Kisah Kyai Pamungkas

Kisah Mistis: PESUGIHAN KERATON GUNUNG MAYIT

Kisah Mistis: PESUGIHAN KERATON GUNUNG MAYIT

LOKASI KERAMAT INI TERLETAK DI SEBUAH DAERAH TERPENCIL Di KAWASAN BANDUNG, JAWA BARAT. DI SINI BERSEMAYAM SOSOK GAIB BERNAMA EYANG PRABU BANDAS PATI. DIA BISA MEMBERI KEKAYAAN SECARA INSTAN DENGAN TUMBAL NYAWA MANUSIA…

 

JIKA dilihat dari sebelah barat, tampak gunung tersebut berbentuk seperti laiknya jasad orang mati. Kepala, tangan dan kaki tampak jelas sekali. Padahal ketika kita merambah ke lokasi keramat tersebut, yang ada hanyalah sebuah kawasan hutan belantara yang sangat angker.

 

Sebelum sampai ke tempat keramat yang disebut sebagai Keraton Gunung Mayit, pelaku ritual harus meniti 360 buah anak tangga yang cukup menguras tenaga, Setelah itu, barulah akan menemui tanah datar yang cukup luas, seperti sebuah lapangan. Banyak para pelaku ritual yang beristirahat di tempat ini. Maksudnya agar tenaga mereka pulih kembali.

 

Dari tempat peristirahatan itu, tampak terlihat puncak keramat Keraton Gunung Mayit, tepatnya bagian kepalanya. Arah jalannya pun sudah tampak terlihat. Namun jika kita menapaki jalan itu, hendaknya berhati-hati. Selain jalannya sulit dilalui, juga sangat licin sehingga agar tidak terpeleset kita harus memegang akar-akar pohon. Jika terpeleset, maka, tamat sudah riwayat kita. Karena itulah, siapapun pelaku yang berniat melakukan ritual di tempat ini, dia harus sudah betul-betul nekat.

 

Jika kita sudah memasuki hutan tersebut, hendaknya jangan pula sampai jauh dari juru kunci. Kabarnya, dedemit di keramat ini jahat sekali, Dikisahkan, pernah suatu hari ada pelaku ritual yang terpisah dari rombongan dan hingga kini belum diketemukan. Mungkin dedemit di tempat itu telah membawanya ke alam gaib.

 

Di Keraton Gunung Mayit, para pelaku ritual pun tinggal memilih tempat. Mana yang lebih disukai. Tapi ini pun tergantung dari kemampuan pelaku untuk mencapai tempat tujuan. Misalkan, pelaku bertujuan ingin tepat di bangian kepala atau bagian telinga, tapi kemampuan berjalan hanya sampai di bagian tangan atau perut, maka, cukup di situlah pelaku melaksanakan ritualnya. Konon, walaupun dipaksakan tidak akan kuat untuk berjalan lebih jauh. Sebab jarak antara kepala dan bagian ujung kaki sangatlah jauh. Harus melewati beberapa bukit dan hutan belantara yang sangat sulit untuk dijangkau.

 

Begitulah gambaran sekilas tentang lokasi pesugihan Keraton Gunung Mayit. Dan berikut ini adalah kisah pengalamanku ketika menemani seorang sehabat yang melakukan ritual di lokasi keramat tersebut…

 

Awal Mei 2007. Sesuai rencana aku pergi bersama Mariyah menuju suatu tempat ritual yang bernama Keraton Gunung Mayit. Malam itu bertepatan dengan Jum’at Kliwon. Di tempat inilah akan dilangsungkan serah terima antara dua makhluk Tuhan yang berbeda alam. Persisnya antara Mariyah dengan makhluk gaib penghuni kawasan itu yang bernama Eyang Prabu Bandas Pati.

 

Mariyah adalah salah seorang pelaku ritual yang berhasil sampai di Keramat Keraton Gunung Mayit, meski hanya di bagian kakinya. Kedatangannya di tempat keramat ini tak lain dan tak bukan adalah karena dia ingin kaya raya seperti saudara-saudaranya. Dalam ritual ini, dia juga mengajak serta anaknya, Yanti, yang baru berumur 5 tahun.

 

Dari sinilah awal mula Mariyah jadi kayaraya. Namun kemudian diketahui kalau suaminya, bapaknya Yanti, meninggal lantaran ditumbalkan olehnya.

 

Jauh hari sebelumnya, kehidupan Mariyah sangatlah miskin. Dia merasa iri melihat saudara-saudaranya yang hidup mewah. Mereka juga kerap menghina Mariyah dengan kata-kata dan perlakuan yang penuh nista. Tak kuat menghadapi penghinaan itu, Mariyah pun pergi ke tempat keramat untuk mencari pesugihan. Dia memilih Keramat Keraton Gunung Mayit.

