Kisah Kyai Pamungkas: BERBURU HARTA GAIB DI ROKAN HULU, RIAU
TIGA BUAH PETI KUNO TERHAMPAR DI HADAPAN MATA KAMI. ISINYA BERUPA LANTAKAN PERHIASAN EMAS YANG SULIT DINILAI BERAPA HARGANYA. SANG GAIB PENUNGGU HARTA MENGHENDAKI KAMI MENJADI SUAMI MEREKA, SEBAGAI PENEBUS HARTA TERSEBUT. APA YANG KEMUDIAN TERJADI…?
Kali ini seorang teman yang tinggal di lintas Riau, tepatnya di tengah-tengah perkebunan kelapa sawit Kec. Rojan Hilir, Kota Bagan Batu, Sumatera Utara, meminta bantuan dalam hal penarikan harta karun. Sang teman menyebutkan, keberadaan lokasi harta karun itu tidak terlalu jauh dengan pemukiman warga. Tepatnya di sebuah jembatan tua yang dikenal warga setempat dengan nama Jembatan Bulu Cina. Yang menarik, konon dulunya lokasi jembatan tersebut adalah bekas sebuah pelabuhan dagang. Tepatnya di masa penjajahan Belanda. Warga setempat juga meyakini adanya timbunan harta karun peninggalan dari jaman penjajahan Belanda di lokasi ini.
Setelah mengumpulkan keterangan warga sekitar, diperkuat lagi oleh Pak Thamrin seorang paranormal setempat yang tinggal tidak jauh dari Kota Bagan Batu, atau yang lebih dikenal dengan sapaan Pak Marsobe, memang keberadaan harta karun itu bukannya cerita isapan jempol semata.
Setelah mengumpulkan berbagai informasi, penulis dengan dibantu sejumlah teman mulai menyusun strategi untuk melakukan pekerjaan yang termasuk nyeleneh dan muskil tersebut.
Tidaklah mudah untuk menemukan lokasi yang disebutkan oleh sejumlah sumber sebagai areal kuburan harta karun itu. Ini terbukti ketika kami hunting untuk melihat lokasi perburuan, setelah dua jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor untuk sampai di lokasi, kami masih harus mengadakan penyisiran.
Malam itu, tepat pukul 23.30, kami baru menemukan lokasi dimaksud. Tidak banyak persiapan yang kami bawa sebab memang tujuan kami kali ini hanya untuk sekadar melakukan pendeteksian seputar benar tidaknya keberadaan harta karun di lokasi tersebut.
Benar yang dikatakan Pak Marsobe, makhluk-makhluk penunggu lokasi tersebut sangatlah banyak dan amat sulit untuk bisa diajak berkomunikasi.
Malam itu kami beranggotakan 5 orang, dan di antaranya adalah Pak Marsobe sendiri.
Saat malam kian larut, udara pun semakin dingin. Hal ini menambah suasana di sekitar lokasi semakin mencekam. Namun kondisi ini tidaklah menyurutkan semangat kami untuk melakukan pendeteksian.
Seperti biasa, kami terlebih dahulu melakukan doa-doa dan tawasul, mohon perlindungan kepada Allah SWT, para Nabi beserta para wali Allah, agar terhindar dari gangguan dan tipu daya para gaib penghuni lokasi.
Di dalam suasana khusyuk, tiba-tiba salah seorang anggota kami ada yang mengalami ketakutan yang amat sangat. Badannya menggigil, seperti orang kedinginan. Apa yang terjadi?
Rupanya, anggota yang satu ini memang memiliki bakat untuk mampu melihat sesuatu yang gaib. Rupa dia melihat beragam jenis makhluk halus, yang jumlahnya sangatlah banyak.
Pemandangan tersebut juga disaksikan penulis dan anggota lainnya dalam kontemplasi. Terbukti, semakin lama kami memasuki alam mereka, jumlah mereka semakin bertambah banyak.
Pada saat itu, kami mengalami sedikit keraguan. Apakah mungkin kami mampu menghadapi makhluk gaib dengan jumlah yang begitu banyak? Dan terus terang, ini merupakan kasus pertama yang kami alami. Melihat koloni makhluk halus dengan jumlah banyak.
Di tengah kebingungan yang berkecamuk, tiba-tiba di tenga kerumunan makhluk gaib itu, muncul sinar putih yang sangat berkilau. Sinar itu melesat, lalu jatuh menghujam di kerumunan makhluk-makhluk halus terjadi. Makhluk-makhluk itu berlarian pontang-panting.
