Kisah Kyai Pamungkas

Kisah Mistis: PURWA JAWA DAN RENTETAN BENCANA DI NUSANTARA

Kisah Mistis: PURWA JAWA DAN RENTETAN BENCANA DI NUSANTARA

BUMI JAWA MENYIMPAN DUA DIMENSI KEHIDUPAN BERBEDA, TERUTAMA DARI SISI PEMERINTAHAN, YAKNI DIMENSI FISIK DAN METAFISIK. KARENA ITULAH, SIAPAPUN YANG MENJADI PEMIMPIN DI JAWA (BACA JUGA: INDONESIA) DIA HARUS BISA MENGHARGAI KEBERADAAN TATANAN PEMERINTAHAN YANG ADA DI DUNIA GAIB…

 

DALAM sebuah sumber kuno disebutkan bahwa pulau Jawa dan Sumatera dulunya menyatu. Setelah terjadi berbagai kegiatan vulkanologi dalam perut bumi, kedua pulau ini akhirnya berpisah, bahkan terpecah-pecah menjadi pulau-pulau kecil lainnya.

 

Jauh sebelum adanya kegiatan vulkanologi yang telah memisahkan pula Jawa dan Sumatera, syahdan kepulauan Jawa Kuno itu dulu memang serupa dengan remah-remah.

 

Pulau berupa daratan kecil-kecil itu dipisahkan oleh berbagai selat dan lautan, dan pada masa itu hampir-hampir tidak berpenghuni.

 

Kisah dipersatukannya seluruh pulau-pulau tersebut, dapat terjadi sebagai akibat dari kesaktian yang dimiliki oleh seorang Brahmana Agung bernama Shang Hyang Dewa atau Shang Hyang Nurasa. Konon, dengan kesaktiannya, pulau-pulau kecil itu ditarik satu persatu menjadi pulau besar yang kemudian dinamakan Jawa Dwipa.

 

Semasa pulau ini belum terjamah oleh manusia, para siluman dari bangsa seleman dan togog telah lebih dulu mendudukinya, bahkan hingga ribuan tahun lamanya. Di masa ini pulau Jawa disebut dengan nama Mokso Seleman atau Zaman Para Lelembut.

 

Alkisah, setelah Shang Hyang Nurasa menyatukan serpihan pulau-pulau kecil tadi hingga membentuk sebuah pulau besar, dan setelah para keturunannya menduduki bumi Jawa, maka kemudian pulau itu disebut juga dengan nama Bumi Penguripan yang berarti “bumi yang dihidupkan”.

 

Shang Hyang Nurasa akhirnya mokswa di puncak Gunung Tidar. Peristiwa ini terjadi setelah dia berhasil menyatukan berbagai bangsa lelembut untuk menuju jalan perdamaian dan kebenaran.

 

Dari keturunan Shang Hyang Nurasa terlahir pula para Shang Hyang Agung. Mereka antara lain bernama Shang Hyang Citra Suma, Shang Hyang Dinata Dewa, dan Shanghyang Panca Dria. Dari para keturunan Shang Hyang Nurasa inilah akhirnya tercipta sebuah rintisan berupa titisan atau wasilah turun-temurun, yang kemudian menjadi para raja agung, khususnya yang bertahta di pulau Jawa.

 

Disebutkan, pada sekitar abad ke 12, pulau Jawa berada dalam pengaruh tiga aliran yang berbeda, yaitu dengan adanya ajaran Hindu, Mokso Jawi dan Islam. Akhir dari ketiga aliran tersebut nantinya menjadi suatu perlambang dari perwatakan penduduk pulau Jawa hingga sekarang ini. Konon, perpaduan ketiga ajaran ini hanya ada di pulau Jawa.

 

Syahdan, Shang Hyang Nurasa menurunkan ilmu-ilmu yang disebut sebagai Mokso Jawi itu kepada Nabiyullah Khidir AS. Lalu, di zaman Wali Songo, ilmu-ilmu tersebut dipegang dan menjadi lambang dari sifat kependudukan masyarakat Jawa, yang dilestarikan oleh tiga tokoh Waliyullah, yaitu Sunan Kalijaga, Mbah Cakra Buana dan Khanjeng Syekh Siti Jenar.

 

Mokso Jawi sendiri adalah rangkaian ilmu yang pada intinya mengupas tentang kedigdayaan yang bersumber dari para raja lelembut. Simbol dari ajaran ilmu ini kemudian digambarkan sebagai bentuk keris.

 

Keris menjadi suatu perlambang dari ajaran orang Jawa, yang bermula dari seorang Empu bernama Ki Supo Mandragini. Dia disebutkan sebagai salah satu santri Khanjeng Sunan Ampel Denta yang diberi tugas untuk membuat sebilah senjata berupa keris.

 

Namun rupanya, pemahaman dari sang guru dan murid ini saling berseberangan. Di sisi lain Sunan Ampel menginginkan sebuah pusaka berupa sebilah pedang sebagai perlambang dari makna Islam, namun karena ketidaktahuannya Ki Supo Mandragini akhirnya

 

membuat sebilah keris berluk sembilan.