 

Memang tidak sulit untuk mencari rumah juru kunci keramat itu. Setibanya di rumah juru kunci, Mariyah langsung mengutarakan niatnya sampai akhirnya pembicaraan pun menjurus pada tata cara ritual. Namun, sebelumnya juru kunci berpesan, “Kalau ritual di tempat ini, harus betul-betul sudah bulat tekadnya. Kalau setengah hati lebih baik jangan, sebab sangat berbahaya.”

 

“Tekad saya sudah mantap. Bahkan saya siap mati, Mbah!” Tandas Mariyah.

 

Akhirnya, ritual itu pun dilaksanakap. Tepatnya di malam Jum’at Kliwon. Kebetulan, aku yang menemani Mariyah menuju Keraton Gunung Mayat, sementara si kecil Yanti dititipkan pada isteri juru kunci.

 

Kurang lebih dua jam menempuh perjalanan, ternyata, kami belum juga sampai ke tujuan. Ketika hendak meniti anak tangga, Mariyah masih terlihat bersemangat. Barulah ketika mencapai pertengahan, dia mogok dan minta istirahat, Bahkan hingga tiga kali kami terpaksa istirahat di tangga tersebut.

 

Tetapi akhirnya kami bisa mencapai puncak. Mariyah pun bisa bernafas lega. Apalagi waktu itu sudah terlihat jelas Keramat Keraton Gunung Mayit, dengan jalannya yang cukup terjal. Kami bertiga, aku, Mariyah dan juru kunci, terus berjalan untuk segera tiba di sana. Namun lagilagi, Mariyah minta mengaso. Ketika itu waktu sudah menunjukkan pukul 17.00.

 

“Ayo cepat! Waktuknya sudah hampir dimulai!” Ujar Pak Mamat, si juru kunci.

 

Kami bergegas melanjutkan perjalanan, bahkan kadang sambil merangkak dan meraih akar pohon.

 

“Ingat, jangan sekali-kali melihat ke belakang!” Pesan juru kunci.

 

Memang benar, ketika aku melihat kebelakang, pemandangan sungguh mengerikan. Jika terpeleset, pasti mati. Sebab akan langsung jatuh ke dalam jurang yang sangat dalam.

 

Walau lambat akhirnya tiba juga. Pak Mamat langsung menggelar ritual untuk menghubungkan Mariyah dengan gaib penunggu tempat itu.

 

Setengah jam kemudian ritual pun selesai. Aku disuruh menemani Mariyah selama dirinya berada di tempat keramat itu dengan duduk dalam jarak sekitar 50 meter. Maksudnya, agar Mariyah tidak merasa kaget dan takut ketika Eyang Prabu Bandas Pati datang menemuinya. Sementara itu, Pak Mamat sendiri menunggu dari kejauhan.

 

Mariyah melakukan semedi sambil membaca doa-doa yang diberikan Pak Mamat. Sekitar sejam kemudian, aku terperanjat. Aneh sekali! Tempat keramat itu jadi terang benderang, dan jelas kusaksikan kesibukan orang seperti laiknya di pasar. Mengerikan sekali! Semua orang yang kulihat memiliki ekor seperti kera. Dan sebagian lagi, mulutnya panjang seperti seekor buaya.

 

Ketika aku menyaksikan kejadian aneh itu, tiba-tiba dari kejauhan muncul dua orang yang mengendarai kuda dan berpakaian seperti laikya seorang raja tempo dulu. Satu di antaranya memakai mahkota kebesaran. Agaknya, itulah sosok yang disebut sebagai Eyang Prabu Bandas Pati.

 

Kedua sosok itu menghampiri Mariyah, dan sepertinya mengajaknya berbicara. Entah apa yang dibicarakan. Aku tak bisa mendengarnya lantaran jarak antara aku dan Mariyah memang cukup jauh.

 

Ritual ini berlangsung cepat hingga pukul 21.50. Mariyah pun disuruh pulang. Malam itu juga, kami meninggalkan tempat keramat tersebut dan tiba di rumah Pak Mamat pada pukul 23.30.

 

Tiba di rumah Pak Mamat, si kecil Yanti menangis sejadi-jadinya. Menurut keterangan isteri Pak Mamat, sejak kami berangkata hingga pulang, Yanti tak juga pernah berhenti menangis. Baru ketika Mariyah tiba, tangis anak itupun berhenti dan akhirnya tertidur di pangkuan ibunya. Ah, Mariyah memang terpaksa mengajak serta Yanti karena tidak ada yang manjaga anak itu jika ditinggalkan di rumahnya. Maklum, suaminya jarang sekali pulang.

