Ngaji: KESALIHAN SAYYID AHMAD AR-RIFA’I
SAYYID AHMAD BIN YAHYA BIN HAZIM BIN RIFA’AH AL MAGHRIBI AL HUSAINI ADALAH SEORANG TOKOH SUFI YANG SANGAT TERKENAL DENGAN AJARAN KASIH SAYANGNYA KEPADA MAKHLUK HIDUP, MARI KITA PETIK HIKMAH DARI KISAH PERJALANAN HIDUPNYA…
KEKERAMATAN yang dimilikinya tak terhitung. Bahkan, beberapa orang muridnya mampu menunjukkan hal yang aneh, seperti ada yang berani masuk ke dalam api yang membara, namun tidak hangus terbakar. Mereka juga mampu menjinakkan binatang buas seperti harimau ataupun singa untuk dijadikan hewan peliharaan dan tunggangannya.
Nama lengkap tokoh.yang sering bergaya eksentrik ini cukup panjang, yakni: Sayyid Ahmad bin Yahya bin Hazim bin Rifa’ah Al Maghribi Al Husaini. Ada yang berpendapat kalau dia adalah putra dari Sayyid Abul Hasan Ali Al Rifa’i. Dilahirkan di di Desa Hasan, daerah Wasith di Irag, pada 512 H/1118 M.
Neneknya berasal dari Maroko (Maghribi) dan pindah di Irag kemudian menetap di Ummu ‘Ubaidah. Saat berusia 7 tahun, ayahnya wafat. Lalu dia diasuh oleh pamannya yang bernama Manshur al Bathaihi di Basrah, yang termasuk salah satu pengikut tharigat. Karena itulah Ar Rifa’i dibesarkan dalam nuansa religi dan suasana tharigat yang amat ketat sekali dalam penerapan agama.
Pendidikan yang ditempuhnya adalah Figih dalam madzhab Safi’i dengan mempelajari kitab Tanbih. Lalu dengan sungguh-sungguh dia melawan hawa nafsu, zuhud dalam memelajari ilmu hakikat. Dan akhirnya dia terkenal sebagai ahli tasawuf. Pengikutnya dari berbagai kalangan yang dikenal dengan sebutan Ath Thaifur Rifa’iyah.
Tak hanya itu, dia juga belajar hukum Islam Figih Syafi’i dari pamannya yang lain, yakni: Abu Fadl Al Wasithi. Dia juga mendapat ijazaah Khirgah Sufi dari Al Manshur dari Ummu ‘Ubaidah.
Perjalanan spiritualnya ketika kali pertama bertemu seorang sufi yang bernama Syekh Abdul Malik Al Kharnubi, maka syekh ini memberikan kata-kata hikmah yang mengesankan baginya, “Hai Ahmad, dengarlah kata-kataku untukmu. Orang yang berpaling tiada akan sampai. Orang yang ragu-ragu tiada dapat kemenangan. Barang siapa yang tidak mengetahui waktunya kurang, maka seluruh waktunya itu adalah kurang.”
Selama satu tahun, Rifai’i mengulang-ulang perkataan bijak itu. Setelah itu dia datang lagi menemui Syekh Abdul Malik Al Kharnubi untuk meminta nasihat. Maka berkatalah Syekh tersebut, “Sangatlah keji segala penyakit bagi para dokter. Dan sangatlah keji kekasih yang meninggalkan wushul.”
Pengajaran tasawuf yang diterapkan Ahmad Ar Rifa’i untuk pertama kali adalah diajarkan kepatuhan dan pengamalan kepada syariat Islam. Maka melaksanakan perintah Allah dan Rasulnya tak dapat ditawar-tawar lagi. Dengan kata lain, menurutnya, tugas utama tasawuf adalah melaksanakan semua syariat Allah SWT. Sedang metodenya yang dilaksanakan tasawuf adalah metode yang pertama melaksanakan syariat itu tidak lain adalah Rasulullah SAW sendiri. Maka kebenaran pelaksanaan tasawuf adalah kebenaran yang terpancar dari sunnah Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah SAW adalah pintu di mana orang akan melalui pintu itu jika ingin masuk dalam mahligai Ketuhanan. Nabi SAW adalah pintu Al. Hadirat Al Rahmaniyyah.
