Kisah Kyai Pamungkas

Kisah Mistis: RATU PANTAI SELATAN BOYONG ISTANA

Kisah Mistis: RATU PANTAI SELATAN BOYONG ISTANA 

MENURUT PENUTURAN KANJENG RATU, PULAU JAWA SUDAH TIDAK BISA Di PERTAHANKAN LAGI. KARENA ITULAH DIA DAN PARA HAUL GAIB TERPAKSA HARUS MENINGGALKANNYA. APA YANG TERJADI…?

 

Apakah yang dimaksud sebagai Keraton Istana Ratu Jagad Laut Selatan ini identik atau bahkan sama dengan Keraton Nyi Roro Kidul? Hal ini memang tidak disebutkan secara jelas oleh sang penulis. Namun yang menarik, isi tulisan ini bertutur tentang sebuah misteri besar, yang bisa jadi amat berpengaruh di sepanjang zaman. Meski sulit dibuktikan secara fisik, namun ada baiknya jika telaah gaib ini menjadi pelajaran bagi kita bersama. Lantas, seperti apakah boyongan yang terjadi di sebuah komunitas gaib yang disebut si penulis sebagai Keraton Istana Ratu Jagad Laut Selatan itu? Berikut paparan lengkapnya…

 

SEBELUMNYA, saya selaku penulis dan orang yang mengetahui secara persis fakta-fakta gaib ini ingin menyampaikan permohonan maaf yang sebesarbesarnya kepada seluruh rakyat Indonesia, wabil khusus pembaca setia majalah kesayangan ini. Permohonan maaf ini penting saya sampaikan karena baru sekarang ini saya berkesempatan menyampaikan informasi gaib yang amat penting ini kepada khalayak. Di samping karena didasari pertimbangan etis dan tidak etis, keterlambatan tersebut juga atas dasar pertimbangan gaib yang sulit saya jelaskan lewat tulisan ini. Namun yang pasti, dengan sebuah niat tulus, tanpa bermaksud menebar sensasi apapun, berikut ini merupakan paparan dari fakta-fakta gaib yang saya ketahui secara langsung. Walau sudah agak lama tertunda, mungkin tak salah bila Pembaca (yang berkenan) turut mencermatinya. Nah, selamat mengikuti..!

 

Nyai Ratu Puteri Segoro Kidul yang selama ini terkenal sebagai ratunya para keleluhuran haul roib gaib beristana di Laut Selatan. Pada tanggal 7 Juli 2006, bertepatan dengan malam Jum’at Kliwon, pukul 22.30 WIB, telah melakukan boyongan. Nyai Ratu Puteri Segoro Kidul dan istana beserta segenap penghuninya pindah dari laut selatan pulau Jawa ke Pelabuhan Laut Samudera Belawan.

 

Kepindahan Nyai Ratu ke laut Samudera Belawan, juga diikuti para haul gaib Wali Songo. Tak ketinggalan pula diikuti oleh para pertapa gaib lainnya. Jumlah mereka kurang lebih 1.500 para leluhur haul gaib. Kini, mereka telah berkumpul di Istana Kanjeng Ibu Nyai Ratu Puteri Laut Kidul, yakni di pulau Samudera, Pelabuhan Belawan, sebagai istananya yang baru.

 

Mengapa Kanjeng Ratu dan para haul gaib melakukan boyongan? Menurut penuturan Kanjeng Ratu, pulau Jawa tidak bisa di pertahanankan lagi. Karena itulah dia dan para haul gaib terpaksa harus meninggalkannya. Nyai Ratu Puteri Segoro Kidul menyebutkan beberapa sebabnya.

 

Pertama, perairan seluruh pulau Jawa sampai ke Nusa Tenggara, sudah sangat kotor sebabnya banyak bibit jabang bayi umat manungso yang hanyut dibawa aliran air dari setiap jengkal bumi tanah Jawa. Maksudnya, perzinahan terjadi hampir di setiap jengkal tempat, yang air maninya mengalir dan berkumpul di seluruh perairan laut Jawa. Sehingga karena itu air dan bumi tanah Jawa sudah tidak nyaman lagi ditempati oleh para Rijalullah Gaib, para Sunan dan Wali, dan para orang-orang suci lain.

