Kisah Mistis: TEROR ILMU HITAM TEMPURUNG KELAPA
KISAH INI DIALAMI OLEH LINDA ARISANDI, SEORANG MAHASISWA DI MEDAN. SELAMA BEBERAPA WAKTU DIA DIBAYANGI TEROR YANG SANGAT MENCEKAM. YA, TEROR BERUPA TEMPURUNG KELAPA YANG HIDUP DAN MENYERUPAI POTONGAN KEPALA MANUSIA. SEPERTI APA KISAHNYA….?
Tibalah waktunya bagi diriku untuk terus berupaya untuk menyadari semua fakta dan realita yang tengah kuhadapi. Baru-baru ini, malam-malam yang berlalu dan sangat menakutkan telah membuat diriku jadi sangat trauma. Ngeri sekali!
Sepuluh bulan yang lalu, aku masih dalam keadaan sehat dan segar bugar. Namun setelah itu, kondisi fisikku semakin lemah dan selalu merasa gelisah serta senantiasa dihantui oleh rasa takut. Kecemasan yang melanda diriku bahkan nyaris saja membuatku jadi setengah gila.
Di lain kesempatan, terkadang aku berpikir mungkin aku cuma digoda angan-angan atau nalusinasi belaka. Tapi, semuanya seperti sungguh nyata menimpa diriku.
Namaku Lindawaty. Kini usiaku beranjak usia 20 tahun. Masih kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta di Sumatera Utara, Medan. Aku tinggal bersama orangtua dan adik-adik di bilangan Kota Matsum, Medan. Rekan-rekan kampus mengatakan, wajahku lumayan cantik. Tubuhku ideal sebagai olahragawati. Lincah, gesit dan terkesan pemberani.
Tidak sembarang cowok punya nyali untuk mendekatiku, apalagi ingin memacariku. Tapi itu dulu. Sekarang, aku bukan seperti dulu lagi. Apa kata mereka jika melihat keadaanku sekarang ini? Sekarang, aku bak reruntuhan puing-puing yang tiap malam tiba senantiasa dibayang-bayangi oleh perasaan ketakutan.
Ya … kini, tubuhku kurus kering. Persis seperti kerangka berbalut kulit.
Dulu aku memang tidak pernah mengenal apa artinya takut. Selama kuliah aku bergabung dengan mahasiswa-mahasiswi pencinta alam, dan aku sering turut mendaki gunung atau menjelajahi hutan belantara.
Hampir semua gunung di Sumatera, betapapun tingginya telah kujelajahi. Saat itu, tidak pernah sekelumit pun terlintas dalam pikiranku rasa ngeri dalam menghadapi maut.
Kalau beberapa bulan yang lalu ada orang menyebutku sebagai seorang pencundang atau penakut, betapapun akan aku protes dan membantahnya serta siap menantang siapa saja untuk uji nyali, namun sekali lagi, itu dulu!
Kini dalam keadaan tidak berdaya sama sekali, terpaksa harus diakui bahwa aku memang telah berubah menjadi gadis yang selalu dihantui oleh rasa takut. Setiap pagi aku selalu ditemani serta diawasi oleh seorang perawat. Sinta, namanya. Dia seorang wanita berdarah Karo yang bekerja di klinik Dr. Sanjoyo (nama samaran) yang buka praktek bedah syaraf dan mental menggunakan terapi medis didukung energi elektro magnetis alam semesta.
Umumnya, para pasiennya terdiri dari mereka yang mengalami stres berat dan ringan. Selain itu, dokter Sanjoyo pemilik klinik ini juga mampu menetralisir pasien-pasien yang kerasukan makhluk halus seperti jin dan sebangsanya.
“Bagaimana kesehatanmu hari ini, Dik Linda?” Tanya perawat yang bernama Sinta itu pada saat aku tengah melamun, sehingga membuatku agak kaget.
Aku diam saja ketika Sinta terus bicara.
“Saya merasa cemas melihat keadaanmu akhir-akhir ini…” lanjutnya.
“Kenapa rupanya, Mbak Sinta?” Tanyaku kemudian sambil menatap kosong padanya.
“Matamu itu Iho, semakin cekung dan tubuhmu semakin kurus dan kerempeng.”
“Namanya juga orang sakit. Bagaimana sih Mbak ini. aku ini sakit, Mbak! Jadi mbak lupa tentang hal itu!” Jawabku agak kesal.