Dengan demikian, apabila seseorang memasuki alam tasawuf terlebih dahulu harus menghidupkan Al Qur’an dan Sunnah Nabi dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh kegembiraan dan kesungguhan. Selanjutnya, jalan yang ditempuh adalah jalan kebenaran dan jalan kebenaran itu adalah jalan Nabi Muhammad SAW.
Dalam pandangan Ar Rifa’i, tasawuf bila disesuaikan dengan bidangnya adalah berhubungan dengan rohani dan di dalam kehidupan sehari-hari akan tampak dalam akhlag dan adab serta hal ini selalu berkembang.
Akhlag yang tampak dalam tingkah laku dengan segala kehalusan budi pekerti lahir adalah merupakan permunculan dari akhlag yang tersimpan dalam lubuk batin manusia. Maka mengikuti sunnah Nabi itu adalah harus lahir batin, perkataan, perbuatan dan gerakangerakan halus secara harmoni. Dan akhlag sufi yang dikembangkan Ar Rifai’i adalah akhlag yang harmonis antara lahir dan batin, baik perkataan, perbuatan atau keadaan perjalanan dalam menuju Tuhan.
Untuk menumbuhkan akhlag menuju kesempurnaan, maka ditanamkanlah terlebih dahulu Agidah Tauhid. Tauhid di sini benarbenar menempatkan Allah SWT sebagai satu-satunya yang disembah dan diminta pertolongan dan manusia sebagai makhluk, dan tetap sebagai makhluk yang tidak akan meningkat atau bersatu dengan Tuhan. Maka konsep tauhid sebagaimana dikemukakan Al Hallaj tidak dapat dibenarkan oleh Ar Rifa’i. Manusia dapat meningkat ke arah kesempurnaan akhlag sebagaimana yang ditunjukkan Nabi SAW, berarti meningkatkan nilai-nilai mulia dalam semua aspek kehidupannya.
Tasawuf bukan teori-teori indah, tapi dia adalah amal yang intensif, oleh karena itu, dalam tariqat Rifa’iyah ini disiplin pribadi di aksanakan sangat ketat. Dan masalah menarik dari disiplin yang diterapkan dalam sarigat ini adalah adanya ketentuan kepada pengikutnya untuk setiap tahun mengadakan khalwat selama 7 hari. Dalam berkhalwat ini, diisi dengan langkah-langkah berikut ini:
● Pada hari pertama berdzikir La ilaha Illallah.
● Hari kedua diisi dengan zikir Ya Allah.
● Hari ketiga diisi dengan zikir Ya Wahhab.
● Hari keempat diisi dengan zikir Ya Hayyu.
● Hari kelima berzikir Ya Mujib.
● Hari keenam diisi dengan zikir Ya Mu’thi.
● Hari ketujuh berzikir Ya
Quddus.
Jumlah zikir tidak dibatasi. Sebanyak kemampuan yang melaksanakannya. Dan waktu berkhalwat ditetapkan setiap tanggal 11 sampai 17 Muharram setiap tahun. Tata atau aturan khalwat lainnya bahwa selama dilaksanakan khalwat tidak boleh bercampur dengan isteri, tidak makan-makanan makhluk bernyawa, dan harus selalu dalam keadaan berwudhu terus menerus.
Secara umum, tarigat Rifa’iyah memiliki Hizb Al Tuhfat Al Saniyah yang dibaca pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Demikian juga ada wirid yang dibaca setiap malam Jum’at dan malam Senin. Sedang wirid khusus dibaca setiap malam setelah shalat Isya.