 

Sebab kedua, adalah sudah sulit mendapatkan orang-orang yang sholeh dan ikhlas. Orang menuntut ilmu tinggi-tinggi, sampai menjadi sakti manderaguna, menjadi para sarjana, menjadi santri, menjadi Kyai, tetapi niatnya hanya untuk harta dunia.

 

“Lali maring songkan paraning manungso, lali karo apik becik olo ketoro, lali karo Gusti Allah (lupa kepada dari mana asal manusia dan akan kemana manusia setelah mati, lupa bahwa setiap perbuatan baik itu dicatat perbuatan buruk itu tidak bisa disembunyikan dihadapan Allah SWT, lupa kalau ada Allah).” Demikian tutur Nyai Ratu Puteri Segoro Kidul.

 

Sebab yang ketiga, adalah Sebagai keluhuran haul gaib yang diamanahi menjaga ketenteraman seluas jagad sakjrone lautan, Nyai Ratu Puteri Segoro Kidul merasa sudah tidak dihargai lagi oleh umat manusia.

 

“Aku iki umat manungso uga, uga aku iki hamba Allah, ning istanaku ya ana masjid, ya ana pesantren. Aku iki keleluhurane umat manungso ingsakluase jagad tanah Jawa, tanah Sumatera, kok ana sing wani wanine gawe gebrakan satus dina (Tanah Jawa, tanah Sumatera, itu negerinya para Sunan, para Wali juga, kamipun manusia juga, sayapun hamba Allah juga, kami punya rumah, masjid dan pesantren, punya istana, kami ini sesungguhnya nenek moyangnya umat manusia yang beragama Islam. Mengapa tidak permisi, tidak sinuwan sinuwun mengatakan gebrakan seratus hari, berani-beraninya melakukan gebrakan seratus hari. Gebrakan siapa yang paling hebat? Gebrakan kamukamu apa gebrakan kami? Gebrakan kami bisa menghancurkan apa saja).” Demikian tutur Nyai Ratu Puteri Segoro Kidul lebih lengkap.

 

Disebutkan pula, kepindahan istana laut selatan tersebut, sesungguhnya telah diawali oleh kepindahan para haul gaib yang terlebih dahulu hijrah ke tanah Sumatera. Yang pertama pindah ke tanah Sumatera yaitu haul gaib Ir. Dr. KH. Raden Soekarno (Bung Karno), yang pindah ke Sumatera sekitar tahun 1970-an awal. (Informasi ini juga bersandar kepada seseorang keturunan Serang, Banten, yang tinggal di Medan).

 

Setelah kepindahannya, lalu Raden Ageng Suroso (nama kecil Bung Karno), juga mengajak Syekh Haji Buyut Mansyur, Cikaduen, Banten. Dia adalah pertapa sakti manderaguna yang pertapaannya terletak di Cikaduen, Banten, namun kini telah pindah ke Medan.

 

Syekh Haji Ki Buyut Mansyur juga mengajak adiknya yang bernama Syekh Haji Ki Buyut Caringin. Menyusul lagi kakak dari Ki Buyut Mansyur, yaitu Syekh Haji Ki Buyut Mangun Topo. Ketiganya pindah ke Sumatera pada tahu 70-an. Tetapi mereka selalu pulang pergi ke tanah Jawa, juga ke Mekkah.

 

Disebutkan, kepindahan Nyai Ratu Puteri Segoro Kidul ke Samudera Pelabuhan Belawan sesungguhnya menyusul kepindahan Raden Ageng Suroso yang merupakan anak angkat kesayangannya.

 

Bagi para gaib, sampai sekarang ini, Ir. Soekarno masih diakui sebagai Presidennya Indonesia, dan para gaib di seluruh tanah Indonesia. Adapun kepindahan para Syekh Banten ke Sumatera, menurut penuturan Nyai Ratu Puteri Segoro Kidul adalah untuk mencari seseorang yang disebut sebagai Sembara, artinya manusia yang disayembarakan.