 

Keris tersebut menjadi penengah antara ajaran Islam dan Hindu bagi orang Jawa, dengan sebutan Islam Kejawen. Keris maha karya dari Ki Supo tersebut diberi nama Kyai Sengkelat.

 

Dari kedua aliran di atas, sesungguhnya Islam telah ada di pulau Jawa sejak abad ke 9. Ajaran ini dibawa dari kota Misri oleh seorang Waliyullah Kamil bernama Syekh Sanusi dan muridnya bernama Muhammaad Al Bakhry. Namun, ajaran Islam di pulau Jawa baru masyhur pada abad 13 dan 14, yakni pada zamannya para Wali Songo.

 

Pembedaran lain dari keunikan yang terdapat di pulau Jawa pada masa silam disebutkan bahwa, 300 tahun sebelum Wali Songo muncul di pulau Jawa, para Shang Hyang maupun bangsa lelembut seleman telah mengetahui lewat sasmita gaib yang mereka terima. Sasmita tersebut menyebutkan bahwa sebentar lagi pulau Jawa akan dibanjiri para pemimpin makhluk dari berbagai negara. Mereka dari seluruh alam berkumpul, mengadakan perhelatan besar di puncak Gunung Ciremai. Pada masa itu mereka mufakat untuk mengabdi dan membantu, apabila para Waliyullah telah menduduki pulau Jawa di kelak kemudian hari.

 

, Ngmun tentunya tidak semua dari mereka, bangsa lelembut seleman, itu setuju. Akibatnya, terjadilah perpecahan dari dua kubu yang berseberang jalan, yang kemudian peristiwa ini dinamakan Getas Kinatas (terpecahnya satu keluarga atau satu keturunan), sebab mereka sejatinya adalah para keturunan dari Shang Hyang Nurasa.

 

Akibat peristiwa Getas Kinatas itu, adalah Shang Hyang Rowis Renggo Jenggala yang kemudian menurunkan beberapa keturunan Saktineng Paku Jawa (orang-orang sakti yang menjadi penguasa pulau Jawa). Mereka di antaranya, adalah:

 

– Arya Bengah yang menurunkan para putera Majapahit dan keturunannya sampai putera Mataram.

 

– Ciung Wanara yang menurunkan Lutung Kasarung hingga sampai ke silsilah Prabu Agung Galuh atau yang dikenal dengan nama Prabu Munding Wangi atau Prabu Siliwangi.

 

– Nyi Mas Ratu Ayu Maharaja Sakti yang menurunkan beberapa keturunan di berbagai alam, diantaranya, adalah: Ratu Palaga Inggris,

 

seorang puteri cantik dari bangsa manusia, yang akhirnya dikawin oleh Prabu Siliwangi.

 

– Kerta Jasa Maharaja Sakti.

 

– Sang Kowelan, salah satu anak dari Ratu Palaga Inggris yang berjenis bangsa lelembut. Dari tokoh inilah lahir Prabu Ucuk Umun dan Ratu Kidul.

 

– Syekh Sanusi menurunkan ratusan Waliyullah kondang, diantaranya: Para Wali di Irak, Yaman, Mesir, Turki, dan para Wali di Jawa.

 

Untuk yang berseberangan pada peristiwa Getas Kinatas, sebagian dari mereka memilih ngahyang (raib) dan tak pernah muncul lagi di permukaan bumi. Namun sebagian lagi mereka mengabdi dengan cara menjaga semua alam di pulau Jawa. Diantara yang mengabdi secara gaib tersebut, adalah:

 

– Sih Pohaci yang menjaga awan dan langit pulau Jawa.

 

– Sih Parjampi yang menjaga bumi dan bertempat pada lapisan bumi nomor dua.

 

– Sang Sontog yang menjaga semua gunung di pulau jawa.

 

– Sang Waluhun yang menjaga pantai utara dan selatan.

 

– Sih Walakat yang menjaga seluruh hutan dan pepohonan.

 

– Sangkala Brahma yang menjaga bumi Cirebon.

 

– Sangkala Wisesa yang menjaga bumi Mataram.

 

– Janggala Putih yang menjaga bumi Bogor.

 

– Sang Lenggang Lumenggang Gajah yang nenjaga bumi Jakarta.

 

– Sang Seda Hening yang menjaga bumi Banten.

 

Dalam dimensi gaib, pengguron atau erguruan purwa para Wali Jawa hingga kini rasih ada dan tetap berdiri, diantaranya adalah:

 

– Perguruan, penatas angin Pekalongan.

 

– Perguruan Agung Waliyullah Ki Bagus anto, Pekalongan.

 

– Perguruan Pandarang, Semarang.

 

– Perguruan Jambu Karang, Purwokerto.

 

– Perguruan Daon Lumbung Cilacap, dan lan bagainya.

