Kisah Kyai Pamungkas

Kisah Nyata: KAROMAH KYAI AS’AD SYAMSUL ARIFIN

Kisah Nyata: KAROMAH KYAI AS’AD SYAMSUL ARIFIN

PERSENTUHAN KIAI AS’AD SYAMSU ARIFIN (1897-1990) DENGAN HAL-HAL YANG BERBAU GAIB TERNYATA CUKUP BERAGAM DAN MENCEKAM SELAIN DIKENAL SEBAGAI MEDIAT BERDIRINYA NAHDHATUL ULAMA, JUGA DIKENAL PIAWAI MELULUHK HATI PARA PREMAN, BANDIT, BAJINGAN, DAN PENJUDI. SEPERT APA KISAHNYA…?

 

DIKISAHKAN, pada suatu hari Kiai As’ad disuruh Kiai Wahab Hasbullah mengantarkan surat kepada Sunan Ampel. Dia tidak tahu isi surat itu, tapi dia tau pasti kalau Sunan Ampel sudah almarhum puluhan, atau bahkan ratusan tahun silam. Namun, dia jelas tidak berani menolak perintah gurunya itu. Maka ke mana lagi dia berjalan kalau tidak ke makam sang sunan Ampeldenta, Surabaya.

 

Tidak jelas bagaimana pengalaman spiritual yang diperoleh Kiai As’ad dalam mengembi tugas itu. Namun, yang pasti, reaksi Kiai Wahab ketika dilapori bahwa suratnya sudah ditaruh persis di atas nisan sang sunan, beliau mera bersyukur karena Sunan Ampel telah meres pembentukan jam’yah NU.

 

“NU adalah tarekat saya, sesuai dawuh (perintah) Sunan Ampel,” tutur Kiai Wahab.

 

Dikisahkan pula, ketika Nahdhatul Ulam mengadakan hajatan di Sukorejo, yaitu Muktamar Nasional 1983, bantuan logistik dari masyarakat melimpah ruah dihari sebelum acara, tercatat telah terkumpul 20 ekor sapi, 50 ekor kambing, 200 ekor ayam kampung, 15 ton beras, dan lima truk gula, telur, sayur, dan buah-buahan. Semuanya berdatangan ke Sukorejo.

 

Acara yang melayani 1.500 orang itu, tiap hari rata-rata menghabiskan lima sampai enam kuintal beras, 130 sampai 300 ekor ayam, lima ekor kambing dan sapi, satu sampai tiga truk sayur mayur dan buah kelapa, dan tak terhitung kayu bakar, baik yang diantar dengan truk maupun di antar sendiri secara rombongan dengan sepeda ontel. Juru masaknya pun tak dibayar, mereka mengharapkan barokah dari para kiai.

 

Saking tingginya minat menyumbang dari warga, panitia sampai menolak ternak-ternak sapi dan kambing lantaran mereka tidak mempunyai tempat penampungan. Namun mereka tidak kalah akal, binatang-binatang itu kemudian mereka antar lagi dalam bentuk daging.

 

Bantuan itu tidak hanya berasal dari warga yang kaya. Ada seseorang warga yang hanya memiliki dua ekor sapi yang satunya sedang hamil. Karena untuk acara keagamaan dia pun menyumbang salah satunya kepada Kiai As’ad.

 

Anehnya, beberapa hari kemudian seorang “tamu asing” mendatangi warga tersebut. Padahal saat memberikan sapi itu, selain tulus ikhlas, warga tersebut juga tidak mencatatkan nama dirinya. Lalu, siapa yang memberitahukan tamu asing itu? Lucunya, tamu asing itu ngotot memberikan sejumlah uang beberapa kali lipat dari harga sapi. Karena ikhlas menyumbang untuk kiai, uang itu ditolak dengan tegas. Tapi, si tamu asing menegaskan tak mau meninggalkan rumah itu bila pemberiannya tetap ditolak. Akhirnya, dengan terpaksa uang itu diterimanya juga.

