Kisah Kyai Pamungkas

Kisah Mistis: SILUMAN ULAR BELANG

Kisah Mistis: SILUMAN ULAR BELANG

SIAPA SANGKA KALAU ULAR SEBESAR PAHA ORANG DEWASA ITU ADALAH MAKHLUK JADI-JADIAN. SETELAH MEMBUNUHNYA, PERISTIWA GAIB PUN BERULANG KALI DATANG MENTEROR…

 

JANGAN sembarangan membunuh ular tanpa alasan yang jelas. Salah-salah, ular yang dibunuh itu dari jenis siluman dan akan membalas dendam pada sang pembunuhnya.

 

Peristiwa langka tersebut seperti yang diceritakan oleh Pak Suminto, 50 tahun. Warga Indramayu, Jawa Barat, ini nyaris kehilangan nyawanya gara-gara membunuh seekor ular yang diduga penjelmaan bangsa siluman.

 

Kisah menyeramkan ini berawal dari kegemaran Suminto berburu belut di malam hari, atau menurut istilah masyarakat setempat disebut ngobor. Bagaimanakah kisah lengkapnya? Berikut ini kesaksian Suminto yang dituturkan kepada penulis…

 

Pada suatu malam, tepatnya malam Jum’at Kliwon, lagi-lagi timbul kerinduanku untuk menyantap belut goreng. Tanpa berpikir panjang lagi, segera kujemput dua orang temanku, Wirya dan Saryo, untuk kuajak ngobor belut. Laksana gayung bersambut, mereka ternyata amat antusias menyetujui ajakanku.

 

Setelah sepakat, maka segera saja kami mempersiapkan berbagai peralatan ngobor, seperti lampu patromak, pedang, dan wadah untuk menampung belut. Tak lupa pula beberapa bungkus rokok untuk teman pengusir hawa dingin.

 

Sekitar pukul sembilan malam, kami pun berangkat menuju areal persawahan dengan masing-masing membawa lampu patromak dan pedang. Setibanya di lokasi perburuan, kami segera berpencar. Wirya dan Saryo ke arah timur, sedangkan aku ke arah barat dimana terdapat sawah milik Warsa, tetanggaku.

 

Lokasi sawah Warsa ini memang sangat berdekatan dengan pemakaman umum yang telah lama dikenal sangat angker. Ketika langkah kakiku hampir mencapai sawah Warsa tampak di hadapanku seekor ular belang sedang tidur melingkar, tapi kepalanya masuk ke dalam tumpukan lanjaran (batang pohon bambu yang digunakan dikebun untuk tempat sayuran merambat). Besar tubuhnya, kira-kira sebesar betis kaki orang dewasa. Dengan panjang tubuh sekitar satu meteran lebih. Sesuai dengan namanya, hewan ini berkulit belang-belang berwarna hitam, putih dan merah. Dan selama ini dikenal sebagai hewan melata yang berbisa ganas.

 

Melihat ada ular belang yang ukuran tubuhnya cukup besar ini, akupun segera berteriak memanggil Warsa yang sungguh kebetulan ketika itu sedang berada di sawahnya seorang diri. Seorang petani bekerja sendiri di sawah miliknya pada malam hari. Memang bukanlah suatu hal yang aneh. Mungkin saja dia sedang memasukkan air ke areal sawahnya.

 

“Warsa… sini ada ular besar! Cepatlah kemari!” Teriakku memanggil Warsa.

 

Warsa yang merasa penasaran kemudian segera mendatangiku. Setelah Warsa tiba, kemudian segera pula kupanggil Wirya agar ikut menyaksikan ular belang itu.

 

“Wirya… kamu cepat ke sini! Ini ada ular besar!” Teriakku.

 

Tapi mungkin karena jaraknya yang lumayan jauh, Wirya tidak mengindahkan panggilanku. Atau mungkin juga karena dia memang tidak mendengarnya.

 

“Wah, bagaimana cara mengusir ular ini ya, Kang? Aku takut dia akan bersarang di sawahku ini” cetus Warsa ketika sampai di lokasi ular belang itu.

 

“Sudahlah, kau babat saja dengan pedangmu!” Jawabku, memberi ide.

