Sehat Fisik, Mental & Seksual

Psikologi: KENDALIKAN MARAHMU, MAKA SURGA UNTUKMU

Psikologi: KENDALIKAN MARAHMU, MAKA SURGA UNTUKMU

“(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali Imran: 134).

 

Bismillahirrahmanirrahim

 

Suatu hari, datang seorang laki-laki menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata: “Aushinii …” yang artinya berilah wasiat kepadaku.

 

For your information, kata “wasiat” dalam bahasa Arab bukan berarti selalu wasiat yang artinya pesanpesan atau peninggalan harta dari orang mau meninggal lho ya. Tapi maksud wasiat dalam hal ini adalah pesan penting yang berbentuk nasihat untuk orang lain. Singkatya, laki-laki ini datang kepada Rasulullah untuk minta nasihat dari beliau.

 

Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memberikan pesan: “Janganlah kamu marah!”. Lakilaki itu merasa nasihat yang diberikan kepadanya terlalu singkat, maka dari itu ia mengulangi permintaannya. Rasulullah pun memberikan pesan yang sama. Untuk ketiga kalinya laki-laki itu mengulang permintaannya dan lagi-lagi Rasulullah memberikan pesan yang sama.

 

Pengulangan pesan Rasulullah ini menyiratkan sebuah penegasan bahwa apa yang beliau sampaikan itu sangat penting. Banyak orang yang menyangka bahwa orang kuat itu adalah orang yang jago berkelahi, bisa mengalahkan dan menjatuhkan lawannya di arena pertandingan gulat. Namun justru kata Rasulullah, orang yang kuat itu sebenarnya adalah orang yang mampu menahan dirinya ketika dalam keadaan marah.

 

Dalam sebuah hadits, Rasulullah pernah bersabda, “Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati manusia. Tidaklah engkau melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat darah di lehernya? Maka barangsiapa yang mendapatkan hal itu, maka hendaklah ia menempelkan pipinya dengan tanah (sujud).” (HR. Tirmidzi).

 

Dalam kondisi marah, tubuh mengalami lonjakan adrenalin, yang meningkatkan denyut jantung, tekanan darah, dan aliran darah ke otot. Akibatnya membuat otot-otot menegang, terutama di leher, rahang, dan bahu. Selain itu peningkatan aliran darah bisa menyebabkan wajah memerah atau tubuh berkeringat.

 

Marah itu berasal dari setan. Karena setan terbuat dari api, maka padamkan api kemarahan yang ada dalam diri kita dengan berlindung kepada Allah dengan membaca ta’awudz, audzubillahi minasyaithanir rajiim. Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.

 

Kemudian ubah posisi tubuh agar lebih rendah dari sebelumnya. Jika kita marah dalam keadaan berdiri, maka segeralah duduk. Saat dalam kondisi duduk rasa amarah juga masih ada, maka ambil posisi berbaring.

 

Cara lain jika dalam posisi berbaring masih juga tidak berkurang, cobalah untuk mengambil air wudhu kemudian lakukan shalat sunnah dua raka’at. Dengan melakukan hal ini, maka rasa amarah yang ada dalam diri akan lebih cepat mereda.

 

Jangan luapkan amarah, karena seringkali hal tersebut malah semakin memperkeruh keadaan. Amarah yang diluapkan seringkali membuat seseorang mengeluarkan kata-kata kotor, kasar, cacimaki dan perkataan negatif lainnya. Dan pada akhirnya hanya akan menyisakan penyesalan. Maka dari itu sebaiknya kita diam di saat marah.

 

Amarah juga acapkali menular. Lihat saja ketika ada orang yang marah, maka orang-orang yang ada di sekitarnya pun jadi suka kepancing untuk marah juga. Hal ini mungkin yang disebut dalam ilmu psikologi dengan istilah Emotional Contagion (penularan emosi).

 

Nasihat Rasulullah agar kita mampu mengendalikan diri dengan tidak marah saat memang ingin marah, mungkin dianggap nasihat yang biasa saja. Akan tetapi hakikatnya nasihat singkat inilah yang bisa kita jadikan panduan agar kita mendapatkan surganya Allah subhanahu wa ta’ala.

 

Dalam hadits lainnya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah berpesan kepada sahabatnya, “Janganlah kamu marah, maka kamu akan masuk surga.”

 

Ternyata menahan amarah punya reward yang luar biasa, yaitu surga. Pengendalian emosi memang erat kaitannya dengan kesabaran. Itu karena orang yang mudah tersulut emosinya memiliki kesabaran yang tak seberapa. Dan sebaliknya, orang yang sabarnya luar biasa, maka akan lebih mudah menguasai dirinya ketika dalam kondisi marah.

 

Ternyata adakalanya marah memang diperlukan dan syariat Islam memperbolehkannya dalam kondisikondisi tertentu. Misalkan saja saat membela kehormatan diri dan umat, marah ketika ada yang menyerang agama Allah dan mempertahankan harta benda yang diambil secara zalim dan paksa.