Perawat berdarah Batak Karo itu terdiam. Namun cuma sekejap, tak lama kemudian dia bicara lagi, “Ya, saya tahu kamu masih sakit. Tapi saya pikir, sakitmu ini cukup aneh dan misterius.”
“Aneh dan misterius bagaimana, Mbak?
“Apa kata dokter Sanjoyo, apakah beliau masih mampu menangani penyakitku yang kata Mbak aneh dan misterius ini?” Desakku balik bertanya.
“Ya, sejauh ini beliau masih tetap optimis asal kamu tetap mematuhi saran dan petunjuk beliau yang meminta kamu agar lebih banyak istirahat yang cukup setiap malamnya setelah melakukan ritual meditasi selama setengah jam.”
“Semua telah kulakukan, Mbak!”
Sang perawat diam. Dan tetap saja diam ketika aku coba mengingat kejadian yang kualami malam tadi. Dengan menelan pil tidur sesuai dosis, malam tadi, aku bisa tidur dengan lelap dan nyenak.
Namun tengah malam menjelang dini hari, tiba-tiba saja aku tersentak bangun dan lagi-lagi setan itu sudah berada di balik jendela kamar tidurku. Cahaya bulan setengah purnama yang memancar lalu menembus kaca jendela spontan membuatku ketakutan.
Sebenarnya bukan cuma cahaya bulan tersebut yang menyebabkan bulu kudukku meremang. Bagaimana aku bisa tahu, bahwa sesuatu yang kusaksikan sebagai penampakkar yang menyeramkan tersebut merupakan rekayasa setan? Aku sendiri tidak bisa memastikannya, namun jauh di lubuk hatiku yang paling dalam mengatakan bahwa sesuatu itu memang sosok yang namanya setan. Karena yang namanya setan sering menampakkan wujud yang menakutkan.
Itu yang sering kualami hampir setiap malam. Bahkan, aku sering bermimpi aneh. Sepertinya aku menyaksikan penampakan wujud seorang pria muda duduk bersila dalam sebuah ruangan yang remang-remang. Wajahnya kurang jelas dan tidak kukenal. Di depan pria muda itu terletak pedupaan yang dalamnya muncul asap tipis dari bara api yang memerah. Aku memastikan itu asap kemenyan yang terbakar.
Lalu aku rnelihat si pemuda mengasapi sebentuk tempurung kelapa manakala asap yang mulai kental, menebal, memutih, membumbung ke atas.
Sayup-sayup, jelas kudengar pria muda itu berkomat-komait membaca sejenis mantera:
“Kullaha nama dirimu
Nurhasilah nama diriku
Nurhasilan nama dirimu
Wujud di aku, nyawa di kamu
Kembalilah roh si Linda padaku
Berkat Laillahaillallah…”
Seusai membacanya, dia menggantungkan tempurung kelapa tadi di atas bumbungan atap rumah dengan menggunakan tali ijuk. Setelah adegan ini, entah bagaimana, tiba-tiba aku terbangun dari mimpi menjelang dinihari itu.
Setelah mengalami mimpi aneh itu, biasanya aku cukup lama tertegun dan bingung sambil bertanya dalam hati, “Apakah pria muda yang kurang jelas wajah dan tampangnya tersebut telah melakukan ritual mistis untuk mengirimkan perasaan cintanya padaku?”
Ketika mimpi buruk itu kulaporkan ke Dr. Sanjoyo, beliau langsung, mencatatnya dalam kartu pasien atas namaku. Dokter tersebut tidak berkomentar sepatah katapun, hanya bertanya apakah ada pria yang pernah kusakiti hatinya.
“Kalau menyakiti hati orang aku tidak pernah. Tapi menolak cinta pria yang naksir kepadaku memang sudah sering.” Begitulah aku menjawabnya.
“Kalau ada yang sakit hati karena cintanya yang kutolak, aku mana tahu,” tegasku pula menjelaskan.
Malam-malam yang lain aku benar-benar merasa tersiksa. Entah apa sebabnya aku menjadi sangat sulit untuk bisa tidur. Bahkan, walau aku menelan pil tidur telah over dosis, paling-paling hanya membuat tubuhku menjadi lemah. Namun, mataku tidak bisa juga terpejam.
Akhirnya, aku sering kali pasrah dan berbaring saja dengan kedua mata terbuka nyalang sambil memandang langit-langit kamar. Menjelang tengah malam, suasana disekelilingku terasa sepi dan sunyi senyap. Diriku mulai gelisah. Sebentar membalikkan: tubuh ke kanan, kemudian telentang lagi.