 

“Apakah nanti tidak akan terjadi apa-apa, Kang?” Warsa tampak ketakutan.

 

“Tidak apa-apa. Dibacok saja!” Jawabku lagi.

 

Kemudian, akupun segera menarik lanjaran bambu itu hingga ular belang itu keluar dan hendak berlalu dari tempat kami. Karena Warsa tidak berani untuk membacok ular belang itu, akhirnya akulah yang melakukannya.

 

Cras! pedangku membabat ular itu hingga kepalanya terpisah dari tubuhnya. Tetapi sungguh aneh! Begitu kepala ular terputus, seketika pula menghilang entah kemana. Tapi aku tidak mempedulikannya, sebab kupikir bisa saja potongan kepala itu terlempar karena gerakan pedangku.

 

Namun, kalau dipikir-pikir, ternyata keanehannya tidak hanya sebatas itu. Potongan tubuh ular yang telah hilang kepalanya itu ternyata tidak bergerak sama sekali. Diam saja. padahal, biasanya ular kalau dibacok paling tidak tubuhnya akan kelojotan, sekarat dan mati. Lain dari hal tersebut, aku dan Warsa memang sempat merasa heran. Lebih mengherankan lagi, ketika hendak saya sentuh dengan memakai sepotong kayu, tubuh ular ini tampak masih hidup walaupun kepalanya sudah tidak ada lagi.

 

Aku dan Warsa berusaha mencari kepala ular yang hilang tersebut. Namun, sampai sekian lama mencarinya, dengan radius pencarian yang cukup jauh, potongan kepala ular itu tetap tidak bisa kami temukan. Padahal, lokasi areal pesawahan itu bersih dari rerumputan, sebab masih berupa tegalan karena belum ditanami padi ataupun palawija.

 

“Menghilang kemana ya, Kang?” Tanya Warsa dengan nada gelisah.

 

“Entahlah, aku tadi tidak sempat melihat kemana larinya potongan kepala ular itu,” ujarku dengan perasaan mulai dihantui keanehan. “Apakah kau tidak melihatnya?” Tanyaku pula.

 

“Tidak, Kang! Tapi sepertinya begitu dibacok, potongan kepala ular itu langsung hilang, yang tertinggal hanya potongan tubuhnya saja,” jawab Warsa dengan muka pucat.

 

Setelah gagal menemukan potongan tubuhnya, akhirnya potongan tubuh ular belang tersebut aku buang ke irigasi sawah yang kebetulan sedang banjir.

 

Setelah kejadian ini, kulanjutkan kegiatanku yang sempat tertunda. Sementara Warsa pun kembali dengan pekerjaannya semula.

 

Sepertinya, tak ada kejadian aneh yang kualami malam itu. Setelah mendapat sekitar 50 ekor belut, baik yang berukuran besar maupun kecil, aku pulang kembali ke rumah. Kalau saat berangkat tadi bersama kedua orang rekan, namun ketika pulang sendiri-sendiri. Hal ini memang sudah menjadi kebiasaan setiap kali melakukan kegiatan ngobor dengan teman-teman.

 

Sesampainya di rumah sekitar jam dua belas malam. Waktu itu, aku teringat akan pesan orang-orang tua tentang apa yang harus dilakukan. Apabila setelah membunuh ular terdapat keanehan, kalau kepalanya hilang secara misterius, maka biasanya potongan kepala ular itu akan mencari pembunuhnya untuk balas dendam. Untuk itulah, maka baju yang dikenakan pada saat membunuh ular tersebut jangan dibawa masuk rumah. Sebab, potongan kepala ular itu akan mengikuti pembunuhnya dari bau keringat sang pembunuh.

 

Ingat akan pesan tersebut, akupun segera menanggalkan baju yang baru kupakai. Kutaruh baju tersebut di pohon jambu air yang ada di pekarangan depan rumah. Setelah itu, baru kemudian aku masuk ke dalam rumah.

