Sehat Fisik, Mental & Seksual

Psikologi: BELAJAR IKHLAS

Psikologi: BELAJAR IKHLAS

“Kecuali orang-orang yang bertobat dan memperbaiki diri dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan dengan tulus ikhlas (menjalankan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu bersamasama orang-orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan pahala yang besar kepada orang-orang yang beriman. (QS. An Nisaa: 146).

 

Bismillahirrahmanirrahim

 

Kok susah banget sih buat ikhlas? Ikhlas menerima keadaan hidup yang jauh dari kata nyaman. Ikhlas sama orang yang udah nyakitin dengan memaafkan. Ikhlasjalanin cobaan meski harus sendirian. Ikhlas beramal shalih tanpa mengharapkan balasan dan pujian.

 

Ya, ikhlas itu emang ilmu tingkat tinggi yang sulit bisa dimiliki, kecuali hamba-hamba Allah yang telah diberi pemahaman tentangnya. Kita bisa saja dengan mudahnya ngomong ikhlas di mulut, tapi di hati terkadang lain lagi. Ngerasa gak sih?

 

Untuk mencapai titik ikhlas tuh beneran gak gampang. Tutorial buat ikhlas aja sulit buat diformulakan. Rasa ikhlas sejatinya berasal dari hati dan hanya Allah yang mampu menilainya. Saking kerennya orang yang bisa mencapai tingkatan ikhlas ini, Allah menyatakan dalam Al Ouran bahwa dia tidak akan bisa dibujuk rayu oleh Iblis.

 

“(Iblis) berkata, ‘Demi kemuliaan-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali, hambahamba-Mu yang terpilih (karena keikhlasannya) di antara mereka.” (QS. Shad: 82-83).

 

Iblis gak bisa menggoda orang-orang yang ikhlas. Dia cuma bisa mempermainkan manusia yang kufur kepada Allah dan lemah imannya. Dengan kata lain, orang yang telah mencapai titik ikhlas tuh punya keimanan yang tinggi di sisi Allah subhanahuwa ta’ala.

 

Kita sebagai manusia gak akan mampu menyelami isi hati manusia, apakah mereka ikhlas atau tidak saat melakukan sesuatu. Hanya saja kita bisa mengenali tanda-tanda orang yang ikhlas dalam beramal. Dr. Yusuf Al Qardhawi -Allahu yarhamuhumenyebutkan beberapa ciri orang yang ikhlas:

 

1. Takut dengan Popularitas

 

Orang yang ikhlas di antara cirinya adalah takut dengan popularitas ketika beramal shalih. Ia khawatir kebaikannya diketahui orang lain dan membuat keikhlasannya menjadi rusak. Maka dari itu, sebaiknya kita beramal shalih secara sembunyi-sembunyi. Bukankah orang yang seperti ini termasuk dari tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah di hari kiamat kelak?

 

Sayangnya di zaman media sosial seperti sekarang ini, kegiatan kebaikan seringkali diumbar. Musti direkam dan dipublikasikan. Videonya pun ditonton banyak orang dan mendatangkan banjir pujian.

 

Apakah salah? Belum tentu juga. Jika ia punya niatan dengan cara seperti itu, membuat orang lain yang menonton ikut termotivasi untuk melakukan amal shalih yang serupa.

 

Tapi kalo niatnya pengen naikkin engagement, tambah-tambahin followers, makin banyak orang yang ngasih pujian, ini perlu hati-hati. Bisajadi sudah masuk kena jebakan riya, yaitu ingin dilihat kebaikannya oleh orang lain. Dan riya termasuk ke dalam kategori syirik alias menyekutukan Allah. Naudzubillah min dzalik.

 

Maka dari itu, memang sebaiknya kita menyembunyikan amal shalih kita, demi terhindar dari berbagai penyakit hati dan jebakan riya yang malah menjauhkan kita dengan Allah subhanahu wa ta’ala.

 

2. Konsisten dalam Beramal

 

Orang yang ikhlas biasanya akan konsisten dalam beramal shalih. Dia akan melakukan kebaikankebaikannya secara kontinu, berkelanjutan. Beda halnya dengan orang yang tidak ikhlas atau mengharap selain keridhaan dari Allah. Ia akan cenderung berhenti beramal shalih saat tak ada yang memuji atau mengapresiasi. Karena memang tujuannya adalah penilaian manusia, maka ketika tak ada manusia yang memberikan penilaian padanya, ia pun berhenti dari apa yang dilakukannya sebelumnya.

 

Allah paling suka dengan amalan kebaikan yang dilakukan secara kontinu, meskipun amalannya biasabiasa aja, meskipun nilai kebaikannya mungkin buat kita gak seberapa. Rasulullah shallallahu “alaihi wa sallam pernah bersabda:

 

“Amal (kebaikan) yang paling dicintai Allah adalah yang kontinu meski sedikit.” (HR. Muslim).

 

3. Memiliki Sifat Sabar

 

Ciri lain dari orang yang ikhlas itu adalah yang memiliki sifat sabar. Sabar ini sangat dibutuhkan ketika kita menghadapi situasi sulit yang tidak kita inginkan, Kesabaran dalam diri seseorang bisa tampak dari cerminan perilaku yang bisa kita lihat dalam kesehariannya.

 

Orang yang sabar akan terlihat bersikap tenang dalam situasi sulit. Mampu mengendalikan emosinya dengan baik, sehingga tidak mudah tersulut amarahnya. Pantang menyerah dengan kehidupan sesulit apa pun kondisinya. Selain itu seorang penyabar sangat terlihat kesabarannya ketika ia mudah memaafkan kesalahan orang lain terhadapnya. Orang yang memiliki kesabaran seperti inilah yang in syaa Allah bisa mencapai titik ikhlas.