 

Dalam pemahaman kaum mistikus, bangsa: ngsa gaib itu hingga kini tetap hidup n berkembang seperti layaknya manusia Jawa. Mereka membentuk suatu tatanan pemerintahan sendiri. Dan yang paling penting mereka masih memegang teguh janji untuk membantu dan mengawasi semua keturunan Shang Hyang Nurasa, baik yang hidup dalam dimensi gaib maupun nyata (manusia). Ketiga terjadi ketimpangan, maka bisa saja mereka berbuat sesuatu untuk sekedar pepeling atau mengingatkan…

 

DENGAN MENYIMAK rintisan kisah Purwa Jawa seperti yang Penulis uraikan di atas, maka amat jelas bahwa bumi Jawa memiliki watak yang amat khas. Bahkan, seorang Sarjana Teologi Belanda, CW. Leadbater menyebut pulau Jawa sebagai bumi yang penuh dengan kegaiban, seperti terungkap dalam karyanya yang berjudul “Sejarah Gaib Pulau Jawa” (The Occult History of Java).

 

Leadbater menyebutkan bahwa pulau Jawa di zaman dahulu kala menjadi tempat pelarian para penduduk Atlantis, setelah negara tersebut dihancurkan Tuhan akibat dosa-dosa para penguasa dan penduduknya. Untuk menguasai pulau Jawa, bangsa Atlantis harus terlebih dahulu berperang dengan bangsa lelembut Jin) yang sudah lebih dulu menguasai pulau ini

 

Meski berbeda versi, tapi keterangan Leadbater tersebut nyaris bersesuaian dengan kisah Purwa Jawa seperti yang dipaparkan di atas. Barangkali, arah sudut pandangnya saja yana sedikit berbeda.

 

Karena bumi Jawa menyimpan dua dimensi kehidupan berbeda, terutama dari sisi pemerintahan, yakni dimensi fisik dan metafisik, maka siapapun yang menjadi pemimpin di Jawa (Baca juga: Indonesia) dia harus bisa menghargai keberadaan tatanan pemerintahan yang ada di dunia gaib tersebu Dalam kajian ini, aspek yang salah satunya membuat Soeharto bisa berkuasa secara langgeng dalam jabatannya sebagai presiden, adalah karena penghargaannya yang teramat besar terhadap eksistensi para gaib itu. Sinkretisme yang dipraktekkan oleh Soeharto sesungguhnya lebih diarahkan sebagai bentuk penghormatan terhadap eksistensi sebuah tatanan kehidupan gaib, dengan para pemimpin di dalamnya. Bagi seorang Jawa tulen seperti Soeharto, dirinya pasti amat paham dengan keberadaan para gaib itu, yang memang sungguh-sungguh ada.

 

Kita semua tahu, saat ini Indonesia dilanda berbagai macam bencana. Ini menjadi bukti ketidakharmonisan antara penguasa di dunia fisik dan para penguasa di dunia metafisik. Berbagai bencana yang terjadi, sesungguhnya bukanlah karena hukuman Tuhan atau murka alam akibat kesalahan manusia, tapi lebih kepada ketidaksenangan para penguasa gaib terhadap tingkah polah para pemimpin alam fisik yang telah meremehkan, bahkan melupakan keberadaan mereka.

 

Apakah analisa ini ngawur dan mengadaada? Terserah kepada Anda menilainya. Yang pasti, bangsa gaib dan para pemimpin yang ada di sana sama juga makhluk Allah yang diberikan hak untuk merasa tidak puas dan memberikan teguran dengan cara mereka. Sayangnya, kita semua telah terbingkai dalam apa yang disebut sebagai “orang-orang yang berpola pikir ilmiah.” Segala hal dan perkara harus senantiasa dibuktikan secara sayentifik. Padahal, persoalan gaib harus diselesaikan dengan cara gaib pula. Dan, apa yang gaib itu sesungguhnya tidak selamanya tidak sayen dan ilmiah. Masalahnya, belum ada dalil-dalil dan teknologi yang bisa menjabarkannya. Bukankah di awal abad peradaban umat manusia berpikir untuk bisa terbang di angkasa merupakan hal yang dianggap tidak sayentifik? Tapi sekarang apa yang terjadi? Bahkan, manusia sudah mampu mendarat di permukaan Mars. Jadi, mulailah berpikir untuk tidak meninggalkan yang gaib karena dianggap tidak sayentifik atau tidak ilmiah. Sekedar informasi, negara adidaya seperti Amerika dan Rusia telah sejak lama mengembangkan apa yang disebut sebagai Bionuklir. Ini hampir mirip dengan santet, trawangan, dan telepati, yang selama ini selalu dicemooh oleh mereka yang merasa berpola pikir ilmiah. Berpijaklah pada budaya nenek moyang yang agung, sebab bangsa yang besar adalah bangsa yang tak melupakan budayanya Tirutah bangsa Jepang, Cina dan India. Kendati modernitas melanda seluruh sektor kehidupan tapi mereka tak pernah melupakan budaya leluhurnya. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Panggonan Wingit: MISTIS DI LUBANG BUAYA

Kyai Pamungkas

Kisah Kyai Pamungkas: KEGANASAN PALASIK KUDUANG

Kyai Pamungkas

Kisah Mistis: SUAMI JIN BU VITA

Kyai Pamungkas
error: Content is protected !!