Dalam pertemuan-pertemuan umum kekeluargaan, tarigat dibacakan ayat-ayat suci Al Qur’an yang dimulai dari Al Fatehah, Al A’la, Al Qadar, An Nashr, Al Ikhlas, Al Falag dan An Nash. Serta ditutup lagi dengan Al Fatehah. Setelah itu dibacakan riwayat Rasulullah SAW dan keluarganya diikuti dengan shalawat dan syair-syair pujian kepada Rasulullah SAW bersama tabuhan rebana dan gendang yang menyemarakkan puji-pujian itu.
Syekh Ahmad Rifa’i merupakan seorang tokoh sufi yang telah mencapai derajat kewalian tinggi. Derajat itu diperoleh karena ketekunan ibadahnya, kezuhudannya, kewaraannya dan akhlag yang tinggi dan mulia. Dia juga memiliki rasa belas kasihan yang tinggi pada semua orang, bahkan pada binatang sekalipun.
Budi pekertinya yang mulia, misalkan, Syekh Ahmad Ar Rifa’i suka membersihkan pakaian orang-orang yang terkena kusta dan sakit Menahun. Pernah juga dalam suatu perjalanan, dia menemukan seekor anjing dan berpenyakit kurap dan kotor. Kemana anjing itu pergi, selalu dihardik orang. Tapi oleh Syekh Ahmad Ar Rifai, anjing itu justru diambil, dimandikan air panas, diobati dan diberi makan, serta dibuatkan rumah berteduh di luar kota.
Setelah 40 hari, anjing itu dibawa ke dalam, kota. Banyak orang heran dan bertanya, “Untuk apa engkau menumpahkan perhatian kepada anjing itu?”
Ahmad Ar Rifa’i menjawab, “Sebenarnya aku takut pertanyaan Allah SWT kepadaku pada hari kiamat nanti. Tidakkah engkau kasihan kepada anjing itu? Tidak takutkah engkau bila Aku timpakan bala kepadamu dengan bala yang demikian? (maksudnya berpenyakit seperti anjing itu) Karena itulah jiwaku tergerak untuk menolong anjing ini?”
Kekeramatan dan budi luhur juga ditunjukkan lewat sebuah kisah, bahwa pada suatu ketika seekor kucing tidur di atas lengan bajunya, padahal sudah masuk waktu sholat dan baju itu akan dipakainya untuk Sholat. Maka diambillah gunting dan lengan baju itupun diguntingnya. Tertinggallah lengan baju yang digunakan untuk tidur sang kucing, karena Ar Rifa’ memang tidak mau mengganggu nyenyaknya tidur si kucing.
Selesai sholat ternyata kucing itu telah pergi. Lalu dia mengambil lengan bajunya dan menghubungkan kembali dengan menjahitnya.
Bila mengajar santrinya, suaranya dapat didengar dengan jelas oleh orang-orang yang berada pada jarak yang jauh dari tempatnya mengajar. Seluruh penduduk desa yang jauh dari negerinya dapat pula mendengar dan menerima pelajarannya, sama halnya seperti yang berada di Zawiyah (tempat mengajar) itu. Bahkan orang tuli sekalipun dapat juga mendengar pelajaran yang diberikan.
Apabila orang meminta azimat, maka diambillah kertas putih dan ditulisnya tanpa menggunakan tinta. Pernah juga ada orang yang ingin mengujinya dengan pura-pura meminta azimat. Kertas putih itu diserahkan padanya agar ditulis azimat. Tetapi ternyata dia mengetahui maksud orang itu. Setelah melihat kertas itu, dia berkata: ”Hai, anakku, sebenarnya kertas itu sudah ditulis.”
Ternyata kertas yang disodorkan itu adalah kertas pemberian Syekh Ahmad Ar Rifa’i yang beberapa waktu lalu diberikan pada pemuda tersebut.