 

Udah cukup panjang lebar ngomongin ikhlas, tapi sebenernya kita tahu gak sih ikhlas itu apa dan kayak gimana?

 

Ikhlas bisa kita pahami jika diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam urusan ibadah dan beramal shalih, ikhlas itu berarti hanya mengharap keridhaan dari Allah subhanahu wa ta’ala, bukan mengharapkan pujian atau balasan dari manusia.

 

Ikhlas dalam urusan menjalani kehidupan, ikhlas berarti menerima setiap ketetapan dari Allah dengan penuh lapang dada. Sabar dalam menghadapi segala cobaan dan mensyukuri setiap nikmat yang telah Allah anugerahkan.

 

Ikhlas dalam urusan hablum minannas (hubungan antara sesama manusia), ikhlas memiliki arti memaafkan kesalahan yang telah diperbuat orang lain pada kita, serta menerima kekurangan orang-orang yang ada di sekitar kita.

 

Contohnya orang yang sudah mencapai titik ikhlas memangnya siapa? Ada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang ikhlas meninggalkan tanah kelahirannya untuk hijrah ke Yatsrib (Madinah) demi menghindari berbagai tekanan dari orang-orang kafir di Mekah. Beliau harus meninggalkan harta benda, keluarga yang dicintainya demi tetap menegakkan agama Allah subhanahuwa ta’ala.

 

Beliau harus sembunyi di Gua Tsur bersama sahabatnya, Abu Bakar Ash Shiddiq, selama tiga hari di dalamnya. Menjalani situasi yang begitu sulit dan keadaan yang amat sangat berbahaya baginya. Dan masih banyak lagi contoh keikhlasan yang beliau tunjukkan dan bisa kita simak kisah beliau dalam buku Sirah Nabawiyah.

 

Kita pun pasti bisa menilai orang-orang di sekitar kita yang dengan tulus ikhlas menjalani setiap aspek kehidupannya dan menjadikan pengalaman hidup mereka sebagai pelajaran bagi diri kita. Masalahnya sekarang, gimana caranya biar kita jadi orang yang ikhlas?

 

Kita butuh latihan! Karena ikhlas ini mengamalkannya gak semudah cara mengucapkannya, maka kita butuh latihan. Ada beberapa kiat untuk mengasah keikhlasan hati kita.

 

Pertama, dengan bertanya kepada diri sebelum melakukan amalan kebaikan. Tanyakanlah kepada diri, untuk apa sebenarnya aku melakukan ini? Kenapa aku harus melakukannya? Untuk siapa sebenarnya aku melakukan amal shalih ini? Karena siapa aku melakukannya?

 

Dengan merenungi pertanyaan-pertanyaan tersebut, hati kita bisa terkondisikan untuk meluruskan niat, hanya tertuju kepada Allah. Bukan karena selain-Nya.

 

Kedua, lakukan amalan-amalan shalih yang ringan dan kita ikhlas tanpa mengharapkan apa pun dari manusia. Misalnya sedekah subuh 2000 rupiah setiap pagi. Lakukan selama beberapa hari. Jika merasa sangat enteng untuk melakukannya, coba naikkan sedikit demi sedikit nominalnya. Lakukan hal ini secara bertahap, sampai di mana sedekah dengan nominal besar, tapi gak ada rasa berat dan penyesalan meski telah mengeluarkannya.

 

Ketiga, bertolak belakang dengan apa yang disebutkan dengan tips kedua, yang ketiga ini cobalah untuk melakukan sesuatu yang besar, beramal yang bener-bener bikin hati kita bergeter. Misalnya, kita keluarkan sedekah 100 ribu yang sangat kita cintai, karena kita ngerasa nominal itu cukup gede.

 

Latihan yang ketiga ini gak perlu tiap hari. Bisa misalkan tiap pekan atau hanya satu bulan sekali. Mungkin awalnya ada rasa sayang bahkan menyesal karena sedekah dengan jumlah yang besar. Tapi jika terus-menerus dilakukan, ini akan bisa mengasah keikhlasan kita seiring berjalannya waktu.

 

Keempat, latihlah diri kita untuk memiliki sifat gana’ah, yaitu menerima setiap etetapan dan ketentuan dari Allah. Ingat bahwa tidak semua yang ada di dalam hidup kita bisa kita kontrol atau kendalikan sepenuhnya. Serahkan apa-apa yang tak bisa kita kontrol dalam hidup kepada Allah semata.

 

Kelima, latihlah hati kita untuk terhindar dari berbagai penyakit hati, seperti riya, ujub (bangga dengan diri sendiri), sombong, hasad, berprasangka buruk dan lain sebagainya. Penyakit-penyakit inilah yang bisa menghalangi kita mencapai titik keikhlasan dalam kehidupan. Wallahu a’lam bishawab.

 

“Sesungguhnya Allah tidak melihat (menilai) bentuk tubuhmu dan tidak pula menilai kebagusan wajahmu, tetapi Allah melihat (menilai) keikhlasan hatimu.” (HR. Muslim). Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Psikologi: KENAPA ALLAH MEMBUATMU JATUH?

Kyai Pamungkas

Psikologi: JANGAN JADI ORANG JAHAT

Kyai Pamungkas

Psikologi: KENDALIKAN MARAHMU, MAKA SURGA UNTUKMU

Kyai Pamungkas
error: Content is protected !!