Ngaji Sufi: IBAADUR RAHMAN
MEREKA AKAN SELALU MENDENGARKAN AYAT-AYAT TUHAN DENGAN PENUH MINAT DAN BERUSAHA UNTUK MEMAHAMINYA, HIDUP MEREKA TENTUKAN UNTUK MENJUNJUNG NILAI-NILAI KEBENARAN DAN JUGA MENJUNJUNG TINGGI KALIMAT ILLAHI…
ADA berbagai pemahaman tentang siapakah hamba-hamba Allah yang saleh itu, namun pada akhirnya Allah sendiri yang menjelaskan siapakah mereka dan bagaimanakah ciri-cirinya, sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Furqon.
Di dalam ayat-ayat terakhir surah Al-Furqon, Allah mewahyukan kepada Nabi SAW tentang sifat-sifat, karkater, sifat hidup dan pandangan hidup dari Ibaadur Rahman.
Pertama kali dijelaskan pada ayat 63: “Dan hamba-hamba yang saleh dari Rabb Yang Maha Penyayang ialah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang jahil menyapa, mereka membalas dengan mengucapkan kata-kata salam.”
Sikap pertama yang mereka miliki adalah rendah hati, lemah-lembut terhadap sesama. Jauh dari hati mereka sikap sombong dan membanggakan diri. Mereka menyadari kedudukannya di alam semesta ini.
Demikian pula cara menghadapi orangorang jahil yang menegurnya, mereka lebih memilih dengan membalas kata-kata yang lebih baik. Bahkan rela menuntun menuju jalan yang benar demi mengharap keridhaan Allah SWT.
Kedua: “Dan orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.” (ayat 64).
Inilah inti kekuatan yang senantiasa dipelihara oleh mereka. Mereka berusaha setiap malam mengadakan hubungan langsung dengan Allah SWT. melalui sholat malam. Keheningan dan ketenangan malam sangat mereka rindukan untuk bisa senantiasa merasakan keagungan Allah SWT. Malam hari merupakan saat yang tepat untuk berkhalawat hanya dengan-Nya, Hamba-hamba Allah yang saleh begitu menggebu cintanya kepada Allah, di pertengahan malam dia melakukan giyamull: ruku, sujud, dzikir, tasbih, tilawah Al-Qur’an, bertobat, munajat, berdoa dan bahkan juga menangis karena khasyyatillaah (rasa takut kepada Allah). Sehingga malam bagi mereka menjadi malam-malam yang paling bagus karena hanya diisi dengan ibadah.
Ketiga: Lantunan doa mereka pada ayat 65, “Wahai Rabb kami, jauhkanlah azab jahanam dari kami, karena azab neraka jahanam sangat memilukan” Dilanjutkan bunyi ayat 66: “Sesungguhnya jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.”
Lantunan doa semacam itu terucap lantarar keinsyafan diri akan dosa yang melekat dalam dirinya walau sekecil apa pun. Seorang Ibaadur Rahman tidaklah merasa dengan telah melaksanakan segala perintah dan menjauhi semua larangan, dirinya terjamin masuk sorga dan terlepas dari siksa neraka.
Oleh karenanya mereka berharap hanya kepada Allah SWT agar dirinya terhindar dari siksa jahanam yang memilukan. Mereka pun tidak lupa bahwa diri ini tidak sunyi dari pengaruh hawa nafsu dan perdayaan setan.
Permohonan agar terlepas dari azab siksa neraka, merupakan perwujudan dari kerendahan hati yang jauh dari rasa takabur dar kesombongan. Timbulnya rasa khauf (takut) ini adalah salah satu buah dari keimanan mereka yang begitu mendalam. Dan juga merupakan pembenaran mereka terhadap Tuhannya.
Keempat: Memiliki sikap pertengahan dalam penghidupan. Sebagaimana bunyi ayat 67: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan harta, mereka tidak berlebih-lebihan. Dan tidak pula kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”
Sifat yang demikian merupakan ciri pula dari hamba Allah yang saleh. Mereka memanfaatkan harta atau rezki karunia Allah berada di tengahtengahnya. Mereka juga tiada enggan berusaha mencari harta benda untuk dinafkahkan, yang tentunya melalui jalan yang halal.
Mereka berpandangan mencari harta benda perlu untuk menjaga kehormatan diri agar jangan sampai menggantungkan diri pada orang lain. Amat sangat jauh dari hati mereka sifat bahil, kikir atau sebaliknya boros dan royal. Karena sifat-sifat tersebut menandakan dalam hati adanya penyakit. Lagi pula orang yang memiliki sifat-sifat yang sedemikian dijauhkan dari masyarakat.
Dipergunakannya harta semata-mata karena harta itu karunia Allah SWT yang mesti dirasakan nikmat pemakaiannya pada jalan yang diridhoi, dan dijaga pula jangan sampai digunakan untuk perihal yang tiada bermanfaat.