 

Esok paginya, Mariyah menceritakan pertemuannya dengan Eyang Prabu Bandas Pati dan Ki Kala Jiwo, pengawalnya. Eyang Prabu Bandas Pati mengatakan kalau malam itu tidak ada bagian buat Mariyah. Karena itulah Ma iyah diminta kembali pada hari Senin malam Se asa depan dengan pesan harus membawa seekor bekakak ayam jago sebagai syarat utamanya.

 

Setelah diberitahu masalah itu, Pak Mamat rupanya cukup mengerti. Karena itulah dia meminta agar Mariyah membeli seekor ayam kantan untuk ritual malam Selasa nanti. Dia sama sekali tidak surut meski Pak Mamat menjelaskan kalau tempat Mariyah ritual tersebut memang merupakan sebuah pasar gaib. Adapun manusia aneh berekor dan bermoncong seperti buaya yang berjualan di sana, ketika hidup, adalah orang-orang yang meminta kekayaan pada Eyang Prabu dan di alam gaib menjadi para pengikutnya.

 

Singkat cerita, waktu yang ditunggu pun tiba. Dalam ritual malam Selasa ini, Mariyah membawa anaknya ke tempat keramat. Bukan maksudnya Yanti akan ditumbalkan, tapi untuk menjaga agar anaknya itu tidak terus menangis.

 

Yanti digendong oleh Pak Mamat. Maksudnya agar perjalanan jadi bisa lebih cepat. Tepat pukul 17.00, kami berempat sudah tiba di rumah bedeng, bangunan ala kadarnya yang kerap dipakai untuk peristirahatan bagi para pelaku ritual. Sebelumnya, Pak Mamat memeriksa dan menyiapkan sesajen yang dibutuhkan. Setelah selesai, kami pun langsung menuju keramat.

 

Sungguh aneh, ketika menaiki anak tangga yang berjumlah 360 buah itu, Mariyah tidak merasa kelelahan. Bahkan, dia tidak mau isirahat. Ini jelas berbeda dengan saat kunjungan pertama kami. Entah apa yang terjadi.

 

Begitu juga ketika hendak masuk hutan belantara. Mariyah tidak pernah mengeluh kelelahan. Aneh, memang.

 

Kami tiba di lokasi keramat sebelum waktu Maghrib. Perjalan yang sangat cepat dan aneh itu membuat hatiku bertanya-tanya. Menurut juru kunci, “Mariyah sudah dijemput oleh Eyang semenjak ditangga. Karena itulah dia bisa berjalan sangat cepat.”

 

Ritual dimulai setelah Maghrib. Cukup lama juga Pak Mamat melakukan ritualnya. Setelah selesai, Mariyah pun ditinggal berdua dengan anaknya. Aku ikut dengan Pak Mamat menunggu di bawah bukit kecil itu.

 

Yanti agaknya langsung tertidur pulas saat ibunya bersemedi. Selang beberapa jam kemudian, muncullah sosok Eyang Prabu Bandas Pati. Mariyah pun disuruh menyantap bekakak ayam yang dibawanya dan harus sampai habis. Anehnya, ketika itulah Yanti terbangun dari tidurnya. Rupanya, dia menyaksikan ibunya sedang menyantap tubuh bapaknya. Bukan bekakak ayam seperti yang dilihat Mariyah!

 

“Mama jangan … Mamah jangan …!” Pekik bocah itu. Namun hanya sebatas itu suara yang keluar dari mulutnya. Selanjutnya, Yanti hanya bisa menangis tersedu-sedu, sementara sang ibu tak lagi menghiraukan teriakannya. Bagai kerasukan Mariyah menghabiskan bekakak ayam itu.

 

Setelah itu, aku diajak Pak Mamat menghampiri Mariyah.

 

“Kenapa anakmu menangis?” Tanya sang juru kunci. Mariyah menggeleng pelan, sambil menunjukkan tulang belulang ayam yang baru disantapnya. Pak Mamat pun tersenyum ketika melihat bekakak ayam itu habis.

 

“Ayo, sekarang kita pulang ke rumah bapak. Nanti bicaranya dilanjutkan di sana, ajak Pak Mamat. Aku langsung menggendong Yanti dan Pak Mamat pun membawa sesaji bekas ritual.

 

Setibanya di rumah Pak Mamat, Mariyah langsung menceritakan semua kejadian yang dialaminya ketika ditinggalkan oleh aku dan Pak Mamat, bahwa dia langsung ditemui oleh Eyang Prabu.

 

Malam itu, Mariyah tidak bisa tidur. Perasaannya mulai tidak enak. Entah mengapa, rasa takut dan was-was mulai menyerang dirinya.

