Ngaji Sufi: AHMAD IBNU KHODHRUNYA
AHMAD IBNU KHODHRUNYA ADALAH SEORANG TERHORMAT DARI KOTA BALKHI. AHMAD MEMILIKI SERIBU ORANG MURID. DIKISAHKAN, SETIAP MURIDNYA MAMPU BERJALAN DI ATAS AIR DAN TERBANG DI UDARA…
HAMPIR sepanjang hidupnya Ahmad selalu berpakaian seperti seorang serdadu. Isterinya adalah puteri dari Gubernur kota tersebut. Fatimah, yang juga menjadi salah seorang sufi wanita.
Sebelum menikah, Fatimah mengutus seseorang untuk menghadap Ahmad dan memberikan surat yang dibuatnya. “Mintalah aku dari ayahku.” Demikian salah satu isi surat tersebut.
Tetapi Ahmad tidak menanggapinya. Karena itulah Fatimah kemudian kembali mengirim utusan untuk yang kedua kalinya. Utusan itupun memberikan surat yang dibuat Fatimah kepada Ahmad yang bertuliskan: “Ahmad, tadinya aku pikir engkau lebih jantan dari ini. Jadilah pemandu, jangan jadi penyamun!
Ahmad pun mengirim utusan untuk menemui ayah Fatimah guna meminangnya. Ayah Fatimah, demi mencari keberkahan Allah SWT, dengan ikhlas menyerahkan Fatimah kepada Ahmad. Fatimah pun memberikan salam perpisahan kepada keduniawan dan menemukan kediaman yang tenang dalam kesunyian bersama Ahmad.
Pada suatu hari, Ahmad hendak pergi mengunjungi Abu Yazib Al Bustomi, salah satu sufi yang terkenal saat itu, dan Fatimah pun menyertainya. Ketika sampai di tempat kediaman Abu Yazib, Fatimah membuka hijabnya dan berbincang-bincang dengan Abu Yazib. Ahmad terkejut melihat tingkah laku isterinya, dan hatinya diliputi oleh rasa cemburu. Lalu dalam suatu kesempatan berdua saja dia pun bertanya kepada Fatimah, “Fatimah, apa yang engkau lakukan bersama Abu Yazib?”
“Engkau akrab dengan diri lahirku, sedangkan Abu Yazib akrab dengan diri batinku, Engkau membangkitkan hasratku, sedang dia membawaku kepada Allah, jawab Fatimah.
Dikisahkan pula bahwa suatu ketika Abu Yazib bercengkerama dengan Fatimah. Hingga suatu ketika tanpa sengaja matanya memandang tangan Fatimah dan melihat kedua tangannya dipenuhi dengan pacar (heena-Pen). “Fatimah, mengapa engkau memakai pacar?” Tanya Abu Yazib. “Abu Yazib, selama ini engkau tidak pernah memandangku dan pacar yang aku pakai. Sebelum ini aku merasa tenteram bersamamu. Namun, setelah matamu memandang tanganku, terlarang bagiku untuk menemanimu, ucap Fatimah setelah itu, Fatimah pun tidak pernah menemui Abu Yazib tanpa memakai hijab. pia dan Ahmad pun berpamitan kepada Abu Yazib setelah beberapa lama berada di tempatnya, untuk melanjutkan perjalanan. Kemudian, Ahmad dan Fatimah melanjutkan perjalanan menuju kota Nisyabur.
Ketika sampai di kota tersebut, salah seorang sufi bernama Yahya Ibnu Mu’adz kebetulan juga datang. Dan Ahmad ingin mengadakan pesta untuk Yahya. Ahmad membicarakan hal itu kepada isterinya.
“Apa yang kita butuhkan untuk pesta ini?” Tanya Ahmad kepada isterinya, Fatimah.
“Ada lembu, domba dan pernik-pernik seperti lilin dan minyak mawar. Selain itu, kita membutuhkan daging keledai,” jawab Fatimah.