 

Selesai membersihkan tubuh, karena kelelahan, aku langsung tertidur pulas dengan berselimutkan kain sarung. Tetapi sebelumnya aku sempat membaca amalan Pageran Tubuh, karena takut bahwa ular yang kubunuh memang benarbenar binatang jejadian. Amalan ini gunanya untuk memagari diri dari gangguan kasar maupun halus dalam keadaan tidur.

 

Anehnya, dalam tidurku, aku bermimpi menaiki sepeda di sebuah ruas jalan yang licin dan bagus. Sampai tiba di sebuah tikungan, entah kenapa tiba-tiba aku dihadang oleh sekelompok pemuda. Tak tanggung-tanggung jumlahnya. Sekitar 40 orang. Semuanya berbadan tegap dan gagah. Busana yang mereka kenakan semuanya sama. Bagian atas kaos berwarna putih, sedangkan bagian bawah berwarna biru.

 

Salah seorang di antara para penghadang itu maju ke arahku. Dia lalu berkata dengan lantang, “Hutang sakit dibayar sakit, hutang nyawa dibayar nyawa!”

 

“Nanti dulu, kesalahan saya apa?” Tanyaku, bingung.

 

“Kamu telah membunuh guru kami, cetus pemuda itu lagi dengan nada ketus.

 

“Apa, membunuh guru kalian? Seumur hidup aku belum pernah melakukan pembunuhan. Siapa guru kalian itu?” Aku semakin bingung.

 

“Kyai Poleng! Dia sedang tidur di tengah sawah, lalu kau membacoknya dengan pedangmu?”

 

Selesai berkata begitu, si pemuda dan teman-temannya langsung mengeroyokku. Aku terpaksa melakukan perlawanan sebisa-bisanya untuk mempertahankan diri. Dan untungnya, aku selalu berhasil mematahkan serangan yang mereka lancarkan.

 

Bukan bermaksud untuk menyombongkan diri, aku memang cukup lihai dengan ilmu bela diri. Oleh karenanya, aku dapat dengan tenang menghadapi serangan musuh yang jumlahnya tidak seimbang itu. Dan akhirnya, pertarungan di alam mimpi tersebut dimenangkan olehku. Semua musuhku mundur ke belakang, lalu berlarian ke segala arah. Dan bersamaan dengan itu, aku terbangun dari tidur…

 

Serta merta mulutku berkali-kali mengucapkan Istighfar. Aku merasa sangat yakin bahwa kejadian dalam mimpi itu bukanlah sekedar bunga tidur, namun berkaitan dengan pembunuhan ular belang olehku sewaktu mencari belut di sawah Warsa.

 

Berdasarkan kenyataan ini, aku menyimpulkan bahwa yang kubunuh itu bukan ular sembarangan. Dia adalah ular belang siluman, namanya Kyai Poleng. Adapun yang mengeroyokku tak lain adalah murid-muridnya. Mereka merasa dendam karena gurunya telah dibunuh olehku. Lalu, mengapa aku bisa selamat?

 

Setelah kurenungkan, yang menyelamatkanku dalam perkelahian dialam mimpi itu bukan karena aku seorang guru silat, melainkan karena doa yang kubaca sebelum tidur, tentu dengan seizin Allah SWT. Kalau saja aku tidak membaca doa itu, entah apa jadinya. Bisa jadi aku jatuh sakit, atau mungkin aku hanya tinggal nama belaka.

 

Yang tak kalah aneh, pada malam Jum’at setelah kejadian ini, rumahku dipenuhi oleh ular belang yang besarnya sama yakni seukuran ibu jari kaki orang dewasa. Ular-ular itu mengepung rumahku. Untung saja, dengan ilmu batin yang kumiliki hal ini bisa kutangani. Setelah melakukan sebuah ritual kecil, ular-utar itu hilang dengan sendirinya. Tapi, kehadiran mereka sudah cukup membuat anak isteriku tercekam. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Panggonan Wingit: MISTIS RITUAL JOLENAN, ADAT PURWOREJO

Kyai Pamungkas

Kisah Mistis: JUAL SATE BULUS, DI PASAR SILUMAN (4)

Kyai Pamungkas

Panggonan Wingit: PELUS GAIB PENGHUNI SUMBER PONJONG, GUNUNG KIDUL

Kyai Pamungkas
error: Content is protected !!