 

Pagi-pagi, Mariyah mengajakku pulang ke Bandung. Persisnya ke kampung halamannya di Mandi Ranca. Setibanya di rumahnya yang sederhana itu, dia mendapatkan tubuh suaminya sudah menjadi mayat. Mariyah pun menangis histeris. Da menyesali perbuatannya, sebab apa yang dikatakan oleh anaknya sungguh-sungguh terjadi.

 

Menurut informasi Asep, suami Mariyah, meninggal karena jatuh terpeleset ke dalam kolam ketika sedang memberi makan ikan. Sungguh aneh! Jika melihat bekas-bekas kejadiannya, tidak ada tanda-tanda Asep bisa menemui ajalnya di tempat itu. Lain bagi makhluk gaib. Asep jatuh ke dalam kolam lantaran dicekik hingga kehabisan nafas dan akhirnya meninggal di tempat itu.

 

Sepeninggal suaminya, Mariyah sering terlihat murung. Namun yang aneh, selang beberapa bulan kemudian kehidupannya jadi sangat berubah. Ini bisa dilihat dari caranya berpakaian hingga keperluan rumah tangganya.

 

Lambat laun, Mariyan menyandang predikat sebagai janda yang kaya raya. Tak heran kalau dia mulai jadi incaran para lelaki hidung belang yang ingin memanfaatkan kekayaannya.

 

Mariyah merenovasi tempat tinggalnya dengan uang hasil pesugihannya itu. Belum juga rampung renovasi rumahnya, dia pun membeli sebuah pabrik tekstil yang bangkrut lantaran utang piutang di bank yang cukup banyak hingga milyaran rupiah.

 

Dari mana Bu Mariyah mendapatkan uang sebanyak itu untuk membangun rumah dan membeli pabrik yang sedemikian mahal? Hal ini menjadi pertanyaan banyak orang, terutama keluarganya. Namun bila ditanya, Mariyah selalu berkilah kalau dirinya diberi modal oleh Bu Haji Sutini, seorang milyarder kenalannya.

 

Setelah memiliki pabrik tekstil, kehidupan Mariyah pun semakin bertambah pesat saja, Produksi kain yang dihasilkan semakin berlipat ganda. Sebaliknya, perusahaan milik orang lain, malah sepi dan akhirnya jadi bangkrut. ini semua karena Pesugihan Keraton Gunung Mayit.

 

Tak terasa tiga tahun sudah Mariyah memiliki pesugihan Keraton Gunung Mayit. Azab Tuhan pun akhirnya datang juga. Ketika itu, Yanti anaknya lolos dari pengawalan pembantunya. Padahal, tiap pergi sekolah, anak itu selalu diantar oleh pembantunya dan ketika pulang dijemput oleh sopir. Selama berada di rumah, Yanti tidak boleh ke luar rumah. Dia hanya ke luar rumah bila akan pergi ke sekolah saja.

 

Hari itu, ketika pembantu yang mengasuhnya sedang asyik menyirami tanaman, tiba-tiba Yanti kabur ke luar rumahnya. Dia langsung bermain dengan teman sebayanya. Ketika sedang asyik bermain, tiba-tiba saja ada salah seorang wanita yang usil. Yanti langsung ditanya keberadaan Bapaknya yang selama ini kematiannya jadi bahan gunjingan orang sekampung itu. Maklum, namanya anak-anak, Yanti pun mengatakan kalau Bapaknya sudah meninggal lantaran dagingnya dimakan oleh mamanya.

 

Hanya itulah kata-kata yang terucap dari mulut Yanti. Namanya juga manusia, jika mendapat informasi aneh sangat cepat sekali menyebar. Akhirnya, orang sekampung sudah mengetahui kalau Mariyah memiliki pesugihan yang mengakibatkan kematian suaminya.

 

Mariyah pun merasa malu mendengar cemoohan orang. Gara-gara peristiwa ini, empat orang pembantu rumah tangganya langsung dipecat.

 

Demikianlah kisah nyata yang dilakoni oleh Mariyah. Bukan untuk ditiru, melainkan untuk diambil hikmahnya. Semoga bermanfaat.

 

Tak lupa, saya mohon maaf jika tidak bisa membeberkan alamat pesugihan yang disebutkan dalam tulisan ini. Sekali lagi, ini karena saya tidak ingin jatuh korban lain setelah Mariyah, sahabatku. Semoga Allah SWT membukakan pintu hidayah untuknya. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Kisah Kyai Pamungkas: VILLA ANGKER BALI

Kyai Pamungkas

Kisah Kyai Pamungkas: Misteri Curug Lalay

Kyai Pamungkas

Panggonan Wingit: ISTANA GAIB WADUK JATILUHUR

Kyai Pamungkas
error: Content is protected !!