“Untuk apa daging keledai?” Tanya Ahmad.
“Disaat orang mulia datang untuk makan, maka, anjing-anjing di sekitarnya juga harus mendapat bagian dalam acara pesta,” jawab Fatimah.
Mengenai Fatimah, Abu Yazib mengatakan, “Jika seorang ingin melihat lelaki sejati bersembunyi dalam pakaian wanita, suruh dia melihat Fatimah.”
Suatu saat, seorang pencuri masuk ke tempat kediaman Ahmad. Pencuri itu, walau telah kesana kemari mencari barang-barang yang berharga, namun, dia tidak mendapatkan hasil apa-apa. Saat hendak meninggalkan rumah itu, si pencuri pun dipanggil oleh Ahmad,
“Wahai anak muda, ambillah ember itu dan ciduklah air dari sumur. Berwudhulah dan dirikanlah sholat. Jika aku mendapatkan Sesuatu, aku akan memberikannya kepadamu 4gar engkau tidak meninggalkan rumahku dengan tangan kosong”
Si pencuri terkejut dan ketakutan karena lak menyangka Si tuan rumah melihat seluruh aksinya, Namun, dengan rasa takut dia segera melakukan apa yang diperintahkan oleh Ahmad, hari telah terang, datang seorang dan memberikan uang itu. Seratus dinar kepada Ahmad. Setelah itu meninggalkan Ahmad, uang itu sebagai imbalan.
Ketika hari telah terang, datang seorang yang terhormat dan memberikan uang sejumlah seratus dinar kepada Ahmad. Setelah itu, si tamu pun meninggalkan Ahmad dan pencuri tersebut.
“Ambillah uang itu sebagai imbalan karena engkau telah melewatkan malam ini dengan mendirikan sholat!” Ucap Ahmad kepada pencuri itu.
Tubuh pencuri itu gemetar dan dia pun larut dalam tangis. “Aku telah salah jalan. Baru semalam aku bekerja untuk Allah dan Dia telah membalasku demikian besar,” ucapnya sambil terus menangis.
Akhirnya pencuri itu bertobat dan menolak pemberian uang dari Ahmad, dan dia pun menjadi salah satu murid Ahmad.
Dikisahkan, pada suatu kesempatan, ketika menjadi musafir Ahmad menghadiri majelis di pondok sufi dengan mengenakan pakaian yang sangat buruk. Dalam acara sufi tersebut, Ahmad benar-benar mengabdikan diri sepenuhnya untuk melakukan tugas-tugas spiritual. Tetapi diam-diam para sufi lain meragukannya dan mereka berkata kepada syekh yang memimpin mejelis ini,”Tempatnya bukan di sini.”
Kemudian Ahmad pergi ke sumur dan embernya jatuh ke dalam sumur sehingga dia mendapat makian dan celaan dari para sufi yang lain. Ahmad pun menemui kepada syekh para sufi tersebut.
“Kumohon, bacalah surat Al-Fatihah agar ember itu dapat keluar dari dalam sumur tersebut,” pinta Ahmad kepada Syekh di pondok sufi itu.
“Permohonan macam apa itu?” Tukas Syekh terheran-heran.
“Jika Anda tidak berkenan, maka izinkanlah aku yang akan membacanya!” pinta Ahmad. Syekh itupun mengizinkannya.
Ketika Ahmad membaca surat Al-Fatihah, maka setelah akhir surat, ember itu terangkat dari dalam sumur dan kembali ke posisi semula. Ketika melihat hal tersebut, sang Syekh melepaskan sorbannya dan bertanya kepada Ahmad, “Siapa engkau sebenarnya? Lesungku hanya berisi sekam bila dibandingkan dengan bulir padimu.”
“Beritahu pada para sahabatmu untuk tidak memandang rendah para musafir,” balas Ahmad.
Suatu ketika, seseorang lelaki datang menemui Ahmad dan berkata, “Aku sakit dan miskin. Bimbinglah aku agar aku dapat keluar dari kesulitan ini.”