 

Siapa orang asing itu? Manusia atau mahkluk alam lain? Wallahu a’lam.

 

MENUNDUKKAN BANDIT

 

Pada masa itu, di daerah Besuki, jemaah shalat Jumat sangat sedikit sekali ketimbang dengan jumlah penduduknya. Setelah diteliti oleh Kiai As’ad, ternyata, di sana ada seorang tokoh bajingan yang amat disegani masyarakat. Tanpa ragu-ragu, sang kiai pun mendatangi rumah tokoh tersebut.

 

Mengetahui bahwa tamunya adalah seorang kiai besar, maka, tuan rumah pun jadi kikuk dan kelabakan. Mereka menjadi sangat terharu dan hormat, karena sang kiai tidak mempermasalahkan dan melecehkan “profesi”-nya. Hebatnya lagi, kiai yang alim dan memiliki banyak ilmu itu mengaku sanggup tinggal bersamanya di dunia dan akhirat. Kalau dia nyasar ke neraka, maka, sang kiai akan berusaha untuk menariknya ke surga. Syaratnya dalam setiap shalat Jumat, dia harus mampu memenuhi masiid dengan warga sekitarnya.

 

Diplomasi Kiai As’ad membuahkan hasil. Selain akhirnya orang-orang berbondong-bondong memenuhi masjid, sang bajingan itupun akhirnya insyaf dan rajin ke masjid. Misteri apa yang ada pada diri Kiai As’ad sehingga mampu menundukkan bajingan itu? Inilah kelebihan Allah yang diberikan kepadanya.

 

GEBRAKAN KIAI

 

Merasa dirinya berada di jalan yang benar, Kiai As’ad berani melakukan apa pun, termasuk melawan dan mengusir serdadu Jepang yang berada di depannya. Entah kekuatan gaib apa yang menyertai kiai asal Pamekasan, Madura, ini sampai meja yang berada di depannya hancur berantakan saat digebraknya dengan sangat keras.

 

“Negeri ini milik kami!” Teriak Kiai As’ad sambil menggebrak meja dengan sangat keras. “Negeri ini bukan milik Jepang, Kalian harus meninggalkan negeri ini. Kalau tidak, saya dan rakyat akan menyerang kalian!”

 

Para hadirin tercengang. Meja yang kukuh itu retak dan kakinya menembus lantai! Pemimpin Jepang bercucuran keringat dingin. Ketakutan! Wajah kiai memerah, tak ada seorang pun yang berani menatapnya. Semua diam membisu!

 

“Kalian harus pulang sekarang juga!” Kata Kiai As’ad.

 

Mau tak mau, pemimpin Jepang itu menyerah dan menandatangani persetujuan pemulangan tentara Jepang dari Desa Curah Damar Garahan, Jember, ke Surabaya, dengan catatan semua senjata harus ditinggalkan.

 

Itulah hasil perundingan tokoh-tokoh masyarakat Karesidenan Besuki dengan pemimpin Jepang sekitar September-Oktober 1945 yang bertempat di Pondok Pesantren Sukorejo. Tentara Jepang akhirnya diangkut dengan kereta api ke Surabaya dengan kawalan anggota Pelopor, Tentara Keamanan Rakyat, Hizbullah Sabilillah, dan rakyat pada umumnya.

 

SUWUK KIAI

 

Sebagai kiai dan ulama besar, Kiai As’ad tidak hanya menguasai banyak ilmu dari para guru dan kitab-kitab Hikmah, namun juga ilmu-ilmu yang bagi masyarakat masa kini disebut sebagai ilmu-ilmu gaib. Maklum, murid-muridnya banyak dari kaum bromocorah, sehingga dia pun banyak mendalami ilmu kanuragan (kekebalan). Pada suatu saat, sesama mereka dibekali sebilah pedang serta celurit dan disuruh saling membacok. Tapi, tebasan pedang dan celurit itu tidak ada yang mencederai mereka.