Selang beberapa saat kemudian, melihat cahaya tersebut berubah menjadi wujud guru kami. Dan tidak lama kemudian cahaya tersebut hilang, disusul dengan dua sosok wanita cantik yang menggunakan kebaya bermotif batik. Bau aroma pun langsung menusuk hidung.
Penulis dan salah seorang anggota yang memang berasal dari pergurua sama, memang sudah terbiasa deng adanya gelagat kurang baik dalam perburuan benda gaib. Dengan hadirnya dua sosok gaib di hadapan kami, mengisyaratkan kepada anggota yang lain untuk menghindar dari lokasi meninggalkan penulis.
Setelah kami merasa kondisi anggota menghadapi sedikit kekerasan. Satu syair kalimat siluman dan jin kami baca. Usaha ini ternyata hasil. Kedua makhluk itu menghardik meminta kami membaca lagi ayat tersebut.
“Kenapa kalian tidak membalas salam kami?” Tanya penulis.
“Kami bukan dari kaum kalian, apa kalian jauh-jauh ke kediaman kaum kami?” Jawab salah satu dengan menatap tajam.
“Sebagian harta adalah hak sebagian warga, kami berniat untuk membagikannya kepada mereka yang berhak.”
Selanjutnya mereka mengambil sesuatu dari dalam tanah. Ternyata benar, sesuatu yang mereka ambil dari dalam tanah tersebut adalah sejumlah perhiasan kalung dan gelang. Sambil terus menatap tajam, salah satu sosok wanita gaib itu mengulurkan tangannya kepada kami sambil berucap: “Terimalah barang ini terlebih dahulu, dan pertimbangkan keinginan kami berdua.”
Setelah penulis menerima benda tersebut, belum sempat bertanya lebih banyak lagi, perlahan-lahan dua sosok wanita gaib tersebut menghilang dari hadapan kami. Tidak sempat lagi kami bertanya, kira kira apa gerangan yang menjadi keinginan mereka.
Setelah kejadian itu, agak lama kami berdua terdiam untuk mengingat-ingat kembali apa yang mereka ucapkan, dan apakah ada di antara kami yang terlupa mengenai permintaan mereka.
Setelah itu kami berdua kembali bergabung dengan anggota yang lain. Kami pun menceritakan semua hasil pembicaraan yang sempat kami lakukan dengan kedua makhluk penunggu Jembatan Bulu Cina. Dan ditambah lagi dengan pembicaraan beberapa buah perhiasan emas yang pada saat itu sudah ada di tangan kami berdua.
Pukul 03.00 dinihari, kami tiba kembali di rumah sang teman pemberi informasi. Setelah selesai menjalankan shalat malam, penulis berniat untuk merebahkan badan. Tiba-tiba penulis menangkap sinyal kontak gaib dari sang guru. Segera penulis melakukan posisi tafakur untuk menyatukan batin dengan guru yang berada di Ujung Kulon, Banten.
Dari hasil kontak batin yang penulis terima, sang guru menyarankan untuk segera meninggalkan Kota Riau saat itu juga. Dan tanpa tahu lagi apa alasannya sehingga kami harus meninggalkan pekerjaan yang baru saja kami kerjakan. Malam itu juga penulis dan sang teman seperguruan segera berpamitan pada anggota tim yang lain. Mereka tentu saja tak habis pikir dan bingung dengan apa yang kami putuskan. Tetapi mereka pasti akan mengerti bahwa apa yang kami kerjakan adalah suatu hal yang menyangkut pekerjaan yang di luar kuasa lahiriah, dan semua berlangsung secara batiniah dan gaib.
Di pagi buta itu, kami berdua beranjak meninggalkan Kota Riau, persisnya di Bagan Batu, untuk segera menuju bandar udara di Pekanbaru. Kami langsung membeli tiket penerbangan menuju Jakarta.
Ringkasnya, kami akhirnya tiba kembali di tempat guru mengasingkan diri. Tepatnya di daerah Ujung Kulon, Banten. Setibanya di sana, kami langsung disambut oleh sang guru dengan raut muka yang sedikit berbeda dari biasanya. Tidak banyak yang dia ucapakan kepada kami.