 

Pernah suatu ketika, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berhasil meringkus musuhnya dan siap menghabisi nyawa orang tersebut. Tiba-tiba beliau diludahi oleh orang itu. Diperlakukan seperti ini, justru membuat Ali bin Abi Thalib mengurungkan apa yang hendak ia lakukan sebelumnya. Ditinggalkannya musuh tersebut begitu saja.

 

Lalu orang itu yang keheranan dengan sikap Ali bin Abi Thalib pun bertanya akan alasan mengapa dirinya tak jadi untuk dihabisi. Ternyata itu dilakukan beliau karena khawatir jika ia menghabisi lawan bukan karena Allah, tapi karena marah akibat diludahi. Maa syaa Allah banget kan pengendalian emosinya Ali bin Abi Thalib ini. Meski sedang berada dalam peperangan, beliau mampu meluruskan niatnya dan menjaga amarahnya.

 

Ditinjau dari segi kesehatan, orang yang sering marah-marah sangat rentan untuk terkena risiko penyakit jantung. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam European Heart Journal pada tahun 2015, mengungkapkan bahwa serangan jantung meningkat hingga lima kali lipat dalam dua jam setelah ledakan kemarahan.

 

Dalam studi-studi lainnya, kemarahan ini memiliki efek ke sistem kekebalan tubuh, pencernaan, bahkan hingga ke kesehatan mental. Orang yang dalam keadaan marah membuat kekebalan tubuhnya menjadi lemah. Akibatnya, dia akan lebih mudah terkena penyakit. Lalu secara psikologis, dia akan rentan terhadap depresi dan masalah kecemasan.

 

Seringkali penyebab munculnya amarah dalam diri berasal dari orang-orang yang berada di sekeliling kita. Entah itu dari anak, orang tua, saudara, teman, ataupun tetangga. Agar komunikasi bisa tetap berjalan baik meski dalam kondisi marah ketika menghadapi orang-orang yang menjadi sumber kekesalan kita, ada beberapa tips yang bisa kita lakukan. Dan tentu saja tips ini perlu dilatih agar semakin baik dari waktu ke waktu. Di antaranya adalah:

 

1. Menggunakan subjek “saya/aku” saat memberikan pernyataan, bukan subjek “kamu”.

 

Selama ini mungkin sebagian besar dari kita lebih terbiasa untuk menggunakan subjek “kamu” saat menumpahkan amarah kepada orang yang telah membuat diri kita merasa kesal. Seperti: Kamu tuh bisa gak sih datengnya gak telat? Dari pada telat kayak gini, mendingan gak usah dateng aja sekalian!

 

Pilihan subjek “kamu” saat berbicara ketika marah, akan membuat orang yang bersangkutan kemungkinan besar akan tersakiti hatinya. Kita bisa mengubahnya menjadi: Aku gak suka kalo kamu datengnya terlambat kayak gini.

 

Dengan mengganti subjeknya menjadi “aku”, maka orang yang bersangkutan gak akan terlalu ngerasa diserang dan sikap defensifnya bakalan berkurang jika dibanding dengan pernyataan pertama.

 

2. Menghindari pernyataan yang menggeneralisasi

 

Hindari kata-kata seperti “selalu” atau “tidak pernah”. Seringkali orang yang marah akan mengaitkan satu kesalahan saat ini dengan kesalahankesalahan yang dulu pernah dilakukan. Misalkan: Kamu tuh selalu aja datengnya telat!

 

Kata “selalu” pada pernyataan tadi memberikan label kepada orang yang bersangkutan bahwa orang itu selalu terlambat untuk menghadiri acara apa pun, padahal belum tentu faktanya demikian. Bisa jadi dia memang sering terlambat, namun bukan berarti selalu terlambat. Kita bisa mengubah pernyataan tadi dengan: Aku kecewa kamu terlambat hari ini, padahal acara ini penting banget.

 

3. Tetap tenang saat berbicara

 

Meski dalam kondisi marah, usahakan untuk berbicara dengan tenang. Atur volume dan tinggi nadanya agar tidak tetap di level rendah. Menggunakan nada tinggi sambil teriak-teriak malah akan memancing kemarahan dari lawan bicara kita. Justru dengan tetap tenang malah memberikan efek yang elegan dan lebih kuat pengaruhnya kepada orang yang kita ajak bicara. Demi mendukung hal ini, kita bisa terlebih dulu mengatur napas dan memastikan napas kita kembali teratur di saat marah.

 

“Jangan kamu marah, maka kamu akan masuk Surga.” (HR. Ath Thabrani). Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Psikologi: STOP GHIBAH

Kyai Pamungkas

Psikologi: RIBA MEMBUATMU TERSIKSA

Kyai Pamungkas

Psikologi: BELAJAR IKHLAS

Kyai Pamungkas
error: Content is protected !!