Kisah Mistis: SAMPURAGA, SI ANAK DURHAKA
LEGENDA SAMPURAGA LAHIR DI MANDAILING. KISAH TENTANG KEDURHAKAAN SEORANG ANAK KEPADA IBUNYA INI, SAMPAI KINI MASIH DIPERCAYA MASYARAKAT MANDAILING DAN SEKITARNYA…
KHUSUS bagi masyarakat Mandailing, Sampuraga bukanlah sekedar legenda. Buktinya, bekas rumah Sampuraga diyakini masih ada, walau sudah menjadi sebuah kolam.
Kisah kedurhakaan Sampuraga tetap hidup dan berkembang dari waktu ke waktu. Memang, karena kemajuan zaman, banyak orang tua yang tak lagi menuturkan kisah ini kepada anakanaknya. Untuk sekedar mengingatkan, berikut sekilas kisah Sampuraga tersebut…
Di sebuah desa hidup seorang ibu bersama anak tunggalnya yang bernama Sampuraga. Mereka tinggal di desa yang jauh dari keramaian, dan hidup dengan kemiskinan. Saat Sampuraga masih kecil sudah ditinggalkan ayahnya.
Sang ibunya yang menyadari kemiskinannya, hampir setiap hari menghibur anaknya agar sabar dalam menghadapi segala cobaan dan tantangan di dunia ini. Sampuraga patuh terhadap petuah ibunya. Dia tak pernah melawan, apalagi membantah.
Setiap hari Sampuraga membantu tugas ibunya, Pagi-pagi benar dia sudah berangkat ke hutan untuk mengambil kayu bakar untuk dijual ke pasar. Dia mengerjakannya dengan sabar dan tabah.
Sampuraga terus beranjak dewasa. Pada suatu hari, dia termenung sendiri di bawah pohon besar. Dia ingin merubah nasib kehidupannya. Dia ingin merantau ke negeri orang, namun dia tak tega untuk meninggalkan ibunya seorang diri.
Karena mendambakan hidup yang lebih baik. Sampuraga menceritakan keinginannya itu kepada sang ibu. Meski sang ibu merasa berat mengizinkan anaknya pergi merantau ke negeri orang, tapi demi kemajuan Sampuraga, dengan suka cita ia mengizinkan anaknya pergi.
Saat perpisahan, sang ibu menangisi anaknya, demikian juga Sampuraga tak bisa menahan sedih karena harus berpisah dengan ibunya yang sangat disayanginya.
Sang ibunya tak tega membiarkan anaknya pergi merantau tanpa bekal.
Karena itulah diberikan uang ala kadarnya untuk mempertahankan hidupnya sebelum mendapat pekerjaan. Dengan linangan air mata berangkatlah Sampuraga meninggalkan ibu dan desanya.
Sampuraga yang terbiasa bekerja seharian tidak merasa lelah dan penat berjalan naik turun gunung. Apalagi, tekadnya juga telah bulat untuk merubah nasib.
Setelah mengembara, perjalanan Sampuraga akhirnya tiba di suatu perkampungan. Dia melihat rumah besar alias Bagas Godang yang dikawal beberapa penjaga, yang hilir mudik siap dengan senjatanya.
Rupanya, Bagas Godang yang terletak di sungai Aek Magoli itu adalah istana Kerajaan Tonga-Tonga. Kerajaan itu dipimpin seorang raja yang kaya raya dan dihormati oleh rakyatnya, karena berlaku adil dan bijaksana. Tidak ada kemiskinan dan kemelaratan di wilayah kekuasaanya. Rakyat hidup dengan makmur. Karena itulah sang raja yang bijak selalu dihormati seluruh rakyat Mandailing.
Sampuraja yang tidak pernah melihat rumah sebagus itu amat kagum dan terpesona. Ketika masih terkesima, Sampuraga terperanjat karena ada seorang prajurit istana menegurnya, dan menanyakan apa maksud kedatangannya. Sampuraga menjawab bahwa dirinya ingin bertemu dengan raja.
Ringkas cerita, raja memperbolehkan Sampuraga masuk. Pengawal mengantarkanny ke ruang tamu istana. Setelah menunggu beberapa saat, rajapun tiba. Sampuraga memberi hormat dengan takzim.
Sang raja menanyakan apa tujuan Sampuraga menghadap dirinya di istana. Sampuraga menjawab bahwa dia ingin mengabdi kepada raja.