“Potonglah kertas menjadi beberapa bagian dan tuliskan semua pekerjaan yang ada dan setelah itu masukkanlah ke dalam kantong lalu berikanlah padaku,” balas Ahmad.”
Kemudian orang tersebut melakukan apa yang diperintahkan oleh Ahmad. Lalu, tangan Ahmad masuk ke dalam kantong dan mengambil secarik kertas dan membacanya di depan orang itu.
“Engkau harus menjadi pencuri. Karena pada kertas ini tertulis pencuri,” ucap Ahmad.
Orang tersebut terheran-heran, tapi dia tetap menjalankan petunjuk yang diberikan oleh Ahmad. Lalu dia menemui sekawanan penyamun. Dan menyatakan niatnya untuk bergabung dengan para penyamun tersebut.
“Hanya ada satu aturan untukmu, yaitu engkau harus menuruti perintah kami,” ucap kepala para penyamun.
“Aku akan melakukan apapun yang diperintahkan!” Jawab si lelaki.
Lelaki itu tinggal beberapa hari dengan kelompok penyamun tersebut. Suatu ketika, lewatlah rombongan khalifah di tempat mereka tinggal. Oleh kelompok penyamun tersebut, mereka disergap dan menyerahkan kepala khalifah kepada lelaki tersebut. Kepala khalifah itu seorang saudagar yang kaya.
“Goroklah leher saudagar ini,” pinta kelompok penyamun kepala lelaki tersebut.
Lelaki itu ragu untuk melakukannya. Jika engkau tidak mau membunuh orang ini, pergilah cari pekerjaan yang lain” ucap kepala penyamun.
“Aku memang menjalankan perintah. Tapi bukan perintah kalian, melainkan perintah Allah,” balas lelaki itu.
Lalu dia menghunus pedangnya dan menyerang kepala penyamun sehingga terjadi perang tanding antara keduanya. Sedang yang lain hanya menyaksikan saja. Sementara saudagar kaya itu berhasil kabur. Akhirnya kepala penyamun tewas ditangan lelaki tersebut sehingga kelompoknya menjadi kecut dan melarikan diri dari tempat tersebut.
Saudagar kaya itu meninggaikan hartanya berupa emas dan perak. Dengan harta peninggalan saudagar itu, lelaki itupun dapat merubah nasibnya yang miskin atas petunjuk Ahmad.
Suatu ketika, seorang sufi bertamu ke rumah Ahmad. Lalu Ahmad menyalakan tujuh puluh lilin.
“Ini tidak menyenangkan diriku. Sibuk dengan hal-hal yang remeh tidak ada hubungannya dengan sufisme,” ucap sufi tersebut.
“Kalau begitu pergilah. Dan padamkanlah setiap lilin yang aku nyalakan bukan karena Allah,” balas Ahmad.
Sufi itu, berusaha mematikan lilin itu baik dengan menyiram dengan air, meniup dan menaburkan pasir ke setiap lilin namun tidak ada satupun yang padam. Hal itu membuat sang sufi terheran-heran akan peristiwa yang mustahil tersebut.
Keesokan harinya, Ahmad menemui sufi itu dan berkata: “Mengapa engkau terheran-heran. Ikutlah denganku, maka engkau akan mengerti mengapa lilin tersebut tidak bisa padam?”
Mereka pun pergi dan tiba di depan pintu sebuah gereja. Lalu kepala gereja melihat mereka dan mengundang makan bersama. Tapi, ditolak oleh Ahmad dengan halus. “Tawarkan Islam kepada kami,” pinta kepala gereja.
Maka Ahmad menawarkan Islam kepada si kepala gereja dan muridnya. Aneh, sebanyak tujuh puluh gerejawan masuk Islam sesuai jumlah lilin yang dinyalakan Ahmad.
Ahmad Ibnu Khodrunya wafat pada 240 H atau 864 M dalam usia 95 tahun. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)