingit: MAKAM KERAMAT LUAR BATANG (HABIB HUSAIN BIN ABUBAKAR ALAYDRUS)

MAKAMNYA BERADA DI LUAR BATANG, PENJARINGAN, JAKARTA UTARA. SESUNGGUHNYA, BERASAL DARI NEGERI MANAKAH SANG HABIB? DAN, BAGAIMANA SEJARAH HIDUPNYA YANG PENUH KAROMAH ITU….

 

AL HABIB Husein bin Abubakar Alaydrus, dilahirkan di Yaman Selatan, tepatnya di daerah Hadhralmut, tiga abad yang silam. Dia dilahurkan sebagai anak yatim, yang dibesarkan oleh seorang Ibu yang sehari-harinya hanya hidup dari hasil memintal benang pada perusahaan tenun tradisional.

 

Husein kecil sungguh hidup dalam kesederhanaan. Setelah memasuki usia belia, sang ibu menitipkan Habib Husein pada seorang alim sufi. Di sanalah dia menerima tempaan pembelajaran thangah.

 

Di tengah-tengah kehidupan di antara murid-murid yang lain, tampak Habib Husein memiliki perilaku dan sifat-sifat yang lebih dari teman-temannya.

 

Kini, Al-Habib Husein telah menginjak usia dewasa. Setiap ahli tharigah senantiasa memiliki panggilan untuk melakukan hijrah dalam rangka mensyiarkan Islam ke belahan bumi Allah. Untuk melaksanakan keinginan tersebut, Habib Husein tidak kekurangan akal. Dia bergegas menghampiri para kafilah dan musafir yang sedang melakukan jual-beli di pasar pada setiap hari Jum’at.

 

Setelah dipastikan mendapatkan tumpangan dari salah seorang kafilah yang hendak bertolak ke India, maka Habib Husein segera menghampiri ibunya untuk meminta ijin. Walau dengan berat hati, sang ibu harus melepaskan dan merelakan kepergian puteranya.

 

Habib Husein mencoba membesarkan hati ibunya sambil berkata, “Janganlah takut dan berkecil hati, apapun akan kuhadapi, senantiasa bertakwalah kepada Allah SWT, sesungguhnya Dia selalu bersama kita.”

 

Akhirnya berangkatlah Al-Habib Husein menuju daratan India. Hingga sampailah Al-Habib Husein di sebuah kota bernama Surati atau lebih dikenal kota Gujarat, dengan penduduknya yang beragama Budha. Sejak itu mulailah Habib Husein mensyiarkan Islam di kota tersebut dan kota-kota sekitarnya.

 

Kedatangan Habib Husein di kota tersebut membawa rahmatan lil alamin, karena daerah yang asalnya kering dan tandus, dengan kebesaran Allah dapat berubah menjadi daerah yang subur dan agama Islam pun tumbuh berkembang dengan cepat di sana. Hingga kini belum ditemukan sumber yang pasti berapa lama Habib Husein bermukim di India.

 

Tidak lama kemudian dia melanjutkan misi hijrahnya menuju wilayah Asia Tenggara, hingga sampai di Pulau Jawa dan menetap di kota Batavia, sebutan kota Jakarta tempo dulu.

 

Batavia adalah pusat pemerintahan Belanda, dan pelabuhannya adalah Sunda Kelapa. Maka tidak heran kalau pelabuhan itu dikenal sebagai pelabuhan yang teramai dan terbesar dizamannya. Pada tahun 1736 M datanglah Al-Habib Husein bersama para pedagang dari Gujarat di pelabuhan Sunda Kelapa.

 

Di sinilah tempat persinggahan terakhir beliau dalam mensyiarkan Islam. Beliau mendirikan surau sebagai pusat pengembangan ajaran Islam. Dia banyak dikunjungi, bukan saja dari daerah sekitarnya, melainkan juga datang dari berbagai daerah untuk belajar Islam atau banyak juga yang datang untuk didoakan.