Di tengah kebingungan melihat perubahan sikap sang guru terhadap kami berdua, sang guru lalu mengarahkan kami menuju suatu tempat berupa goa di lereng bukit. Goa ini biasa dipergunakan oleh guru kami untuk nhenyepi ke hadapan Gusti Pangeran, Allah SWT.
Di dalam goa, kami berhadapan dengan tiga buah peti yang berukuran sekitar 50 Cm persegi yang terbuat dari logam seperti kuningan dan sudah usang serta berkarat. Dan jarak kami sekitar tiga meter dari posisi ketiga buah peti tersebut tergeletak.
Sambil duduk bersila, kami bertiga menghadapi ketiga peti tersebut. Dan di tengah keheningan suasana, sang guru memberikan isyarat kepada kami sambil berkata, “Coba kalian berdua membuka mata batin kalian. Dan lihatlah apa yang sedang kalian hadapi?”
Kami berdua sempat terperanjat melihat keberadaan ketiga peti tersebut, sebab di atasnya ada tiga anak kecil yang masing-masing duduk di atas satu peti tersebut. Dan yang membuat kami lebih heran lagi, ternyata ketiga anak kecil tersebut adalah anak-anak manusia. Mereka adalah anak teman seperguruan penulis, satu lagi anak dari paranormal Negeri Lama Pak Marsobe, dan satu lagi anak penulis sendiri sendiri. Ada apa ini? Apa yang terjadi? Selang beberapa saat, anak-anak itu menghilang dari pandangan kami, dan kembali kami melihat hadirnya dua sosok wanita gaib yang sempat kami temui di lokasi harta karun yang ada di Jembatan Bulu Cina. Kedua sosok gaib tersebut sangat ketakutan ketika guru kami mencoba mendekati mereka.
Tidak jelas apa yang guru ucapkan kepada mereka. Namun yang kami tahu, kedua sosok gaib tersebut membuka masing-masing peti tersebut dan memperlihatkan isinya kepada kami.
Ternyata, peti tersebut kesemuanya berisikan perhiasan emas yang tidak terhitung lagi jumlah dan ragamnya. Dengan sedikit tersenyum, sang guru memandang kami berdua. Tidak lama kemudian, tangan sang Guru seperti mengisyaratkan agar kedua sosok perempuan gaib tersebut untuk segera pergi.
Tak lagi kemudian, kedua sosok gaib tersebut sambil memandang kami berdua dengan sorot penuh amarah, perlahan menghilang dari pandangan. Bersamaan dengan itu ketiga peti harta juga menghilang dari hadapan kami bertiga. Apa yang terjadi?
Sang guru kami pun memberi penjelasan…
Dengan gambaran ketiga anak-anak tadi, para gaib yang ternyata jelmaan dari siluman buaya putih penghuni sungai mati Bulu Cina sesungguhnya menginginkan agar ketiga anak itu dijadikan tumbalnya.
“Mereka memberi dua pilihan. Pertama menumbalkan anak kalian, dan yang kedua kalian harus bersedia dijadikan suami-suami sosok siluman tersebut. Asal kalian tahu, ketiga peti yang berisikan perhiasan tadi merupakan bukti pinangan mereka terhadap kalian,” jelas sang guru.
Pilihan terakhir itulah yang membuat guru kami pada saat itu memandang kami dengan sedikit senyuman. Kedua syarat tersebut tidak ada yang kami sepakati.
Kesimpulan yang kami peroleh dari keterangan dari guru kami ternyata sosok siluman buaya putih tersebut ternyata tidak rela melepaskan kami begitu saja. Untuk itulah, kami berdua tidak diperkenankan keluar dari goa tempat bersemedi selama tiga hari tiga malam, sambil menjalankan puasa dan zikir tertentu untuk memohon ampunan dan taubat kepada Allah SWT.
Setelah tiga hari, kami baru ke luar dari goa. Dibimbing sang guru kami melangkah meninggalkan goa, karena kondisi tubuh kami waktu itu memang sudah sangat lemah dikarenakan selama tiga hari puasa dengan setiap sahur dan bukanya hanya menelan air putih mentah dan makan pucuk-pucuk daun. muda yang ada di sekitar goa tersebut.
Begitulah kisah ini penulis tulis dengan tidak mengurangi rasa hormat kami kepada guru tercinta. Semoga kita semua dilindungi oleh Altah SWT dari tipu daya setan dan iblis yang akan menjerumuskan kita ke lembah kenistiaan dan kemurtadan. Aamiin ya robbal alamiiin… Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)