 

Sembara dicari sejak abad ke-7. Dan yang dimaksud abad ke-7 ini bukan tahun masehi, tapi tahun Hijriah, yaitu abad ke 7 Hijriah. Sembara adalah sosok laki-laki yang menurut para haul gaib masih seorang keturunan Jawa, darah Banten, keturunan darah biru dari Prabu Siliwangi Sembara adalah keturunan Prabu Siliwangi ke 7.

 

Silsilahnya sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Sembara inilah yang bisa menerima pusaka Cambuk Ulung Amarrasulli, Cambuk Dewa atau Cambuk Kilat, yang dapat berguna bagi ketenteraman umat manusia.

 

Adapun sebutan Cambuk Ulung Amarrasulli, adalah karena siapa yang bisa mewarisinya berarti dialah AMARRASULLI (utusan para Rasul). Sembara itulah yang dicari, diteliti, ditelusuri keberadaannya di tanah Sumatera. Kemungkinan bahwa Sembara itu suku Jawa, lahir di Jawa, darah keturunan Banten dari Prabu Siliwangi, tetapi siapa orangnya, tentu hanya para haul gaib yang tahu.

 

Namun disebutkan, Sembara itu hanya seorang biasa, miskin, sederhana, bisa jadi sebagai petani, pedagang, seorang guru, ustadz atau apa saja yang keberadaannya hingga kini masih dirahasiakan oleh para haul gaib. Tetapi disebutkan orang yang dimaksud sebagai Sembara ini telah diteliti dan ditemukan sejak akhir tahun 2005 lalu.

 

Benarkah begitu? Ketika ditanya demikian, Syekh Haji Ki Buyut Mansyur, tidak berkenan menjawabnya. Namun, menurut penuturannya, Sembara-lah yang bisa membela kebenaran dan membela negara sampai benar-benar adil dan makmur. Dan, dia pula yang kelak diberi gelar Ratu Adil.

 

KESAKSIAN MASYARAKAT TENTANG ROMBONGAN BOYONGAN RATU PANTAI SELATAN KE PELABUHAN BELAWAN

 

Rombongan Nyai Ratu Puteri Segoro Kidul, menurut penuturan beliau sendiri, berangkat pada hari Jum’at Kliwon. Rombongan terbagi menjadi dua kelompok. Rombongan pertama berangkat melalui jalur laut. Rombongan ini dalam jumlah besar, karena mengangkut istana para prajurit dan abdi dalemnya.

 

Rombongan kedua, terdiri dari Nyai Ratu Puteri Segoro Kidul, para dayang, dan seluruh para pengawal ring satu. Mereka berangkat melalui jalur udara, lalu mendarat di wilayah Paluh Merbau, di perairan sungai Ular, sungai terbesar yang ada di wilayah Sumatera Utara.

 

Pada hari Sabtu, tanggal 8 Juli 2006, rombongan melanjutkan perjalanan sekitar pukul 22.30 WIB. Karena malam itu merupakan malam Minggu, maka secara kebetulan banyak orang yang tengah melaksanakan pesta perkawinan, Maka itulah, di wilayah Paluh Merbau, banyak orang yang menyaksikan rombongan Nyai Ratu Puteri Segoro Kidul itu, yang mengawang-awang kurang lebih tingginya sekitar 50 meter dari permukaan tanah.

 

Yang terlihat dari bawah adalah satu kereta kencana yang ditarik oleh sekitar 5 ekor kuda terbang. Dikawal oleh beberapa ekor ular naga besar. Berdiri di atas kereta yang berkilau bagai emas bercahaya seorang Ratu, karena terlihat mahkota di atas kepalanya yang tinggi menjulang.

 

Di sampingnya berdiri seseorang yang gagah memakai peci dan menggapit tongkat di tangannya. Dia adalah Bung Karno.

 

Dua bulan berikutnya, sekitar September 2006, para nelayan laut Belawan, digegerkan oleh munculnya seekor ikan Gemang yang sangat besar. Menurut mereka, ikan Gemang tidak pernah ada yang sebesar itu. Tetapi ikan Gemang yang muncul itu sangat besar. Maka para nelayan berusaha menangkapnya, tetapi tidak berhasil. Dan sebagian dari mereka mengatakan, “Jangan ditangkap! Mungkin ikan jadi-jadian, dan ada yang memeliharanya!”