Raja sangat senang mendengarnya, apalac dia tahu kalau Sampuraga pemuda yang pemberani.
Setelah mengabdi sekian lama dan menunjukkan dedikasi yang amat baik, Raja Memberi hadian berupa areal tanah subur, yang terletak di sebelah barat Desa Sirambas sekarang ini.
Sampuraga menggarap tanah itu dengan kerja keras, sehingga beberapa tahun kemudian menjelma menjadi tanah pertanian dan peternakan yang luar biasa. Keberhasilan Sampuraga tersebut dicontoh oleh warga lainnya, sehingga daerah tersebut akhirnya ramai dihuni manusia.
Karena keberhasilannya, warga setempat mengusulkan agar Sampuraga menjadi wakil raja di Desa Sirambas. Raja Tonga Tonga menyetujuinya.
Cerita mengenai Sampuraga yang telah menjadi wakil raja sampai juga ke telinga ibunya. Betapa senang dan bahagia hati sang ibu. Karena rindu ingin bertemu anaknya, perempuan tua ini mencoba berangkat ke Sirambas untuk bertemu dengan Sampuraga.
“Setelah beberapa hari dalam perjalanan, akhirnya sang ibu tiba di Sirambas. Kebetulan, waktu itu di istana Sampuraga tengah dilangsungkan pesta adat secara besar-besaran. Persisnya, pesta pernikahan Sampuraga dengan seorang puteri anak bangsawan Mandailing.
Di tengah kemeriahan pesta, Ibu Sampuraga memberanikan diri bertanya kepada salah seorang prajurit istana, apakah dirinya bisa bertemu dengan Sampuraga. “Ibu ini siapa?” Tanya prajurit. “Saya Ibu kandung Sampuraga, jawab sang ibu.
Prajurit itu segara memberitahu Sampuraga bahwa ibunya datang. Namun, sungguh celaka! Sampuraga tidak menerima dan mengakui ibunya. Dengan congkak dia mengatakan bahwa ibunya bukan perempuan tua kotor seperti itu. Bahkan, Sampuraga kemudian mengusir ibu kandungnya itu.
Meski sang ibu berulang kali memohon agar Sampuraga sudi mengakuinya sebagai ibu kandung, namun dengan kasar dia malah menendangnya, bahkan hingga terjerambab di halaman rumah. Rupanya, Sampuraga malu mengakui ibunya yang berpakaian compangcamping, miskin, dan tua renta itu.
Akhirnya, sang ibu hanya bisa menangis pedih. Dia merasa menyesal memiliki anak yang tak mau mengakui ibunya sendiri. Melihat wanita renta itu menangis dan meratapinya, Sampuraga kian murka. Dia menendang ibunya berkali-kali. Perempuan renta ini tergulingguling menahan kesakitan.
Pengawal kerajaan mengangkat ibu itu keluar pagar istana.
“Sampuraga adalah anakku. O… Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Terkutuklah anakku Sampuraga. Dia adalah darah dagingku Dia adalah anakku, yang kubesarkan dengan tulus. Tetapi dia merasa malu mempunyai ibu yang compang-camping, miskin dan tua renta inii. Dia kubesarkan dan kuberikan air susuku ini?”
Konon, Ibu Sampuraga memeras air susunya. Dengan kekuasaan Tuhan, air susu itu mengalir deras bagaikan anak sungai. Seketika itu hujan pun turun dengan derasnya, diiringi petir dan guruh bersahut-sahutan. Angin kencang pun membadai.
Seketika itu juga istana Sampuraga beserta isinya lenyap tersapu angin dan terendam air.
Tak seorang pun yang tertinggal…
Tempat peristiwa itu berlangsung, kini dijadikan obyek wisata. Di sana, masih berbekas tempat pesta pernikahan Sampuraga. Terbukti masih terdapat bekas kuali, serakan batu yang menyerupai daging yang dipotong-potong, manusia yang bergelimpangan yang sudah berbentuk batu, bekas pelaminan, juga sosok tubuh Sampuraga yang telah berubah menjadi batu.
Istana Sampuraga sendiri telah berubah menjadi kolam air panas. Menurut cerita masyarakat di sana, bila ada pengunjung yang berteriak begini, “Hai, Sampuraga na maila marina (Hai, Sampuraga yang malu beribu)!” Maka seketika itu air panas itu akan naik ke atas, membuncah setinggi-tingginya. Aneh, bukan! Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)