Di lain kesempatan, aku balikkan tubuh ke kiri dan setelah itu telentang lagi. Begitu seterusnya berulang kali. Dalam hitungan detik kemudian, aura mistis tiba-tiba menyergap serta mengepung diriku. Sehingga jantung memompa darah semakin kencang. Bunyinya bagaikan berdentum-dentum dalam rongga dada.
Udara dalam kamar tidur terasa berubah dingin sekali. Ingin aku mengusir rasa takut dengan mengerjakan sholat tahajud, namun melangkah ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, rasa malas pun datang menggoda. Seolah-olah ada bisikan gaib dari setan yang melarangku agar tidak meninggalkan ranjang.
Aku coba bangkit dari pembaringan. Lalu duduk di bibir tempat tidur dengan kedua kak menjuntai ke lantai. Perlahan menoleh ke arah cahaya bulan yang memancarkan sinarnya melalui celah-celah kaca jendela dan jatuh di lantai tak berapa jauh dari kaki ranjang.
Saat itu aku sepertinya melihat sebentuk tempurung kelapa bulat berayun-ayun dekat kaca jendela, Namun lama kelamaan tempurung kelapa itu berubah bentuk…
Ya Allah! Yang terlihat bukan tempurung kelapa lagi, tapi telah menjadi sebentuk batok kepala kerangka manusia yang pada ronggarongga matanya dipenuhi oleh ulat dan belatung serta cacing tanah berlumpur. Batok kepala manusia tersebut layakya hidup dan bernyawa dengan rahang yang mengatup serta membuka berulang-ulang seperti mengunyah sesuatu di dalamnya.
Tengkorak kepala manusia itu kulihat bergoyang-goyang ke kanan dan ke kiri. Kemudian berputar-putar seperti putaran gasing. Semakin lama semakin kencang. Sementara, ulat-ulat serta cacing-cacing tanah bertabuhan dan terlempar kian kemari. Sebagian lengket dan merayap dikaca jendela. Sangat menjijikan! Perutku langsung mual.
Aku masih terhenyak kebingungan ketika batok kepala tengkorak itu tiba-tiba berhenti berputar. Bagian wajahnya kemudian merapat dan menempel ke kaca jendela. Menyeringai, sangar dan sangat menakutkan! Tubuhku terasa cukup kaku selama kurang lebih 5 menit ketika menyaksikan peristiwa musykil ini. Setiap detik dan menit berlalu dengan penuh ketegangan.
Tubuhku masih kaku dan dingin ketika menduga batok tengkorak kepala manusia ini sedang berupaya untuk menerobos masuk ke dalam kamarku dengan cara memecahkan kaca jendela. Dugaanku ini semakin membuat diriku dihinggapi rasa takut yang teramat sangat. Kalau sempat benda aneh itu masuk dan menerkamku, maka, tamatlah riwayatku.
Meski aku merasa sangat kedinginan dan sekujur organ tubuh menggeletar, namun, di bagian punggungku keringat bercucuran membasahi gaun tidurku yang tipis. Demikian pula dengan wajahku, penuh butiran keringat dingin.
Di luar kesadaran, aku merintih-rintih dan mengerang-erang diwarnai ucapan doa dalam hati. Memohon kepada Sang Pencipta agar monster rekayasa setan ini segera berlalu. Anehnya, aku tidak mampu berteriak atau menjerit minta tolong. Padahal, Mbak Sinta, perawatku tidur di kamar sebelah.
Detik-detik mencekam terus saja berlangsung ketika sang monster menghentakhentak ke kaca jendela dengan cukup keras. Menurut perhitunganku, tidak lama lagi mungkin kaca jendela yang cukup tebal tersebut akan pecah dan jebol.
Kucoba memejamkan kedua mata sambil menghitung angka sampai sepuluh. Kemudian setelah beberapa detik berlalu mata kubuka kembali perlahan-lahan. Hal ini kulakukan untuk memastikan bahwa diriku saat itu cuma berhalusinasi. Dan aku hanya menyaksikan penampakkan gaib yang akan segera menghilang dan sirna.
Ternyata sang monster berwujud batok kepala tengkorak manusia ini masih kulihat berada di balik jendela yang membuktikan aku memang berhadapan dengan fakta dan realita. Bahkan penampakkan itu terkesan semakin buas dan beringas. Sepertinya sudah tidak sabar lagi untuk segera menghabisi diriku.
“Linda … Linda … biarkan aku masuk …” kudengar suara itu. Entah siapa yang mengatakannya.