 

Akhirnya, para nelayan yang biasa memancing tidak jadi menangkapnya karena mereka takut mendapat bala akibat marahnya sang pemilik Gemang tersebut.

 

Kemudian, sekitar bulan Nopember, bersamaan dengan bulan puasa, di Tembung ada seseorang yang tidak mau disebutkan jati dirinya, mengaku mengalami mimpi yang amat aneh. Dalam mimpi tersebut sepertinya dia pergi berdua dengan seseorang menuju ke kerajaan di bawah laut. Tetapi dia merasakan mimpinya sangat nyata, seperti bukan mimpi. Bahkan, dia seperti benar-benar mengalaminya.

 

Orang itu bercerita, setelah sampai ke dalam istana, dia berjumpa dengan seorang perempuan cantik yang menyambutnya. Si perempuan cantik mengatakan bahwa dirinya adalah Ratu di Istana Laut Selatan.

 

Orang yang bermimpi tersebut tidak percaya, dan berkata kepada wanita cantik yang mengaku sebagai Ratu, “Ah, tidak mungkin kamu Ratu di sini! Kalau kamu Ratu di sini, mana mahkotamu, mana dayang-dayangmu, mana kereta kencana emasmu?”

 

Lalu, perempuan cantik tersebut balik bertanya, “Kamu siapa? Kok sampai di sini? Kok tahu mahkota ratu di sini?”

 

Orang itu menjawab, “Aku cucunya Ki Buyut Mansyur.”

 

Mendengar jawaban tersebut, perempuan cantik itu langsung menjerit-jerit kesakitan seperti terbakar oleh api yang tiba-tiba saja menyala membakar tubuhnya dan akhirnya mati terbakar. Dan mimpipun berakhir. Dia terbangun, memikirkan tentang mimpinya yang dianggap aneh, sambil mengingat-ingat kembali mimpinya.

 

Hatinya bertanya-tanya, kenapa perempuan cantik yang mengaku ratu itu begitu mendengar temannya yang ikut ke istana dasar laut itu menyebut, aku cucunya Ki Buyut Mansyur. Kok perempuan cantik itu menjerit-jerit kesakitan dan akhirnya hangus terbakar.

 

Kalau benar perempuan cantik itu Ratu Laut Selatan, kok tidak ada pengawalnya? Kok terbakar? Kok Istananya sunyi sepi? Itulah pertanyaan demi pertanyaan sampai akhirnya beberapa bulan yang lalu, Khanjeng Ratu Laut Selatan bercerita sendiri melalui pinjam raga seseorang yang tidak boleh disebutkan namanya. Bahwa memang benar, beliau telah pindah ke pelabuhan Belawan dan sekarang nama panggilan beliau menjadi Kanjeng Ibu Nyai Ratu Puteri Laut Kidul Pulau Samudera Pelabuhan Belawan.

 

Istananya sekarang berada di laut Belawan berdekatan dengan tempat kapal besar berlabuh jangkar, yang oleh masyarakat sekitar disebut wilayah Lampu Satu, sebelah barat.

 

Sebenarnya, penulis terbiasa memakai kata pelabuhan untuk menyebutkan kata tempat yang ada di laut Belawan, tetapi para gaib yang dipimpin Khanjeng Ratu selalu menyebutnya Perlabuhan, bukan pelabuhan.

 

Dan kalau dipikir-pikir kata perlabuhan kok lebih pas ya. Entahlah, mana yang lebih benar menurut tata bahasa. Biarlah para ahli tata bahasa Indonesia yang membahasnya.

 

Semoga tulisan singkat ini bermanfaat. Setidaknya untuk menjadi bahan introspeksi bagi kita semua, bahwa di tengah-tengah kita sesungguhnya ada dimensi kehidupan lain yang juga penuh dengan dinamika. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Kisah Kyai Pamungkas: MISTERI KIDUNG ANAK AMBAR

Kyai Pamungkas

Kisah Mistis: PERANG GAIB SEBAR VIRUS PENYAKIT

Kyai Pamungkas

Kisah Mistis: PESUGIHAN SATE GAGAK

Kyai Pamungkas
error: Content is protected !!