 

Sebagian murid lain, ada yang diuji melompat dari pohon kelapa yang tinggi dan ternyata badannya tetap utuh serta segar bugar. Yang ajaib adalah saat di antara para murid itu mampu menjatuhkan puluhan buah kelapa hanya dengan sekali pandang.

 

Di balik semua aktivitas itu, kiai sepuh yang sederhana ini terus-menerus membaca amalan-amalan agar tidak terlihat musuh. “Asma ini penting untuk mencuri senjata dan menyerang musuh,” tuturnya.

 

Para santri yang dulunya bromocorah, dua di antaranya bernama Mabruk dan Abdus Shomad, kemudian tergabung dalam Pasukan Pelopor itu, dan memang telah beberapa hari mendalami ilmu kanuragan serta silat. Mereka juga sudah di-ijaza’ atau di-suwuk (ditiup dengan doa, atau disemprot dengan air yang sudah didoakan) oleh Kiai As’ad Syamsul Arifin. Keampuhan mereka itu dibuktikan dalam perjalanan di daerah Dabasah, dekat Bondowoso. Kebetulan di daerah tersebut terdapat sebuah gudang senjata Belanda. Pasukan Pelopor ini, dengan izin Allah SWT, berhasil mencuri 24 pucuk senjata dan sejumlah amunisi tanpa mendapat perlawanan. Dengan ilmu gaib khusus, anak buah Kiai As’ad itu berhasil masuk gudang tanpa terlihat oleh pasukan Belanda.

 

PASIR JADI DENTUMAN SENJATA

 

Ketika mengadakan gerilya, beberapa pejuang tampak membawa pasir. Konon, pasir itu adalah pemberian dari Kiai Asad kepada para pejuang itu. Pasir tersebut kemudian ditaburkan ke kacang hijau di dekat markas tentara Belanda atau di jalan yang akan dilewati oleh balatentara Belanda.

 

Aneh, suatu keajaiban pun terjadi. Puluhan tentara Belanda yang bersenjata lengkap itu tiba-tiba lari terbirit-birit ketakutan sambil meninggalkan senjatanya. Mungkin mereka mengira suara pasir itu adalah suara dentuman senjata api. Padahal, saat itu para pejuang tidak membawa senjata api. Bagaikan mendapatkan rejeki nomplok, para pejuang itu seakan berpesta pora dan memunguti satu per satu senjata-senjata yang ditinggal Belanda itu.

 

Dalam kesempatan lain, sebanyak 50 anggota Laskar Sabilillah mohon jaza’ kepada Kiai As’ad ke Sukorejo sebagai bekal untuk berjuang melawan Belanda. Pertama-tama yang ditanyakan oleh Kiai As’ad adalah keteguhan mereka untuk berjuang. “Apakah kalian betul-betul ingin berjuang?” Tanya Kiai As’ad.

 

“Kami memang ingin berjuang, Kiai, asalkan kami diberi azimat, jawab pemimpin rombongan.

 

“Oh, itu gampang, jawab Kiai As’ad. “Be en entar bungkol, moleh bungkol (kamu berangkat perang utuh, pulang pun utuh).”

 

Lalu Kiai As’ad mengambil air putih dan menyuruh mereka meminumnya sambil membaca sholawat. Setelah itu Kiai As’ad berpesan, “Kalian tidak boleh menoleh ke kiri dan ke kanan. Terus maju, jangan mundur. Kalau maju terus dan tertembak mati, kalian akan mati syahid dan masuk surga. Tapi, bila kalian mundur dan tertembak, kalian akan mati dalam keadaan kafir!”