Magam kewalian Ar Rifai sudah mencapai derajat yang sangat tinggi: Sebagaimana dinyatakan Syekh Ahmad Al Fathani bahwa Syekh Ahmad Rifai telah cukup banyak tajalli Allah Ta’ala atasnya dengan izhmatNya, maka hancurlah dia menjadi setumpuk air.
Kemudian, dia mendapat karunia rahmat, maka sedikit demi sedikit menjadi keras hingga kembalilah dia seperti sediakala. Dengan versi lain, setelah dia menerima tajalli Allah, maka fana dan leburlah dirinya. Hal ini Sebagaimana kata ahli tasawuf sendiri yang menyebutkan, “Apa bila nampak Nur Kebagaan, maka lenyaplah yang tiada dan bagalah yang kekal.”
Kisah lain menyebutkan, pada suatu musim haji, Ar Rifa’i menunaikan ibadah haji, dan ketika menziarahi makam Nabi Muhammad SAW, maka, Nabi pun mengulurkan tangannya yang mulia lalu dicium oleh Syekh Ahmad Rifa’i. Hal ini dilihat oleh banyak orang yang saat itu bersama-sama sedang menziarahi kuburan Nabi SAW di Masjid Nabawi, Madinah Al Munawarah.
Salah seorang muridnya berkata, “Ya Sayyid, engkaulah Qutub!”
Jawabnya, “Sucikanlah Syekhmu dari Qutubiyah.”
Berkata lagi muridnya: “Engkaulah Ghaust!”
Jawabnya, “Sucikanlah gurumu dari Ghaustsiyah”
Dalam hal ini Imam Sya’rani mengatakan, hal yang demikian itu merupakan dalil bahwa Sayyid Ahmad Rifa’i adalah telah melampaui magamat dan athwart. Karena sesungguhnya Qutub dan Ghaust itu adalah magam yang maklum. Dan barang siapa beserta Allah, dengan Dia, maka baginya tidak mengenal magam lagi meski tiap-tiap magam itu terdapat padanya.
Ketika Syekh Ahmad Rifa’i sakit yang akan membawa kematiannya, berkatalah khodamnya: “Tajallillah bagi tuan guru oleh pengantin pada tahun ini.”
Syekh pun menjawab, “Ya!”
Sang khodam berkata lagi: “Oleh sebab apa?”
Jawabnya, “Telah berlaku beberapa perkara telah kami beli perkara itu dengan ruh kami. Dan hal yang demikian itu telah berlaku bala yang sangat besar atas makhluk. Maka aku menanggungnya dan kubeli perkara itu dengan apa yang tinggal dari sisa umurku. Lalu dijualkannya kepadaku.”
Setelah berkata demikian, menangislah Syekh Ahmad Rifa’i sambil menelungkupkan muka dan berkata, “Ya Tuhanku, ampunilah aku, jadikanlah aku sebagai atap bala bagi semua makhlukMu.”
Penyakit yang diderita oleh kala itu muntah berak, yang diidapnya selama 1 bulan. Ada orang yang bertanya padanya, “Darimana datangnya muntaber ini, sedangkan Tuan Syekh sudah 20 hari tidak makan dan minum?”
Dia pun menjawab: “Wahai saudaraku, itu adalah daging yang sudah hancur, maka keluarlah dia. Sesungguhnya daging itu sudah habis, melainkan yang tinggal untuk keluar sehari ini. Dan besok kami pulang kepada Allah”
Kemudian keluarlah dari perutnya melalui pelepasan (anus) suatu benda yang putih dua, tiga, kali, dan akhirnya berhenti. Maka wafatlah Syekh Ahmad Rifa’l pendiri tharigat Rifa’iyah. Peristiwa ini terjadi pada hari Kamis waktu Dzuhur, 12 Jumadil Awwal 570 H (ada yang berpendapat tahun 578 H), bertepatan dengan 1182 M. Dia meninggal dunia di Desa Ummu Ubaidah dikawasan antara Al Wasith dan Basrah, Iraq dalam usia 58 tahun. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)