 

Pesatnya pertumbuhan dan minat orang yang datang untuk belajar agama Islam ke Habib Husein mengundang kesinisan dan kekhawatiran dari pemerintah VOC bahkan dipandang dapat mengganggu ketertiban dan keamanan.

 

Akhirnya Habib Husein beserta beberapa pengikut utamanya dijatuhi hukuman, dan ditahan di penjara Glodok. Namun, tembok dan terali besi ternyata tidak dapat menghentikan peran Habib Husein dalam mensyiarkan Islam.

 

Walau di bui, beliau tetap mengajarkan ayat-ayat Al-Qur’an dan tuntunan Islam. Namun setelah penguasa hukum Belanda melihat karomah Habib Husein, mereka pun menjadi gentar dan akhirnya beliau dan para pengikutnya dibebaskan.

 

Dalam perjuangan Habib Husein membela agama Allah, ternyata Allah berkehendak lain, Wali Alah ini telah dipanggil dalam usia 40 tahun. Tepatnya dia meninggal pada hari Kamis 17 Ramadhan 1169 H atau bertepatan dengan 27 Juni 1756 M.

 

BERBAGAI KAROMAH HABIB HUSEIN

 

1. Menjadi Mesin Pemintal

 

Di masa belia, di tanah kelahirannya, Habib Husein berguru pada seorang sufi. Dihari-hari libur, dia pulang untuk menyambangi ibunya. Pada suatu malam ketika sedang menginap, ibunya meminta tolong agar dia bersedia membantu mengerjakan pintalan benang yang ada di gudang.

 

Habib Husein segera menyanggupi, dan segera ke gudang untuk mengerjakan apa yang diperintahkan oleh ibunya. Bahkan, hidangan makan malam pun diantarkan ke gudang. Menjelang pagi hari, ibu Habib Husein membuka pintu gudang. Dia sangat heran karena makanan yang disediakan masih utuh dan belum disentuh oleh Husein.

 

Selanjutnya, dia sangat kaget melihat hasil pintalan benang yang begitu banyaknya. Sudah tentu sang ibu tercengang melihat kejadian ini. Dalam benaknya terpikir, bagaimana mungkin hasil pemintalan benang yang seharusnya | dikerjakan dalam beberapa hari, malah hanya dikerjakan kurang dari semalam. Padahal Husein dijumpai dalam keadaan tidur pulas disudut gudang.

 

Oleh ibunya, kejadian ini diceritakan kepada Guru tharigah yang membimbing Husein. Mendengar cerita itu, maka sang guru bertakbir sambil berucap, “Sungguh Allah berkehendak pada anakmu, untuk mendapatkan derajat yang besar disisiNya. Hendaklah ibu berbesar hati dan jangan bertindak keras kepadanya. Rahasiakanlah segala sesuatu yang terjadi pada anakmu.”

 

Menyuburkan Kota Gujarat

 

Hijrah pertama yang disinggahi oleh Habib Husein adalah daratan India, tepatnya di kota Surati atau Gujarat. Kehidupan kota tersebut bagaikan kota mati karena dilanda bencana kekeringan dan wabah kolera.

 

Kedatangan Habib Husein di kota tersebut disambut oleh ketua adat setempat. Kemudian ia dibawa kepada kepala wilayah serta beberapa .penasehat paranormal, dan Habib Husein. diperkenalkan sebagai titisan Dewa yang dapat menyelamatkan negeri ini dari bencana.

 

Habib Husein menyanggupi bahwa dengan pertolongan Allah ia akan merubah negeri ini menjadi sebuah negeri yang subur, asal dengan syarat mereka dengan ikhlas mengucapkan dua kalimat syahadat dan menerima Islam sebagai agamanya.

 

Syarat tersebut disanggupi warga kota dan mereka pun berbondong-bondong belajar agama Islam. Dan akhirnya, mereka diperintahkan untuk membangun sumur dan sebuah kolam.

 

Setelah pembangunan keduanya dapat diselesaikan, maka dengan kekuasaan Allah, turun hujan yang sangat lebat membasahi seluruh daratan yang tandus itu. Sejak itu pula tanah yang kering berubah menjadi subur. Sedangkan warga yang terserang wabah penyakit dapat sembuh dengan cara mandi di kolam buatan tersebut.