“Masuklah…!” Entah kenapa tanpa sadar aku menjawabnya.
Mungkin karena sudah pasrah atau memang aku menginginkan kehadirannya. Ya, saat itu aku seperti menantikan kedatangan seseorang, mendambakan curahan kasih sayang dan siraman cinta dari orang lain.
Aku sedang bergairah menantikan sosok yang tidak dikenal itu ketika melalui kisi daun jendela keluar asap tipis dan bersamaan dengar itu monster di balik jendela lenyap dengan seketika.
Asap putih semakin menebal dan kental. Dan dalam hitungan detik menampilkan wujud seorang pria bertelanjang dada dan alat kelaminnya di balut sebentuk cawat kain hitam. Tidak memiliki kepala dan wajah, namun di atas lehernya bertengger batok tengkorak kepala manusia yang tadi berada di balik jendela.
Dia menghampiriku yang masih duduk di bibir ranjang. Entah apa yang telah dilakukannya terhadap diriku, aku tidak ingat apa-apa lagi. Yang sempat kuingat sebelum pingsan, terdengar bisikan gaib hinggap ditelingaku, “Kamu akan menikmati surga dunia bersamaku…!”
Begitu aku mulai siuman dan setengah sadar, aku mendapatkan diriku terbaring di ruang klinik Dr. Sanjoyo. Menurut dokter tersebut, telan hampir dua minggu aku tak sadarkan diri, sejak diriku ditemukan dalam keadaan bugil dan pingsan di kamar tidurku.
Kulihat ayah, ibu dan adikku datang mengerumuniku di pembaringan. Wajah-wajah cemas terbayang diraut muka mereka. Mata ibu dan adikku kuyu dan sayu menahan beban kesedihan. Semula mereka sudah pesimis aku bisa bertahan hidup setelah mengalami koma yang cukup lama.
Malaikat maut memang belum sudi menjemput nyawaku. Dr. Sanjoyo kemudian mengadakan terapi medis supranatural berdasarkan fenomena-fenomena gaib yang terjadi terhadap diriku.
Akhirnya beliau memperoleh simpulan bahwa ada seseorang pria rekan kuliahku yang tergila-gila pada diriku. Namun tidak berani mencurahkan hatinya, sehingga mengambil jalan pintas. Dia ingin menikmati tubuhku dengan menggunakan bayangan-bayangan teror yang menakutkan nyaris setiap malam.
Konon, energi gaib yang dipakainya diperoleh dari sebutir kelapa tua yang jatuh dari pohonnya pada malam Jum’at Legi. Butiran kelapa tua itu dikupas sabuknya serta dikeluarkan isi dan airnya. Kemudian dibentuk menyerupai kepala manusia dengan melubangi dua buah, kiri dan kanan, mirip mata manusia. Di bawahnya ada lubang hidung dan mulut. Lalu pada malam Jum’at Kliwon, butiran tempurung kelapa tersebut diasapi dengan kemenyan sambil melafalkan mantera khusus tadi. Dan pada saat tertentu, benda tersebut akan berubah wujud menjadi kepala manusia yang bisa dijadikan sebagai media mistis.
Demikian Dr. Sanjoyo menjelaskan pada kedua orangtuaku setelah kesehatanku mulai pulih. Entah bagaimana caranya dokter itu mampu menggali tempurung kelapa utuh yang ditanam dekat jendela kamar tidurku, lalu membakarnya hingga menjadi arang. Dan kepingan arang itu disapukannya ke dahiku. Aneh, dalam hitungan detik aku seperti melihat seorang pria,yang tak lain adalah rekan kuliahku yang sangat pendiam dan pemalu. Saat itu wajahnya pucat pasi dan selalu melompat-lompat dan berjingkrak-jingkrak sambil menjerit kepanasan.
Aku tidak ingin berburuk sangka bahwa dia pelaku ini semua. Namun, menurut rekan-rekan kuliah yang lainya, pria tersebut sudah jarang masuk dan datang ke kampus. Kabar terakhir yang kuperoleh, pria itu diamankan oleh orang tuanya di rumah sakit jiwa.
Sesuai dengan teropong batin Dr. Sanjoyo, malam itu aku tidak ditiduri secara utuh oleh sang monster. Tubuhku cuma ditelanjangi dan pada bagian yang sangat pribadi diraba-raba saja. Artinya, tubuhku masih dalam keadaan suci.
Begitulah pengalaman mistis yang kualami. Dan hingga sekarang, aku sulit untuk melupakannya. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)