Kelima: Mereka menjauhi larangan Allah SWT, mereka menjauhi khabaa’r (dosa-dosa besar).
Ciri berikutnya tertera pada ayat 68 sampai 71: “Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan lain bersama Allah dan mereka tidak membunuh diri yang diharamkan oleh Allah kecuali menuntut haknya (dengan alasan yang benar), dan tidak pula berzina. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka ia akan bertemu dengan dosa, yakni akan dilipatgandakan untuknya siksa di hari kiamat dan tetap mereka di sana dalam keadaan terhina. Terkecuali orang: orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka Allah akan mengganti kejahatan mereka dengan kebajikan. Dan Tuhan Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Dan orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya taubat.
Ucapan Tiada Tuhan Selain Allah adalah pondasi utama dalam agidah ke-Islam-an seorang mukmin, karena itu merupakan benteng serta merupakan rukun agidah. Dengan memahami ucapan Tauhid, menjadikan seorang hamba Allah yang saleh berpandangan luas bahwa seluruh makhluk ciptaan Allah, terutama sesama manusia memiliki hak yang sama hidup.
Dalam menyalurkan hasrat kelaminnya pun mereka memilih jalan yang dihalalkan, yaitu nikah. Mereka amat sangat menjauhi perilaku yang mendekatkannya ke arah perzinahan, sebab berzina selain mengacaukan asal muasal anak keturunan juga merupakan dosa besar. Mereka lebih memilih terhadap kehidupan yang bersih dan mulia sesuai dengan kodrat manusia.
Berikutnya penjelasan tentang terusmenerus dibukanya pintu taubat bagi mereka yang menyadari kesalahannya serta menginsafinya. Karena Allah dengan kemuliaan dan karuniaNya akan senantiasa menggantikan keburukan dan dosa-dosa dengan berbagai kebaikan bagi mereka, asalkan benar-benar mau menyucikan diri dan beramal saleh (mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang baik), dengan taubat yang sebenar-benarnya. Yakni kesadaran atas diri akan kesalahan yang pernah diperbuatnya dan tidak akan pernah mengulanginya.
Keenam: Seorang Ibaadur Rahman bukanlah mereka yang gampang memberikan kesaksian palsu dan pula omong atau bercakap yang tiada manfaat. Mereka memilih berdiam diri daripada bercakap yang tidak manfaat dan tiada ujung pangkalnya.
Ciri atau karakter berikutnya terdapat pada ayat 73:”Dan orang-orang yang tidak memberikan kesaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan orang-orang yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka berlalu saja dengan menjaga kehormatan dirinya.”
Sikap yang demikian menjadi pilihan hidup mereka, karena menjaga agar dirinya jangan masuk terikat ke dalam suasana yang tidak bermanfaat. Sangat disayangkan usia manusia yang singkat dibuang sia-sia hanya pada hal-hal yang merugi.
Ketujuh: Hati mereka senantiasa terbuka untuk menerima kebenaran. Ayat 73 menerangkan: “Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhannya, tiadalah mereka menulikan telinga dan membutakan mata.”
Seorang hamba Allah yang saleh akan senantiasa menimbang berbagai perkataan dan nasehat yang di dalamnya mengandung kebenaran. Jauh dari diri mereka sikap acuh tak acuh apabila mereka mendengar orang menyebut atau membacakan ayat-ayat Tuhannya.
Mereka akan selalu mendengarkan ayat-ayat Tuhan dengan penuh minat dan berusaha untuk memahaminya. Hidup mereka tentukan untuk menjunjung nilai-nilai kebenaran dan juga menjunjung tinggi “kalimat Illahi”
Kedelapan: Harapan mereka kepada Allah SWT. agar dianugrahi isteri dan anak-anak keturunan yang dapat menghibur hati dan menjadi suri tauladan bagi orang lain. Doa ini mereka lantunkan sebagaimana bunyi ayat 74: “Dan orang-orang yang berkata, ‘Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah iman bagi orang-orang yang bertaqwa:”
Dalam tafsirnya, Prof. DR. Hamka berpendapat, betapapun condongnya seorang suami mendirikan kebajikan, kalau tidak ada sambutan dari isteri, hati suami pun akan luka juga. Keseimbangan kemudi dalam rumah tangga adalah kesatuan haluan dan tujuan. Hidup muslim adalah hidup jama’ah, bukan hidup nafsi-nafsi.
Seorang mukmin di dalam berdoa tidaklah boleh tanggung-tanggung, dan dalam rumah tangga seorang suami hendaklah menjadi imam, menjadi ikutan. Alangkah janggalnya kalau seorang suami atau ayah menganjurkan isteri atau anaknya menjadi orang yang berbakti kepada Tuhan, kalau dirinya sendiri tidak dapat dijadikan ikutan?
Demikianlah gambaran Ibabdur Rahman, orang-orang yang telah menyediakan jiwa raganya menjadi Hamba Allah Yang Maha Pemurah dan mensyukuri dengan perhambaan. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)