 

Dengan demikian kota yang dahulunya mati, secara berangsur-angsur kini kehidupan masyarakatnya menjadi sejahtera.

 

Meng-Islam-kan Tawanan

 

Setelah tatanan kehidupan masyarakat Gujarat berubah dari kehidupan yang kekeringan dan hidup miskin menjadi subur serta masyarakatnya hidup sejahtera, maka Habib Husein melanjutkan hijrahnya ke daratan Asia Tenggara untuk tetap mensyiarkan Islam.

 

Beliau menuju pulau Jawa, dan akhirnya menetap di Batavia yang pada masa itu hidup dalam jajahan pemerintahan VOC Belanda. Pada suatu malam, Habib Husein dikejutkan oleh kedatangan seorang yang berlari padanya karena dikejar oleh tentara VOC.

 

Dengan pakaian basah kuyup ia meminta perlindungan karena akan dikenakan hukuman mati. la adalah tawanan dari sebuah kapal dagang Tionghoa.

 

Keesokan harinya, datanglah sepasukan tentara berkuda VOC ke rumah Habib Husein untuk menangkap tawanan yang dikejarnya. Beliau tetap melindungi tawanan tersebut, sambil berkata, “Aku akan melindungi tawanan ini dan aku adalah jaminannya.”

 

Rupanya ucapan tersebut sangat didengar oleh pasukan VOC. Semua menundukkan kepala dan akhirnya pergi. Sedangkan tawanan Tionghoa itu sangat berterima kasih sehingga akhirnya dengan ikhlas ia memeluk Islam.

 

Dalam masa sekejab telah banyak orang yang datang untuk belajar agama Islam. Rumah Habib Husein banyak dikunjungi para muridnya dan masyarakat luas. Hilir mudiknya umat yang datang, membuat penguasa VOC menjadi khawatir dapat mengganggu keamanan.

 

Akhirnya Habib Husein beserta beberapa pengikut utamanya ditangkap dan dimasukkan ke penjara Glodok. Bangunan penjara itu juga dikenal dengan sebutan Seksi Dua.

 

Di dalam tahanan, rupanya Habib Husein ditempatkan pada kamar terpisah dan sempit. Sedangkan pengikutnya ditempatkan di ruangan yang besar bersama tahanan yang lain.

 

Polisi penjara dibuat terheran-heran karena di tengah malam melihat Habib Husein di ruangan yang besar sedang memimpin shalat bersama-sama para pengikutnya hingga menjelang Subuh. Bahkan, masyarakat di luar pun ikut bermakmum.

 

Akan tetapi, anehnya dalam waktu tersebut Habib Husein tengah tertidur nyenyak di ruangan kamarnya yang sempit itu dengan pintu tetap dalam keadaan terkunci. Tak pelak, kejadian tersebut berkembang menjadi buah bibir di kalangan pemerintahan VOC.

 

Dengan segala pertimbangan, akhirnya pemerintah Belanda meminta maaf atas penahanan tersebut. Habib Husein beserta semua pengikutnya dibebaskan dari tahanan.

 

Si Sinyo Menjadi Gubernur

 

Suatu hari, Habib Husein ditemani oleh seorang mualaf Tionghoa yang telah berubah nama Abdul Kadir tengah duduk dan bertedua di daerah Gambir. Disaat mereka beristirahat, lewatlah seorang Sinyo (anak Belanda) dan mendekat ke Habib Husein.

 

Dengan seketika, Habib Husein menghentakan tangannya ke dada anak Belanda tersebut. Si Sinyo kaget dan berlari ke arah pembantunya. Dengan cepat Habib Husein menghampiri temannya lalu menghampiri pembantu Sinyo tersebut dan menyampaikan pesar agar disampaikan kepada majikannya, bahwa kelak anak ini akan menjadi seorang pembesar di negeri ini.

 

Seiring berjalannya waktu, Sinyo tersebut melanjutkan sekolah tinggi di negeri Belanda, dan setelah lulus, dia dipercaya dan diangkat menjadi Gubernur Batavia.