 

MECAH DIRI

 

Pada suatu hari, Kiai Mujib diajak Kiai As’ad menghadiri delapan acara walimah haji di luar kota. Kiai Mujib baru merasakan keajaiban yang dialaminya setelah kembali ke Sukorejo. Mereka berangkat pukul 20.30, dan pukul 22.30 telah berada lagi di Sukorejo. Padahal perjalanan pulang pergi saja memerlukan waktu dua jam, sementara mereka harus mengunjungi delapan kali acara yang masing-masing tempatnya sangat berjauhan. Ini belum lagi dihitung waktu Kiai As’ad memberi ceramah dan jamuan makan yang tentu saja memakan waktu tidak sebentar.

 

Ini ajaib. Mana mungkin perjalanan yang seharusnya memakan waktu dua jam plus semua acara yang tempatnya saling berjauhan dan memakan waktu berjam-jam itu bisa dilakukan hanya dengan dua jam? Kiai Mujib mengemukakan kebingungannya itu kepada sopir kiai, H. Abdul Aziz.

 

“Iya… iya, kenapa bisa begitu?” Katanya sambil berulang kali melihat jam tangannya untuk menyakinkan diri bahwa saat itu memang baru pukul 22.30.

 

Seminggu kemudian, di Sukorejo, Haji Aziz memperoleh info mengenai keributan yang hampir saja terjadi di antara pemilik delapan acara walimah tersebut karena masing-masing ngotot didatangi kiai pada saat yang bersamaan. Akhirnya mereka sama-sama heran, sebab masing-masing mempunyai bukti berupa foto ketika kiai berada di rumah-rumah mereka.

 

Peristiwa seperti itu pernah dialami sendiri oleh Kiai As’ad ketika muda. Dia heran, ada kiai yang menjadi imam shalat Jumat di tiga masjid dalam waktu yang bersamaan. Menurut kisah, Kiai As’ad bermakmum saat shalat Jumat dengan imam Kiai Asadullah di Masjid Besuki. Bupati Situbondo, yang mendengar hal itu, membantah, dan sambil ngotot mengatakan bahwa Kiai Asadullah hari itu mengimami shalat Jumat di Situbondo, bahkan sang Bupati mengaku berdiri tepat di belakangnya. Penghulu Asembagus, yang kebetulan mendengar pertikaian itu, malah menimpali bahwa Asadullah menjadi imam shalat di daerahnya.

 

Hal itu mengingatkan Kiai As’ad pada dawuh (perintah) Habib Hasan Musawa bahwa Kiai Asadullah telah mencapai magam fana fi adz dzat, bisa menjadi tiga bahkan sepuluh dalam waktu bersamaan. Ilmu yang sama kelak kemudian hari juga dimiliki oleh Kiai As’ad

 

MAQAM FANA

 

Mengetahui bahwa Kiai As’ad telah tertidur pulas, Kiai Mujib, yang memijit beliau, kemudian mencium badan sang kiai dari ujung kaki sampai ujung kepala. Namun, dia tidak mencium bau apa-apa. “Beliau ini sebenarnya ada apa-apanya tidak sih?” Pikir putra Kiai Ridwan, pencipta lambang NU itu. “Apakah ini, orang yang dikatakan sudah berada di magam fana?”

 

Tapi ternyata Kiai Mujib terkaget-laget. Tiba-tiba terdengar suara, “Pak Mujib, apa yang sampean cari. Apakah sampean mengira di dalam tubuh saya ini ada apa-apanya?”

 

Dari pengalaman itu Kiai Mujib tersadar, lebih baik melihat beliau dari jauh. Ajaib! Kalau dilihat dari jauh terlihat agak samar tapi tampak, tapi kalau didekati tidak kelihatan. Sulit ditebak, seperti apa sebenarnya tingkatan magom manusia yang bernama As’ad Syamsul Arifin itu. Disarikan dari buku “Kharisma Kiai As’ad di Mata Umat”. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Kisah Mistis: TUMBAL PESUGIHAN RINGIN PITU

Kyai Pamungkas

Panggonan Wingit: PENJAGA GAIB GUNUNG GEDE

Kyai Pamungkas

Tempat Mistis: Misteri Kampung Nelayan Bali

paranormal
error: Content is protected !!