 

Mengirim Uang dengan Cara Aneh

 

Gubernur Batavia yang pada masa kecilnya telah diramal oleh Habib Husein kelak akan menjadi orang besar di negeri ini, ternyata memang benar adanya.

 

Rupanya Gubernur miida itu menerima wasiat dari ayahnya yang baru saja meninggal dunia. Wasiat itu menyatakan kalau memang apa yang dikatakan Habib Husein menjadi kenyataan, maka, dia diminta agar membalas budi dan jangan melupakan jasa Habib Husein.

 

Akhirnya Gubernur Batavia menghadiahkan beberapa karung uang kepada Habib Husein. Uang itu lalu diterima dan langsung dibuang ke laut. Demikian pula setiap pemberian uang berikutnya, Habib Husein selalu menerimanya, tetapi juga langsung membuangnya ke laut.

 

Gubemur yang memberi uang menjadi penasaran dan akhirnya bertanya, mengapa uang pemberiannya selalu dibuang ke laut? Oleh Habib Husein dijawab, bahwa uang tersebut dikirimkan untuk ibunya di Yaman.

 

Gubernur itu jadi penasaran. Dan akhirnya, diperintahkanlah penyelam untuk mencari karung uang yang dibuang ke laut. Walhasil, tak satu keping uang pun diketemukan.

 

Selanjutnya, Gubernur Batavia tetap berupaya untuk membuktikan kebenaran dari kejadian ganjil tersebut, sehingga ia mengutus seorang ajudan ke negeri Yaman untuk bertemu dan menanyakan langsung kepada ibu Habib Husein.

 

Sekembalinya dari Yaman, ajudan Gubernur tersebut melaporkan bahwa kejadian itu benar adanya. Ibu Habib Husein telah menerima sejumlah uang yang sengaja dibuang ke laut pada hari dan tanggal yang sama.

 

Kampung Luar Batang

 

Gubernur Batavia sangat penuh perhatian kepada Habib Husein. la menanyakan apa keinginan Habib Husein? Jawabnya: “Saya tidak mengharapkan apapun dari tuan.”

 

Akan tetapi, Gubernur itu sangat bijak, maka, dihadiahkanlah sebidang tanah di Kampung Baru, sebagai tempat tinggal dan peristirahatan yang terakhir Habib Husein yang telah dipanggil Allah dalam usia muda, ketika berumur kurang lebih 40 tahunan.

 

Beliau meninggal pada Kamis, 17 Ramadhan 1169 H atau bertepatan dengan 27 Juni 1756 M. Sesuai dengan peraturan pada masa itu, bahwa setiap orang asing harus dikuburkan di pemakaman khusus yang terletak di Tanah Abang, maka, jenazah Habib Husein pun diusung dengan kurung batang (keranda). Ternyata sesampainya di pekuburan jenazah Habib Husein tidak ada di dalam kurung batang. Anehnya, jenazah Habib Husein kembali berada di tempat tinggalnya semula. Dalam bahasa lain, jenazah Habib Husein ke luar dari kurung batang. Pengantar jenazah mencoba kembali mengusung jenazah Habib Husein ke pekuburan yang dimaksud. Namun demikian, jenazah Habib Husein tetap saja ke luar dan kembali ke tempat tinggalnya semula.

 

Akhirnya, para pengantar jenazah memahami dan bersepakat untuk memakamkan jenazah Habib Husein di tempat yang merupakan tempat rumah tinggalnya sendiri. Hingga kemudian orang menyebutnya “Kampung Baru Luar Batang”, dan kini dikenal sebagai Kampung Luar Batang. (Dari Berbagai Sumber). Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Panggonan Wingit: LEUWEUNG SANCANG DAN PRABU SILIWANGI

Kyai Pamungkas

Kisah Nyata: BERLIAN QARSING MILIK KERAJAAN GOWA

Kyai Pamungkas

Kisah Kyai Pamungkas: LEGENDA TASBIH ARYA KEMUNING

Kyai Pamungkas
error: Content is protected !!